Firdaus POVHari yang ditunggu akhirnya tiba. Aku tidak tahu, apakah hari ini aku bahagia atau tidak. Balutan kemeja mahal menutupi tubuhku. Ibu dan Bella sedang menungguku di luar. Lagi dan lagi aku menghela nafas, ini kali kedua aku menikah. Rasanya berbeda. Aku bahkan tidak merasakan deg-degan. Tidak seperti saat aku menikahi Dita. Bahkan perasaanku hampa.Pintu terbuka. Jhon memasuki ruangan dengan wajah bahagia.“Wah, menantuku sangat luar biasa tampan. Kau pasti gugup bukan? Ini kali pertama bagimu. Saat menikahi ibu Lady, dulu aku juga sangat gugup.”Aku tersenyum. Tidak tahu harus mengatakan apa. Jika aku mengatakan bahwa ini bukan pernikahan pertamaku, aku yakin semuanya akan kacau. Jhon tidak tahu jika aku adalah seorang duda. Lady mengancamku jika memberitahu yang sebenarnya.Tapi batinku menolak. Aku tidak bisa diam terus. Melihat Dita bahagia saat ini, membuatku marah. Kenapa tidak dari dulu dia berdandan? Kenapa? Aku tidak tahu perasaan apa yang membelengguku setiap kali
“Babe, kemejaku belum disetrika?”Menurunkan majalah yang sedang dibaca, Lady menatap Firdaus sambil memutar mata. Dia tidak tahu-menahu masalah kemeja, dan itu bukan tanggung jawabnya. Dia bukan pembantu di rumahnya sendiri. Lady sama-sekali tidak beranjak dari duduknya, dan hanya menaikkan bahu.Membuat Firdaus tidak bisa berkata-kata. Dia hanya mengenakan singlet, karena kemejanya tidak ada yang layak digunakan ke rumah sakit. Padahal dia sedang buru-buru karena ada audit eksternal. Sungguh dadakan. Dengan wajah kesal, Firdaus kembali memasuki kamar. Menatap pakaiannya yang tidak rapi dengan wajah pias.“Aku berangkat dulu, lain kalo tolong hargai aku sebagai suamimu, Lady. Aku bukan orang asing yang menumpang tinggal di sini. Tapi suamimu, catat baik-baik.”Kening Lady berkerut. Dia melempar kasar majalah ke atas meja.“Kau memang suamiku, tapi aku bukan pembantu yang harus menyiapkan pakaianmu. Apa kau masih anak kecil?”Rahang Firdaus mengeras. Dia baru saja tiba dari perjalanan
Dita POVAku tidak ke rumah sakit lebih dari seminggu. Charlie membawaku ke suatu tempat yang jauh. Dan sudah lebih dari tiga hari, Charlie tidak mengunjungiku sama-sekali. Membuat banyak pertanyaan muncul di benakku. Apakah dia baik-baik saja? Atau…apa yang dia lakukan?Namun, lebih daripada itu semua. Ada kekhawatiran terbesar yang memenuhi otak kecilku. Kini aku sedang diam, duduk di toilet sambil menatap test pack yang baru aku beli.Belakangan ini aku merasa mual, dan sering muntah di pagi hari. Haidku juga berhenti sejak bulan lalu. Tidak mungkin kan aku hamil mendadak? Itu tidak lucu, karena Charlie tidak pernah menyentuhku sama-sekali. Dia lelaki terhormat. Jika tidak salah. Sebelum bercerai, aku dan Firdaus sempat berhubungan badan malam itu.Ironi sekali jika aku hamil. Tapi ada terbesit keinginanku untuk hamil. Jika benar begitu, tandanya aku dan Firdaus sama-sama normal. Berarti selama ini ada orang lain yang menginginkan pernikahanku dan Firdaus hancur.Menutup mata. Aku
Dita POVTernyata tujuan kami berbeda dari apa yang dibicarakan sebelumnya. Setelah keluar dan berbicara sebentar dengan seorang lelaki dari keluarga Dominic, Charlie kembali membawaku pergi. Entahlah berapa banyak para pebisnis yang dia kenal.Mobil sudah berganti menjadi limosin yang panjangnya bisa sampai dua ukuran mobil biasa. Ada hal lain, lelaki bernama Edward Dominic itu juga ikut dengan kami. Tidak lupa dengan wanita berparas cantik yang duduk di sebelahnya. Namanya Jane Syakira ( Ada di Novel Ranjang Tuan Muda).Tata bahasanya sungguh tertata, dan mereka menyambut kami hangat.“Aku sudah lama sekali tidak mengunjungi keluarga Dominic. Sejak kapan kau menjadi ahli waris dari keluarga mereka, Ed?” Charlie memulai percakapan.“Well. Ceritanya panjang, Charlie. Aku yakin kau juga bingung siapa istri cantikku ini.” Edward merangkul wanita cantik itu, dan tersenyum tipis. “Aku dan Hana cerai baik-baik, dia sudah bahagia dengan ayah kandung Lia. Sekarang, aku juga bahagia dengan wa
Dita POV“Yes.”Aku tidak sanggup untuk menolak keinginannya. Karena aku pun menginginkannya. Dia langsung melucuti pakaiannya, dan beranjak ke atasku.Nafas kami berdua terdengar ngos-ngosan di dalam kamar. Charlie bermain di daerah bawahku dengan sangat lembut. Dua jarinya masuk kedalam miss v ku yang sudah basah sekali. Dia naik, dan mencium bibirku kembali.Kami sudah sama-sama naked. Di cermin, aku bisa melihat pantulan tubuh kami yang sedang dipenuhi gairah. Charlie diam sejenak, dan mengikuti arah pandangku. Dia tersenyum, kembali membuat fokus ku tertuju padanya.Tangannya meremas kedua gunung kembarku dengan pelan, dan memainkan nippleku. “Arghh… jangan berhenti.” Aku terus menekan kepalanya agar bermain semakin dalam.Kakiku terangkat, meransak miliknya yang sudah tegak. Dia menatapku dalam, dan mencium keningku lama.“Aku akan masuk.”Perlahan, dia mendorong miliknya. Bahkan dalam hal ini, Charlie tidak mementingkan kepuasannya sendiri. Dia selalu bertanya apakah itu sakit
Firdaus POVLady selalu pulang malam akhir-akhir ini. Bahkan tidak memberitahu kemana dia pergi. Aku mulai merasa marah, tapi enggan untuk mengatakannya. Seperti biasa, dia bahkan tidak pernah menyiapkan bajuku di pagi hari. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang masih rileks. Dia masih tidur padahal sudah pukul sembilan pagi.“Sayang…aku berangkat dulu.”“Hmmm? Ini kan minggu.” Suara seraknya membuatku menghentikan langkahku. “Kau harus kerja juga hari ini?”“Aku ingin bertemu dengan teman lamaku, tadi malam aku sudah mengajakmu, tapi sepertinya kau masih kelelahan. Tidak apa, aku saja yang pergi.”“Baiklah, kau pergi saja.”Tidak ada yang bisa aku katakan selain pergi dengan hening. Namun suasana hatiku yang mendung langsung terobati begitu melihat kedua sosok yang sedang berbagi canda tawa di salah satu coffee shop. Kami memang berjanji untuk bertemu di weekend ini.“Tessa, Jansen. Maaf aku telat, ada sedikit masalah di rumah.”Mereka berdua langsung berdiri, menyambutku dengan ha
Firdaus POVAku kehilangan kontak dengan Jansen sejak itu, tapi tidak dengan Tessa. Hari ini kami akan bertemu di salah satu restoran tidak jauh dari rumah sakit. Ada yang ingin dia sampaikan, at least, dia masih peduli pada hubungan pertemanan kami.Sambil menunggu di lobby, tidak sengaja mataku menemukan pemandangan Dita sedang berusaha mendorong ranjang pasien. Sepertinya tabrak lagi. Aku hendak berlalu saja, membiarkan dia seorang diri, karena bagian resepsionis sedang sepi. Tadinya begitu, aku ingin pergi.Tapi tidak bisa. Aku malah meninggalkan tasku dan membantunya mendorong ranjang pasien. Ada raut terkejut di wajahnya. Tapi aku abaikan. Setelah kejadian tempo hari itu, kepalaku mendadak menyadari ada satu hal yang salah selama ini.Dita sesungguhnya adalah wanita yang kuat dan menawan. Tapi aku mengubahnya menjadi tidak berguna dan hanya menjadi pengurus rumah tangga. Dia mendapat bagian terbaik hidupnya saat ini.“Dia kenapa?”“Tabrak lari.” Dita menjawab dingin seperti bias
Charlie POVSejak malam itu, hubunganku dan Dita makin dekat. Aku bahkan tidak bisa melupakan malam itu. Malam ini aku akan memperkenalkan Dita kepada kakek. Aku sangat tidak sabar untuk hal itu. Aku juga tidak main-main saat mengatakan untuk bertanggung jawab atas bayi itu. Awalnya aku memang terkejut, hampir tidak percaya jika Dita hamil anak Firdaus. Lelaki berengsek itu sungguh membuatku kesal. Aku hanya takut, jika suatu saat Dita akan berpaling dariku, karena anak itu. Biar bagaimanapun, itu sedikit berpengaruh.“Hey, apa yang kau pikirkan di siang bolong begini?”Suara Dita yang sangat merdu memasuki gendang telingaku. Aku mengalihkan perhatian dari layar di depanku, dan berjalan ke arahnya.“Tadaa, aku sudah membuat bekal makan siang. Ayo makan dulu.” Dita tersenyum bahagia. Aku terpaku beberapa menit saat melihat senyumannya. Ini sisi lain yang baru saja dia tunjukkan. Hatiku hangat.Bekal? Ini juga kali pertama aku mendapat jatah bekal. Sudah setua ini aku, tapi tidak ada y