Aku berharap kekasihnya mengatakan kalau dia tidak mau makan makanan ini. Tapi wanita itu malah diam saja. Ish bukan dia tak suka padaku?
Mau tidak mau Aida akhirnya membawa makanan itu ke meja dengan perasaan tak ikhlas.
"Ayo makan dulu, Bee."
Tak menunggu Aida pergi, kalimat itu terlontar dari bibir Reiko.
Tak tahu lagi Aida harus berpikir bagaimana. Dia memilih pergi begitu saja meninggalkan seseorang yang memangku mangkuk itu. Tak peduli dengan mangkuk yang masih panas isinya.
"Ayo makan, Bee." Reiko kembali menimpali dan sepertinya dia bersema
"Hah?" Brigita bingung."Kamu bukannya nggak suka sama teh manis?""Mungkin tidak ada salahnya meminum ini, asal gak sering-sering?"Tapi tidak dengan orang yang di sampingnya yang justru menikmati sekali seruputan demi seruputan yang masuk ke dalam mulutnya.Sesuatu yang memang sudah dirindukannya.Lagi-lagi kamu melanggar janjimu padaku. Aku bilang tiga jam kita pulang dari rumah keluarga Prayoga. Jangan bilang apa-apa pada mereka yang tidak masuk akal. Kau malah bergosip dengan Dimas. Apa yang kalian bahas? Kepergianku ke Kudus atau apa? Berusaha unt
"Makanankuuuuuuuu!"Sudah jelas dari mimik wajah Aida dia menahan kesal saat masuk ke dalam kamarnya.Makanya di dalam sana, dirinya sudah menghentakkan kakinya kesal."Orang itu makin gila aja, ya gak sih!"Aida menggerutu lagi. Kedua tangannya berada di pinggang dengan pipinya yang menekuk kesal.Angan-angannya untuk makan sesuatu yang hangat di dalam kamarnya tanpa gangguan dan mungkin sedikit bisa memberikan hiburan juga kebahagiaan untuknya saat ini lenyaplah sudah."Mie g
(Sesaat sebelumnya, ketika Brigita sudah memberikan handphone kembali kepada Reiko)"Kamu lihat sendiri kan apa yang dibilang sama kurir itu di pesennya? Dan kamu lihat foto yang dikirimnya kan sayang?"Brigita dengan suaranya meninggi pun bicara. Dia sudah sangat menggebu-gebu sekali. Pria yang dipanggil sayang juga bisa melihat emosinya.Kekasihnya sudah tak sabaran. Brigita benar-benar marah dan kesal."Iya aku udah liat.""Kok gitu doang tanggepannya?" tanya Brigita kesal.
"Hey, kamu berpikir kejauhan, My Queen."Reiko menggelengkan kepalanya ketika kekasihnya baru saja selesai menyentaknya macam tadi."Kakekku yang meneleponnya pasti, Bee." Reiko mulai menjelaskan.Tentu saja dengan sikapnya yang setenang tadi."Dan dia memang tidak akan mengganggu perjanjian yang sudah aku buat dengannya. Dia itu orang yang bisa aku percaya. Dan dia tidak akan berani macam-macam karena aku punya kartu AS-nya, kamu ingat, biaya sekolah adiknya!"Mendengar yang tadi diucapkan oleh Adiwijaya, memang harusnya Brigita tidak terlalu curiga lagi.
"Hmm. Kan aku punya kamu! Jelas ini jadi tempat favorit kita berdua kan?""Ih aku bicara serius ya! Maksudku Kenapa kamu pilih menjauh dari keluargamu kan pasti karena….""Iyalah. Aku mau tinggal sama Kakek juga nggak mungkin, karena Kakek belum bisa terima kamu waktu itu!"Tapi aku tidak mau lah, tinggal bersama dengan kakeknya! Pertama kali kami bertemu saja, dia mau menyuruhku untuk membuang urine neneknya! Kan itu menjijikan!Saat Reiko membawa Brigita pertama kali itu, saat neneknya sedang sakit. Mereka di rumah sakit dan kakeknya minta tolong untuk membuangkan isi tampungan kateter yang sudah penuh itu ke toilet ta
"Hmmm!" Lagi-lagi Brigita pun tersenyum dan mengangguk saat pikirannya sudah mulai sadar.Brigita mulai kesal, karena modalnya hampir kena masalah sebab bujuk rayu Rika.Ini nggak sinkron! Aku sedang berusaha untuk dekat sama Gerald Peterson, tapi aku harus kena jebakan Rika! Kurang ajar!Bagaimana wanita itu memanasinya, hingga berakhir dia seperti orang gila terus-terusan meminta Reiko untuk bersama dengannya."Baiklah, mulai sekarang aku tidak akan lagi cemburu padamu, sayang." Brigita tampak menyesal."Aku pokoknya nggak akan lagi-lagi
(Sesaat sebelum sang kurir mengantar makanan yang sudah di ganti)"Aduh iya maaf banget ya! Aku bener-bener nggak sengaja tadi! Gini aja deh, aku ganti ya makanannya."Bener ya hidup itu, kalau ketemu sama orang yang sering jual diri pasti sial! Aku udah ngerasa nggak enak banget pas aku ngambil orderan tadi itu. Lagi-lagi ke tempat mereka! Dan lihat sekarang, pagi-pagi aku udah apes! keluh sang kurir yang memang sudah tahu dan sering sekali mengantar ke sana walaupun tidak tiap hari, tapi beberapa kali sudah membuat dirinya eneg bolak balik apartemen Reiko."Ganti doang sih gampang, Mbak!" sentaknya."Tapi ini yang punya makan
"Pergi sama laki-laki?"Dan Reiko yang mendengar ucapan sang kurir pun menanyakan ulang kepadanya."Iya Om! Makanannya mo di cek dulu gak, Om?""Eh, enggak. Tapi sebentar!"Reiko mengambil sesuatu di sakunya karena dia juga membawa uang tadi."Ambil nih.""Makasih Om, permisi!"Yah, namanya kurir dikasih uang tip kan ambil aja, bukan? Lagian lumayan yang diberikan oleh Reiko. Lembaran ratusan ribu