"Ehm, ya... Mungkin aja itu yang kamu inginkan? Kan kita berbagi sama anak-anak yatim."
Reiko yang melihat senyum istrinya tak yakin juga sih dengan ucapannya.
Tapi rasa-rasanya itu yang paling masuk akal karena tadi ide itu yang muncul dari benak Aida dan disampaikan kepadanya.
"Hihi, Mas, aku ndak sama sekali minta itu. Aku hanya kasih Mas Reiko solusi yang lebih berguna untuk uangnya Mas Reiko." Lalu Aida melangkah lebih dekat sehingga kini kedua tangannya ada di meja itu agak sedikit menekan di saat dia menatap suaminya.
"Ingat lima perkara Mas, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sempit, muda sebelum tua, lalu hidup sebelum mati," setelah bicara, senyum Aida terurai ketika dia memegang satu telapak tangan suaminya, menjadikannya sandwich diantara telapak tangan kanan dan tangan kirin
"Hmm. Aku harus bertemu dengannya. Dan aku juga harus mengajakmu bertemu dengannya. Karena kita memang harus bertemu dengannya!"Reiko lalu senyum-senyum sangat bersemangat."Pokoknya kita harus bertemu dengan Nyonya Aifah. Aku sudah janji padanya kalau aku akan membawamu, memperkenalkan kepadanya. Dia juga penasaran denganmu dan nanti saat dia melihatmu aku yakin sekali dia pasti tahu kalau kamu adalah istri terbaik untukku!"Lagi-lagi Reiko bicara dengan pandangan matanya yang membuat wajah Aida sedikit memerah."Mas Reiko habiskan makanannya!"Makanya tak mau merespon itu Aida memilih memfokuskan dirinya pada urusan yang lain."Aku yakin dia seneng banget kalau nanti udah ketemu kamu dan ngeliat kalau kamu jadi istri aku!"
"Hehehe. Mbak Aida tanya apa sih?"Tak ada yang bisa dilakukan oleh Inggrid kecuali berpura-pura bodoh seakan-akan dia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Aida."Ehem!"Tapi Aida tak peduli dia malah menyikut Inggrid, ingin tahu lebih jauh."kamu sama Seno maksudku. Kalian punya rasa bukan satu sama lain?" Aida masih mencecar."Ssssh! Mbak Aida nih!""Jujur padaku, apa Seno mengungkapkan tentang rasanya padamu?"Maunya Inggrid tidak curhat apapun. Dia tidak mau bercerita karena Inggrid juga tidak pernah memaksa Aida untuk menceritakan sesuatu. Dia menghargai privasi. Seakan-akan tak mau peduli dengan urusan Aida meski sebetulnya dia penasaran.Tapi
Haduh, gimana nih?Sejujurnya Aida sangat cemas. Tapi dia tidak mungkin memperlihatkan kecemasannya ini di depan Inggrid yang pasti akan bertanya-tanya dan Aida khawatir akan membuat gadis itu cemas lalu menceritakan semua pada keluarganya.Aida tidak mau merepotkan semua orang dan membuat spekulasi. Dia juga tidak mau membuat suaminya banyak pikiran makanya Aida menuruti melakukan apa yang diperintahkan Reiko yang juga ikut ke kamar bersama dengannya untuk membawa koper yang sudah mereka siapkan.Reiko berencana untuk menaruh mobilnya di bandara. Dan mereka akan mendapatkan lounge khusus sebagai tamu VIP selama menunggu penerbangan. Jadi tak masalah baginya kalau mereka berangkat lebih dulu.Lagian saat dia pulang ini sudah jam sembilan malam. Perjalanan ke bandara bisa menghabiskan waktu satu sampa
Aish, baiknya aku tiduran dulu saja!Reiko memang sering sekali memforsir tenaganya untuk bekerja. Kalau tubuhnya tidak merasa sakit seperti pening atau kadang perutnya terasa perih seperti sekarang dia belum berhenti.Eish, aku harus cepat beli pesawat jet sendiri supaya aku bisa berduaan di kamar dengan istriku. Kalau tak menyentuhnya begini pusinglah kepalaku.Dan meskipun kurang nyaman dengan tempat tidur ada sekatnya seperti sekarang ini tapi dia harus menerimanya.Eh, tapi mungkin aku harus bersyukur karena ini lebih baik daripada kelas ekonomi dulu ya? Kata Ai, kalau bersyukur nikmatnya akan ditambahkan oleh Tuhan kan? bisik hati Reiko yang mencoba tidur hingga dia akhirnya pula sendiri.Sampai..."Mas
Ish, Mas Reiko nih, gak peka. Kesal hati Aida. Aku nervous bukan karena dia yang mau presentasi tapi apakah dia akan bertemu dengan kekasihnya sekarang? Lalu...Aida, tak paham apa maunya dan sekarang dia sedang bersama suaminya bahkan suaminya sedang menggandeng tangannya tapi pikirannya terus saja mengarah pada seseorang yang membuat napas Aida kembang kempis."Kamu tenang aja kalau urusan presentasi aku bisa menjamin aku bisa memberikan yang terbaik. Sudah jangan berpikir macam-macam. Aku yakin semuanya akan beres dan baik-baik saja. Project yang kubuat itu sangat bagus sekali jadi tidak mungkin kalau aku gagal."Dari semua tawaran desain yang diberikan oleh Brigita pada MTC itu semua memang buatan Reiko tanpa ada penambahan sedikitpun.Tapi tentu saja Reiko tidak tahu apakah desain itu m
"Uhuk uhuk! Apa kau tidak bisa menghentikan merokokmu? Kurasa kau merokok beribu-ribu batang pun itu tidak akan merubah keadaan!" pengap ruangan itu sehingga wanita itu tak tahan lagi."Kau pikir, dengan apa yang kau katakan itu bisa mengubah keadaan juga Shandra?""T-tommy, kenapa kau memekik padaku? Ini bukan salahku!" Shandra tak terima."Bukan salahmu? Cih! Kemana otakmu, hmm? Lupa kau kalau semua masalahku ini berawal dari dirimu?"Sama, suaminya pun tak terima. Dia berjalan mendekat pada Shandra dengan tatapan dinginnya."Siapa yang di awal berpura-pura baik? Berpura-pura seperti malaikat berusaha mendekat padaku tapi sebenarnya kelakuannya adalah kelakuan iblis. Kau yang merebut aku dari adikmu!""A-apa?" Shandra sempat membuang
"Berikan kesempatan padaku untuk mengajukan design-ku baik untuk bangunan dan desain interior!""Maksudmu?" Richard, yang mendengar permintaan Reiko sedikit tak paham apa keinginan dari pria itu.Dia sudah menjelaskan kalau dirinya hanya menjadikan Brigita sebagai alat untuk mencari Tasya.Apakah permintaan maaf yang diinginkan oleh Reiko adalah kesempatan untuk bekerja sama dengan dirinya?"Satu bulan. Berikan aku satu bulan waktu untuk mempelajari seperti apa yang kau inginkan dari resort yang akan kau buat. Dan berikan waktu untukku untuk membuat ulang desain interior yang sesuai dengan design arsitek terbaru!"Reiko lalu diam sejenak. Dia membuang wajahnya untuk menghempaskan napas sebelum kembali melirik pada Richard."Asal kau tah
"Aku harap kau tidak keberatan dengan rencanaku meminta Connor Meyer melakukan yang sama sepertimu. Karena aku juga sudah merugikan kalian berdua dengan cara yang tak baik untuk masalah pribadiku!"Selepas salah satu saingan Reiko untuk memperebutkan tender dari MTC sudah pergi meninggalkan ruangan, Richard kembali bicara.Pria itu belum pergi kemanapun dan masih menatap Reiko yang sebetulnya sadar kalau ini adalah babak baru persaingan yang lebih ketat untuknya tapi dia sudah mengangguk setuju."Jika kau tidak memberikan kesempatan yang sama padanya kurasa kau tidak adil pada kami."Reiko membuat Richard merasa lega dan ini berarti masalah satu sudah selesai."Aku berharap kita bisa bekerja sama seandainya semua yang nanti kau siapkan sesuai dengan minat dan impianku."