"Ya, soalnya hanya lukisan yang mengingatkan pada kenangan yang menyedihkan membuat kita ndak pengen melukis orangnya itu. Bikin sesek soal'e!" seru Waluyo lagi.
"Apa dia kekasihmu dan ibu dari anakmu Luqyanada ini?" tanya Waluyo yang dijawab oleh dokter Juna dengan senyumnya lebih dulu sebelum dia bicara ….
"Sebenarnya ada foto seseorang yang menunjuk ke langit itu, tapi memang tidak saya pasang di sini dan saya memasangi di apartemen saya di Indonesia, Pakde."
Dia sengaja tidak menjelaskan apakah wanita itu istrinya atau bukan dan ibu dari putrinya atau bukan.
"Ooo, apakah karena dia ada di Indonesia makanya kamu ndak mau mengi
"Eh, Le, ndak usah pakai emosi begitu! Tanpa obat itu kamu mungkin ndak bisa ketemu kakekmu sekarang!" Sampai Adiwijaya berdiri dan mencoba menenangkan cucunya."Dan lagi, ada anak kecil di sini. Kamu ini gimana sih depan anak kecil suaranya meninggi begitu? Apa Kakek pernah mengajarimu untuk berteriak di depan anak-anak?"Reiko tak bisa bicara kalau soal ini. Kakeknya memang tidak suka kalau ada orang yang membentak atau berantem di depan anak kecil."Duduk, Le!" perintah Adiwijaya lagi, sebelum dia menatap ke arah dokter Juna."Maafkan saya dokter Juna. Ini cucu saya memang dia overprotektif pada saya. Jadi dia ketakutan kakeknya kena
"Romo, ya harusnya ndak langsung ditembak ke gitu toh, Romo? Aish, Romo ini!""Lah, ngopo? Wes bener ngene kok." Adiwijaya melirik Waluyo selepas ucapannya langsung ditimpali Waluyo."Kan memang tujuan kita kesini itu untuk membicarakan masalah sakit hatimu karena hilangnya Sulastri Listyaningrum. Ngopo keakean cangkem. Wes langsung ae, untuk terjunnya ini juga pinter!"Belum sempat dokter Juna merespon memang Adiwijaya sudah kembali bicara lagi tak peduli dengan bahasanya yang sedikit kasar tadi."Nah tadi itu sudah ku katakan maksudku kenapa aku sampai jauh-jauh ke London untuk ngobatin penyakitku dan penyakit sahabatku ini, Le!"
"Ehm … soal itu …."Dreet dreet dreeetSayangnya sebelum dokter Juna bicara ada suara handphone yang bergetar yang membuat dirinya menengok ke sumber suara."Maaf ini urusan pekerjaanku!" Reiko merasa tak enak dan dia menjawab sambil berdiri ingin keluar dari dalam ruangan itu."Loh kok ada urusan pekerjaan? Bukannya aku sudah bilang sama papamu Endra kalau kamu ….""Oh, bukan Kakek ini pekerjaanku sama Aurora corporation.""Eleh, jadi itu pekerjaanmu berhu
"Jadi kau menyadap teleponku?"Dokter Juna baru menutup teleponnya, pertanyaan tadi langsung diberikan oleh Reiko yang sudah tak sabaran."Tunggu dulu. Kamu ndak bekerja sama dengan gangster, kan? Kok tadi aku denger bahasanya Rusia, Le?"Adiwijaya juga tidak kalah penasaran dan dia baru saja bertanya sebelum dokter Juna menjawab pertanyaan Reiko."Yah, ndak semua Rusia itu gangster, Romo.""Kakek! Pakde Waluyo! Biarkan dia menjawab pertanyaanku dulu. Karena aku tidak bisa lagi menelepon siapapun sekarang!"
"Kau mengambil fotoku?"Reiko kaget di saat dokter Juna sudah selesai memfotonya dan kini dia mengambil sesuatu di dalam tasnya begitu santai sekali dia mengeluarkan satu benda tak lebih besar dari ukuran laptop, lalu mencolokkan kabelnya dan mengambil satu gulungan lagi tipis sekali seperti hanya lembaran silikon yang digulung lalu dokter Juna membuka benda seperti laptop itu. Dia menaruh bahan tipis tadi itu di tengah-tengah alatnya dan menutupnya setelah memencet tombol dan Reiko yakin sekali dia melakukan sesuatu di sana yang ingin ditunjukkannya kepada mereka."Bicaralah Mas Reiko!""Huh, kau ingin aku bicara apa?"Reiko yang ditan
"Nek ra ngerti yo kebangetan. Wes tak sekolahin sampai ke London masa masalah begini aja dia ndak ngerti?"Bukan Reiko yang menimpali, tapi Adiwijaya yang kini menengok pada Reiko dengan senyum di bibirnya."Fuuuh, Kakek ini aku sedang serius juga!""Ndak usah terlalu dibuat serius Le," Adiwijaya masih menengok pada Reiko dengan senyumnya sebelum dia kembali pada dokter Juna."Dia tidak berniat jahat padamu, tapi dia hanya ingin menunjukkan kalau dia serius mengancammu kalau kamu sampai memberitahukan pada keturunan Prawiryo itu dimana dia berada. Dan menurutku dia juga tidak berbuat jahat pada keturunan Prawiryo itu. Cuma memang dia in
"Lah, memang ndak bisa ….""Maaf Kek, pekerjaan dari Aurora Corporation ini sangat penting sekali untukku. Ini berhubungan dengan pasion-ku Kek. Dan aku juga sudah berjanji padamu kalau aku sudah menyelesaikan urusanku dengan project Aurora corporation aku akan serius dengan perusahaanmu. Aku tidak akan lagi menjalankan bisnisku yang ini!"Reiko memang terlihat kacau balau sekarang. Ada sesuatu yang terjadi yang membuat dirinya tak bisa menunda lagi dan harus kembali."Aku harap Kakek tidak mempersulit semuanya. Papa pasti akan marah besar kalau Kakek ada di sini dan aku pulang sendirian!""Ta-tapi …."
"Huh, berapa lama aku sudah tidur ya?"Aida membuka matanya perlahan namun belum bisa menggerakkan tubuhnya.Badannya terasa pegal. Mungkin akan lebih enak kalau tubuhnya dipijat refleksi.Tapi mengingat tentang kata pijat, Aida langsung membuyarkan pikiran itu dan membuang keinginannya jauh-jauh.Bagaimana mungkin aku bisa membiarkan terapis melihat tubuhku yang tidak sempurna ini?Pikiran tentang ketidaksempurnaannya memang membuat dirinya malu.Aku lapar! Aida memilih fokus pada hal lain dan melupakan keinginannya yang pertama.