"Kalau begitu tunggu apa lagi? kita kejar Tommy!"
Richard, yang sudah sangat frustasi berpikir begitu.
"Tuan Richard. Kami juga mendapati di jam sembilan malam mobil yang dipakai oleh Tommy masuk ke Villa yang diberikannya kepada Tasya di teluk Jakarta. Dan dari sana dia tidak keluar lagi. Tapi villa itu sudah dicek oleh tim kami memang tidak ada siapapun yang masuk ke dalam sana sebelumnya Tommy sendirian."
Pihak berwajib yang sudah mendapatkan alamat tempat di mana saja atas nama Tasya dari Excel itu sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengecek.
Itulah kenapa mereka bisa memberikan laporan ini meski sudah agak telat karena ini suda
"Oh, ndak tahu Mas. Coba saja diangkat dulu teleponnya, mungkin saja telepon penting!"Saat itu Reiko memang belum menentukan apakah dia mau atau tidak mengangkatnya. Dia masih bingung karena tidak biasanya dia ditelepon malam-malam begini"Iya juga sih. Mungkin ini ada hubungannya sama proyek kali ya?""Hmm… Makanya coba diangkat aja Mas! Lagian orang kaya seperti mereka itu nggak mungkin ngehubungin kita dan mengganggu kita kalau bukan ada sesuatu yang penting!""Ai, Kok kamu gitu sih. Memang aku ini nggak pantes dihubungin dan bukan orang penting ya?"
"Sampai sat ini, kami belum ada kabar persoalan Shandra. Dan untuk mengamankan saksi kami sudah meminta saudara Tommy Pramono untuk tetap tinggal di kantor kepolisian."Yah, pihak berwajib menemukan Tommy di Villa yang berada di teluk Jakarta.Mengingat pentingnya keberadaan Tommy dan ada hubungannya dengan kepergian Shandra, mereka menetapkan Tommy sebagai saksi atas dugaan penculikan dari Anastasya Peterson."Baiklah kalau begitu bawa aku bertemu dengannya!"Tak tahan lagi Richard ingin sekali bicara dengan Tommy dan menyelesaikan urusan ini. Banyak yang ingin dibicarakan olehnya dan banyak sekali yang ingin ditanyakannya juga.
Tasya, ada di mana dirimu sekarang?Richard yang memang secara hukum dia tidak mungkin bisa lagi menahan Tommy di penjara. Dia merasa berat sebetulnya membiarkan pria itu melenggang pergi meninggalkan kantor kepolisian. Tapi memang tak ada lagi yang bisa dia perbuatan.Apalagi pria itu memang patuh hukum dan dia tidak menggunakan intrik-intrik yang aneh-aneh.Tapi memang tak bisa dibohongi kalau hatinya menggalau. Kekhawatirannya dengan keberadaan Tasya yang belum diketahui membuatnya tak tenang."Tuan Richard!"Sampai salah satu anggota kepolisian
"Mas, kenapa?"Sesaat setelah teleponnya ditutup Aida yang penasaran sekaligus khawatir dengan kondisi istri teman suaminya yang juga sudah dianggapnya sebagai sahabat itu. Makanya wajahnya terlihat cemas."Tasya hilang. Terus tadi Richard bilang katanya yang nyulik itu bisa mindahin teleponnya sampai ke Lyon, tapi Tasya-nya sendiri ada di Jakarta. Aku juga tidak paham, Mungkinkah dia salah? Soalnya tidak mungkin kan ada orang yang bisa pindah tempat dalam waktu singkat!"Reiko memang tidak ingat apa-apa soal dirinya yang melihat dokter Juna bisa pindah tempat dalam waktu singkat. Makanya dia berpikir begini di saat Aida tidak merespon apapun.
Reiko: Baiklah aku akan keluar sekarang Richard.Richard: Reiko, Excel bersama putriku. Maafkan aku merepotkanmu. Dan ucapkan juga terima kasihku pada istrimu.Reiko: Tidak apa-apa Richard. Tidak perlu merasa tidak enak padaku karena istriku juga sangat senang sekali bisa mengurus mereka. Semoga semua baik-baik saja. Ehm, aku akan bicara lagi nanti padamu dan sekarang aku akan membukakan pintu dulu untuk mereka.Richard: Terima kasih.Sebetulnya masih banyak yang mau ditanyakan oleh Reiko. Tapi di waktu pagi ini membiarkan dua anak kembar berada di luar apartemen apalagi usia mereka masih sangat kecil ini membuatnya memilih mematikan te
"Maaf ya, kamarnya sedikit berantakan tadi kami belum sempat rapi-rapi."Sesaat sebelumnya, ketika Aida dan Ellen membawa dua kembar ke kamar Aida dan Reiko."Hmm, tak masalah. Kurasa untuk pasangan yang belum punya anak kamar sedikit berantakan tak ada masalah.""Hehehe."Aida tahu apa maksud dari ucapan Ellen. Cuma dia tidak menimpalinya dan memilih mempersilakan Ellen masuk lebih dulu."Mereka masih tidur. Mereka berdua bayi yang tidak rewel dan kurasa aku akan menidurkannya di tempat tidurmu dulu tidak masalah, kan?"
"Ai, kamu kok ngomongnya kayak gitu sih?""Ya gimana Mas? Ini kan memang titipan bayi-bayi ini bukan milik kita. Sama seperti nyawa kita yang suatu saat nanti pasti akan diminta sama yang punya. Yang bisa kita lakuin kalau udah kayak gini ya udah serahkan sama yang punya dan kita harus punya mental seperti mentalnya tukang parkir!"Selesai bicara Aida mengecup kedua anak Tasya dan duduk di sisi mereka sambil merapikan mainannya.Ini sudah waktunya untuk mereka berkemas dan bersiap untuk mengantarkan keduanya bertemu dengan Richard."Maksudnya kayak gimana, Ai?"
"Oh, iya Mas!"Aida tidak keberatan dan dia merasa lega karena suaminya sudah mau memikirkan hal ini.Kebersamaan mereka dengan anak-anak Richard dan Tasya membuat Reiko lebih terbuka lagi dan mulai mencintai anak kecil. Ada keinginan dalam hatinya ingin memiliki anak yang semakin besar."Kalau gitu aku nanti akan coba hubungi dokternya dan kita akan buat janji ya!"Itulah yang diucapkan Reiko sambil dia merangkul istrinya masuk ke dalam apartemennya."Iya Mas. Siang ini kita mau makan apa, Mas?"