"Tadi kan bapak yang minta liat."Apa salah jika Aida bicara begini?Bukankah tadi Reiko sendiri yang meminta dan bahkan sempat menuduhnya dengan sesuatu yang negatif jika tidak bisa menunjukkan itu?"Saya nggak bisa buka tadi di depan bapak. Makanya buat buktiin saya buka dulu tadi."Reiko membuang wajahnya ketika Aida malah menjawab tanpa rasa bersalah begitu.Reiko mengumpat kesal di dalam hatinya."Kamu gak liat aku lagi makan?" Reiko meninggikan suaranya."Jauhkan. Itu bau ya." Reiko menutup hidungnya, hilang sudah nafsu makannya, membuat dirinya sebelum Aida datang sudah menggigit sebagian bakwan kelima, jadi menaruhnya di piring begitu saja."Ya kan kalo--""Ssh, diam!" Riko tidak mau mendengar kalau, jika, maka, yang keluar dari bibir Aida"Itu menjijikkan. Bau amis lagi. Jauhkan. Ke mana sih manner-mu sampai membawa itu ke hadapan orang yang lagi makan?" protes Reiko, masih menggerutu."Saya juga nggak gila, Pak. Kalau bapak tadi nggak minta juga saya nggak akan bawa ke depan
"Ini beneran nilai rapot kamu bukan hasil nyontek?"Reiko tadi tidak kuat dia melihat darah itu. Bau darah sebenarnya tak tercium, tapi sugesti dalam otaknya membuat dirinya mual ingin muntah. Makanya Reiko mengumpat sendiri dan tadinya ingin keluar dari kamar Aida.Tak ada alasan lagi dia masih menunggu di dalam sana.Toh Aida juga tidak berbohong kan? Dia melakukan semua yang dia ucapkan itu.Lalu kenapa Reiko harus tetap curiga?Tapi dia tidak jadi keluar dari kamar Aida ketika matanya menatap ke arah barang-barang pribadi wanita yang dinikahinya sebulan lebih yang lalu.Sebenarnya Reiko tidak ada niat sih untuk menggeratak.Tapi karena penasaran, langkahnya pun menuju ke arah meja yang seperti meja kerja atau meja belajar itu.Di sana ada tumpukan surat-surat penting yang ditaruh di dalam folder begitu rapi.Rasa penasaran Reiko membuat dirinya pun membuka folder berwarna merah itu, saat Aida masih di kamar mandi."Jadi dari kamu SD sampai SMA rangking satu terus?"Yah, jelas saja
"Eeeh--""Hahaha."Malah gantian puas Reiko ketika melihat Aida menutup mulutnya kehilangan kata-kata karena dia juga tidak kepikiran akan dijawab seperti tadi lagi oleh pria di hadapannya."Lucu Pak?" sindir Aida, ketika Reiko mulai stabil dari tawanya."Kenapa? Kesel? Itu namanya senjata makan Tuan," ucap Reiko sambil satu langkah mendekat, sehingga membuat Aida memundurkan tubuhnya sedikit ke belakang."Udah, jangan berlama-lama lagi." Pria itu pun mengetuk-ngetuk jam tangannya."Aku Sudah terlambat untuk kembali ke kantor. Cepat buka semua pancingan itu dari CCTV-ku. Awas rusak. Jangan sampai selotip atau lem yang kamu gunakan di atas sana merusak CCTV ku.""Aish, tapi ini semua kan saya lakukan karena Anda, Pak. Kalau Anda nggak iseng ngintipin saya di CCTV--""Ssst." Reiko mendesis sambil jaRi telunjuk tangan kanannya goyang-goyang menandakan bahwa Aida tidak boleh bicara lagi."Naik."Terpaksa karena Reiko sudah tak lagi bisa diajak bernegosiasi dan dia juga tidak mau berlama-l
"Bee--"Reiko jelas tidak menyangka kalau kekasihnya yang kini terlihat marah itu akan datang ke apartemennya.'Hahaha, katanya ada dosa yang balasannya akan diterima nanti di akherat, tapi ada juga dosa yang balasannya akan diterima juga di dunia dan di akherat, dobel. Kapokmu kapan Ndoro Agung Reiko Byakta Adiwijaya? Makan tuh omelan teman zinamu yang cemburu padaku.'Mungkin saat ini hati Reiko berdegup tak karuan melihat Brigita, tapi tidak dengan Aida yang justru bersorak sorai."Ka-kamu tau dari mana aku di sini?"'Hwahahaha, pasti dia ketakutan tuh. Nikah makanya dong nikah. Bukannya nikahin orang yang kamu nggak cintain, Ndoro. Pendidikan boleh tinggi. Tapi otak pada ada di dengkul kali ya? Gitu tuh kalau kebanyakan yang haram. Tumpul otaknya, nggak bisa mikir.'Mana peduli Aida. Dia sudah bersungut begitu di dalam hatinya ketika melihat Reiko terlihat gugup saat berjalan mendekat pada Brigita."Lepaskan tanganmu dariku."Reiko berusaha menenangkan Brigita, tapi wanita itu mem
"Bee, jaga bicaramu." Reiko tak menyangka kalau kekasihnya bisa bicara sekasar itu dan menuduhnya macam tadi."Dia tak ada hubungan denganku. Aku tidak serendah itu untuk tidur dengannya. Berapa kali aku harus mengulang kata-kata ini, sih?"'Idih, apa mereka pikir aku juga serendah itu mau tidur dengannya? Lah, ga nafsu aku tuh sama calon penghuni neraka,' gumam hati Aida yang memang tidak sama sekali terbesit untuk merebut Reiko dari Brigita.Dia bertahan di sana juga semata-mata hanya karena kontrak perjanjian dan biaya sekolah adiknya."Sini aku tunjukkan padamu apa yang sudah dia lakukan dan membuatku sampai ke sini."Sebelum Brigita melontarkan ucapannya lagi Reiko sudah menarik tangannya.Tak peduli dia dengan Brigita yang meronta minta dilepaskan.'Eh apa? Dia mau menunjukkan di CCTV itu?' bahkan sikap Reiko ini juga membuat Aida panik. 'Malah bisa membuat wanita ini tambah marahlah. Gimana sih? Ah tapi bodo amatlah. Namanya juga aku lagi nonton, lihat aja aktornya mau ngapain
"Pacarmu?""Iya ratu lebah. Eh, maksudku nyonya Brigita."Dan tentu saja kata-kata Aida ini hampir saja memicu emosi BrigitaTapi"Kalau kalian masih mau berantem lanjutin aja. Tapi saya permisi dulu ya, nggak enak sama Mas Waluyo kalo Dia nunggu kelamaan. Soalnya di pabrik itu kan jamnya shift-shiftan istirahatnya."Aida memilih pamit. Dirinya juga sudah menurunkan tangannya yang tadi menunjukkan layar handphonenya itu.Tanpa Aida sadari seseorang tadi memperhatikan tangan kanannya sebelum dia pergi beranjak."Dia sudah punya pacar? Apa kamu tahu itu?" tanya yang membuat Reiko hanya menggelengkan kepalanya."Itu bukan urusanku," ucap Reiko kemudian, dengan perasaan gamang di hatinya.'Benarkah dia sudah punya pacar?' Reiko malah bisik-bisik begini di hatinya.Ada rasa percaya tidak percaya juga saat Reiko memikirkan ini dan tadi ada sesuatu yang mengganjal juga ketika Aida menunjukkan handphone yang sempat dilihatnya.'Dia masih memakai cincin pernikahannya denganku tapi dia sudah pu
"Aku yang memintanya." Reiko menjawab tanpa ekspresi."Kepalaku pusing sekali setelah menyaksikan dia tadi membersihkan nature space-ku. Mungkin karena kecapean juga dan tadi pagi cuman sarapan roti, tambah angin di proyek terlalu kencang," jawab di bibir Reiko.Meski ...'Ssh, harusnya aku menyuruhnya untuk duduk di sofa saja tadi,' bisik hati Reiko.Dia tadi lupa mendudukkan Brigita di kursi yang tadi di dudukinya. Jelas aja masih ada cangkir tehnya di sana."Maafkan aku Brigita, teh ini murni aku yang minta," sungguh ini adalah kebohongan Reiko yang kedua kali soal Aida, setelah sebelumnya dia mengatakan bahwa roti selai kacang itu buatannya."Aku tidak sama sekali ingin mempermainkan perasaanmu, tapi aku tadi hanya memikirkan tentang nature spaceku. Kamu tahu kamu betapa pentingnya tempat itu untukku?""Iya, sudahlah. Aku tahu," respon Brigita lebih kalem."Aku juga minta maaf karena tadi aku terlanjur emosi pas dateng. Aku beneran ga bisa mengendalikan diriku kalau sudah melihatm
"Oh nggak ada kok," jawab Reiko cepat."Aku cuma diam supaya kamu istirahat dan bisa tenang, aku nggak mau ngeganggu kamu, sayang," tambah Reiko lagi, yang kini memberikan senyumnya kepada wanita yang menatap wajahnya."Beneran?""Hmm."Melihat Brigita yang tidak yakin Reiko pun menjawab cepat."Apa sekarang kondisimu sudah lebih baik?"'Sepertinya dia benar-benar kepikiran tentang obat-obatku ya? Hahaha. Dia saja yang tidak tahu kalau aku depresi bukan karena wanita itu. Bukan karena pernikahannya dengan wanita itu juga. Tapi karena aku khawatir aku tidak punya kesempatan untuk mengikuti tender itu dan aku tidak bisa bertemu dengan Gerald Peterson,' bisik dalam hati Brigita karena memang ini adalah sesuatu yang sangat mengganggunya.'Tapi tentu saja dia tidak boleh tahu soal ini. Hahaha, selama aku tidak bisa mendapatkan Gerald dia akan menjadi serepnya,' bisik hati brigitaKarena itulah"Aku nggak apa-apa kok, sayang. Kondisiku sudah lebih baik jadi kamu nggak usah khawatir berlebih