Raungan motor yang melaju lebih dari berjam-jam dari kota sebelah. Sesampainya di kediaman Asrazaq, Ellan memarkirkan motornya di halaman depan setelah gerbang megah tersebut dibukakan untuknya. Ellan menurunkan diri dari kendaraannya, menghembuskan napas lalu menyibak rambut. Wajahnya kali ini terlihat sedikit gerah. Beberapa pelayan dan petugas yang berlalu-lalang menghentikan langkah saat melihat Ellan melewati mereka, banyak dari mereka membungkuk, menyapa santun.
“Selamat pagi Tuan Ellan.”Ellan hanya menyungging sedikit senyum kecut, lalu memasuki bangunan rumah yang selalu diagung-agungkan orang sekitar sebagai istana tersebut. Ellan berpapasan dengan Olivia. Perempuan cantik yang tengah mengobrol dengan Kavier langsung terlonjak senang melihat kehadirannya. Kadang menyebalkan, kadang terlalu ceria, seperti itulah Olivia yang langsung menjunjung tangannya tinggi dan melambai-lambai. Teguran sapa Olivia Ellan balasMelly … Kazier sudah mengenalnya sedari dulu. Dulu, Kazier hanya bisa mengamati Melly dari jauh karena wanita yang dia dambakan sudah memiliki kekasih. Kazier kenal betul, siapa lelaki yang sangat Melly cintai dahulu. Yuda Adhistira. Lelaki tampan blasteran Jawa-Amerika tersebut juga sangat mencintai Melly, sangat menjaga kekasihnya, bahkan hubungan mereka jauh dari ancaman pergaulan bebas. Untuk bersentuhan tangan saja … mereka tidak pernah.Tapi Kazier pikir, Yuda masih kurang cukup baik untuk Melly.Hal yang menjadi alasan bagi Kazier kenapa sekarang, sekalipun hubungan Kazier dengan Melly bisa dikatakan ‘sangat dekat’--selingkuhan? Kekasih? Wanita simpanan? Atau semacamnya--adalah saat Yuda meninggalkan Melly untuk bersekolah di luar negeri. Yuda yang tak ada untuk Melly saat itu mengalami kasus pemerkosaan. Oleh sebab itu, karena trauma besar Melly di masa lalu oleh ‘sentuhan’ dan semacamnya Kazier takut meny
Apakah dia benar-benar seorang Ibu? Maka Alana Zoe akan menidakannya. Dia butuh tambahan uang, kemaren pengecekan di rekeningnya Alana lakukan dan entah mengapa dia tidak puas dengan nominal yang tercantum di rekeningnya. Alana ingin menguras lebih banyak harta, meraupnya dari keluarga Asrazaq, menumpuknya dan menggunakannya untuk bersenang-senang.Alana mendekati Ellan ... waktunya mencari uang. Dibelainya rambut Ellan yang halus, dan setiap perdetik belaian itu rupiah/dollar mulai dihitung. Ellan seperti menikmati sapuan lembut tangan cantik Ibunya, terlebih saat telapak tangan tersebut turun dan mengusap halus pipinya. Alana mengulas senyum, bertanya manis--rupiah semakin berlipat-ganda seiring kalimat manis yang dia katakan, kata-perkata."Apa kabar, sayang?"Kalimat halus yang menggelitiki telinga Alana sendiri. Dasar pura-pura, Alana menghina dirinya sendiri di dalam hati. Bibir Ellan membentuk senyum nyaman lalu membalas lirih, "baik Mah ....""Kam
Makan malam tersebut dibatalkan. Andar yang katanya rindu suasana hangat keluarga, malah menjadi pihak yang membatalkan makan malam tersebut. Dengan alasan, pekerjaan. Meresahkan bagi Aland. Berarti, dia harus ke apartemen Olivia lebih awal? Argh, ampun. Aland bisa gila saat membayangkannya.Olivia yang mengendarai mobil, Aland tinggal duduk saat diantar ke apartemen wanita itu. "Kamu ingin tidur di mana, Tuan?""Di mana pelayanmu?" Mengabaikan pertanyaan itu, Aland bingung kenapa Olivia datang sendiri."Dia ada di apartemen, sengaja kutinggal karena dia lagi kurang enak badan." Olivia menjelaskan. Sengaja diperdetail agar Aland yang mendengarnya menjadi tersanjung dan memuji Olivia baik hati. Nyatanya, Aland hanya diam dengan wajah manggut-manggut, membuat Olivia cemberut.Sesampainya di apartemen, Aland langsung mengklaim kamar tamu adalah tempat tidurnya. Tanpa basa-basi ataupun menanggapi cerita Olivia, Aland langsung memasuki ruangan tersebut dan ber
Untuk memulihkan keadaan tubuhnya, Aland yang bertelanjang dada direndam di dalam bak air dingin yang ada di apartemen Lily. Aland melenguh nyaman, akhirnya ... dia tidak berakhir meniduri siapapun. Kelegaan yang sama saat dulu Aland pernah dijebak seperti ini dan berakhir selamat. Dua jam, Aland bertahan pada air bak dingin yang nyaris seperti membekukan syaraf. Kini keadaan tubuhnya berangsur pulih, hasratnya mereda dan berangsur kembali normal. Lily berjongkok di sebelah bak yang ditampungi Aland, lalu dengan hati-hati meraih tangan kekar Aland. Aland yang sedikit terperanjat meliriknya ... apa-apaan gadis itu? Begitu lancang menyentuh tangannya. Delikan Aland diabaikan oleh Lily, perempuan itu semakin mencekram tangan besar Aland. “Anda tidak apa-apa, Tuan?” Kebanyakan sikap manis para tunangannya selalu mencari muka. Aland mendesis kesal. Cari muka ala Lily, terlalu berlebihan! Aland ingin menyikut wajah itu dengan sikunya, menyuruh Lily menyingkir, tapi
Setelah berendam nyaris semalaman, akhirnya Aland mengeluarkan tubuh bekunya dari bak mandi. Badannya menggeliat sambil mendekap dengan kedua lengan, bibirnya bergetar dan menggigil. Digedornya pintu kamar mandi dari dalam, memamggil orang di luar. “Buka!” Raung Aland, sambil menarik handuk dan menggunakannya untuk menutupi dada bidangnya yang terbuka. “Buka!” BRAK! Aland menendang pintu. Sifatnya tempramennya kembali, dia mulai emosi. Flo yang tidak sengaja terlelap di atas sofa terperanjat bangun, lalu bergegas membukakan pintu.“Lepas pakaianmu,” Aland mendelik ke balutan kemeja di tubuh kekar Flo.“Bisa saya ambilkan yang baru dan lebih bersih, Tuan--”“Lepas sekarang! Aku sudah kedinginan!”Flo menurut setengah hati. Ditanggalinya kemejanya yang direnggut Aland. Aland memakaikannya ke tubuh kekarnya, lalu merapikan posisinya dengan benar dan melengos pergi dari hadapan Flo. Flo melirik khawa
Aland bisa merasakan hangatnya tubuh yang dirinya dekap. Aland melenguh, memutar tubuh yang berada dalam dekapannya, lalu menindihnya. Persetan bagaimana kesalnya Lucas, Aland masih kedinginan. Tapi saat suara ringisan feminim terdengar, Aland tersentak bangun. Tidak, tidak. Aland menelan ludah, yang dia dekap semalaman bukan Lucas … tapi gadis ini--Lily. Aland menghindar, lalu berteriak kesal. “APA-APAAN KAMU?!” Aland menoleh ke sekitar, bukan di sofa, Aland terbaring di ranjang kamar Lily. Terlebih ditolehnya tubuh Lily, perempuan itu memakai pakaian yang sedikit terbuka. Lengannya terekspos meskipun yang lain aman.Kerongkongan Aland berbunyi. Apa yang dia lakukan semalam? Meskipun pakaiannya terbilang aman. Kenapa gadis itu di sini--tepatnya kenapa Aland di sini? Dan mendekap gadis itu semalaman. Lily merapikan rambutnya acak-acakan, teringat pesan Lucas, untuk tetap terlihat cantik dan memesona di depan Aland.“Kenapa kamu ada di sini--tep
Aland tanpa menunggu agar bisa bergegas pergi lebih cepat, sudah melahap sarapan di atas meja terlebih dahulu. Dihabiskannya separuh, lalu bangkit hendak pergi. Sedetik, Aland terdiam saat Lily keluar dari ruangan. Rambut panjangnya yang hitam dan lurus, Aland mendadak kesusahan bernapas. Mereka bertemu pandang, secara ajaib air liur yang biasanya Aland telan terasa pahit."Sial," maki Aland pelan. Dia terpesona. Sekalipun cuma sedetik."Apa-apaan ini," dengan angkuh lelaki itu berjalan mendekat, menyibak rambut palsu yang menawan tersebut. Di satu sibakan, lancangnya Aland diam-diam mencuri kesempatan untuk mengelus dan mengusapnya sedikit. Lucas satu-satunya orang yang menyadari hal itu. Rambut panjang, hitam, menawan, sekalipun palsu Aland masih kesusahan menahan diri agar tidak tergoda begitu saja.Satu hal yang identik dengan Ibunya, yang memang Aland benci, tapi tergila-gila."Apa rambutmu memanjang dalam semalam?" Tangan Aland masih sibuk di rambut
Olivia tahu, Lico adiknya. Sebagai Kakak, dia malah terlalu manja seperti adik. Lico sengaja mendaftarkan diri menjadi petugas keluarga Asrazaq demi menjaga Kakaknya dari dekat. Memang keputusan bagus untuk merekrut Lico, meskipun kelak akan memperumit Lucas untuk mengatasi Olivia saat diperintah.Lucas mendengus kesal sesampainya dia di basement apartemen, mobil yang ditumpangi Aland tidak ada di sana. Aland benar-benar pergi tanpa menunggunya. Seperti semalam Lucas terpaksa pergi menggunakan taksi. Semakin lama Lucas berjalan-jalan di trotoar pinggir jalan, tidak ada satupun taxi yang lewat. Memesan taxi online, Lucas ingat ponselnya kehabisan batere. Sembari menunggu keberuntungan, Lucas berjalan-jalan kecil.Kepalanya menoleh, saat melirik dua anak SD tengah menunggu untuk menyeberang. Lucas mendekati mereka dan hendak membantu keduanya, malah keduanya melangkah mundur dan terlihat takut.Mata Lucas menyipit, lalu berjongkok. "Mau Kakak bantu nyeberang?" Diu