(Sesaat sebelum sang kurir mengantar makanan yang sudah di ganti)
"Aduh iya maaf banget ya! Aku bener-bener nggak sengaja tadi! Gini aja deh, aku ganti ya makanannya."
Bener ya hidup itu, kalau ketemu sama orang yang sering jual diri pasti sial! Aku udah ngerasa nggak enak banget pas aku ngambil orderan tadi itu. Lagi-lagi ke tempat mereka! Dan lihat sekarang, pagi-pagi aku udah apes! keluh sang kurir yang memang sudah tahu dan sering sekali mengantar ke sana walaupun tidak tiap hari, tapi beberapa kali sudah membuat dirinya eneg bolak balik apartemen Reiko.
"Ganti doang sih gampang, Mbak!" sentaknya.
"Tapi ini yang punya makan
"Pergi sama laki-laki?"Dan Reiko yang mendengar ucapan sang kurir pun menanyakan ulang kepadanya."Iya Om! Makanannya mo di cek dulu gak, Om?""Eh, enggak. Tapi sebentar!"Reiko mengambil sesuatu di sakunya karena dia juga membawa uang tadi."Ambil nih.""Makasih Om, permisi!"Yah, namanya kurir dikasih uang tip kan ambil aja, bukan? Lagian lumayan yang diberikan oleh Reiko. Lembaran ratusan ribu
(Kejadian setelah Didi berpisah dengan Aida)Salah tidak ya aku pergi dengan Mas Dimas? Haduh gimana dong?Mobil sudah menderu menjauh dari apartemen dan pikiran ini makin menghantui Aida.Dia sebenarnya ingin menolak. Tapi tahu sendiri bagaimana Dimas kalau sudah memaksa?Dimas juga sudah mengatakan kalau dia adalah keluarga dari Mutia dan Farhan juga. Maka Aida tidak berani mengatakan tidak.Bagaimana kalau Mas Reiko tahu? Tapi kayaknya dia nggak tahu kan, ya? Haduuh, aku ini masih istrinya, tapi aku jalan sama orang lain di luar! Ak
"Ehm, hehehe! Iya bener sih." Aida menimpali celetukan Dimas tadi dengan tawa ringan kali ini."Tapi Mas Dimas nih, izin mau melakukan sesuatu yang penting sama istrinya, tapi lihat, Mas Dimas malahan nyamperin perempuan!" Aida mengerucutkan bibirnya.Dia tak berani menggoda Dimas lagi karena terus saja diplesetin semua yang dikatakannya."Kalau ketahuan sama istrinya Mas Dimas, aku ya nggak enak juga loh! Nanti disangkanya aku jadi pelakor," seru Aida menambahkan. Memang ini sesuai isi hatinya yang tak suka kalau sampai ada suara sumbang seperti itu."Gak akan. Sudah kubilang, dia sangat percaya padaku dan aku juga bukan orang yang aka
Payudara?Aida berbisik di dalam hatinya ketika mendengar ucapan Dimas ini.Kata itu seperti mengandung racun mantra yang sangat kuat dan mampu menghujam di dalam hatinya.Perih sekali, apalagi adegan ketika dia tak sengaja melihat Reiko memegang bagian itu milik Brigita terbayang tanpa diharapkan Aida.Aish, kenapa jadi terbawa perasaan begini? Tak boleh! Aida memperingati hatinya.Perlahan Aida juga mencoba masuk dan bicara lagi ketika dia melihat Dimas sedang senyum-senyum.
"Hmm. Aku nggak tahu lagi tempat yang enak buat ngobrol di mana selain di Ancol!"Dimas membuat jawaban biasa supaya Aida tidak curiga, kalau emosinya sedang meningkat.Aku memang laki-laki bejat, tapi aku tidak bermain dengan wanita baik-baik! Semua yang aku ajak bermain itu adalah wanita di club atau artis yang bisa kubayar. Makanya aku kesal kalau ada orang yang bermain dengan wanita baik-baik! keluh hati Dimas, saat dia menghempaskan napas sebelum bicara lagi…."Soalnya pantai yang dekat dengan Jakarta ya cuman di sini, sih."Dimas melanjutkan sambil membuka seatbelt-nya dan Aida juga melakukan hal yang sama dan bers
"Oh itu semua karena kesalahan saya, Mas Dimas. Bukan karena Mas Reiko." Aida lagi dan lagi melindungi Reiko."Itu saya lagi di dapur dan memang itu awal-awal saya tinggal di rumah Mas Reiko dan saya tidak mengerti bagaimana cara pakai peralatan di dapurnya.""Kamu serius?"Lagi lagi Aida membenarkan. Dari cara dia menatap Dimas memang dia seperti tidak menginginkan ada salah paham."Tapi Mas Dimas apa Pak Raditya tahu kalau Mas Dimas sudah tahu tentang hubungan saya ini?" Aida khawatir."Gak tahu!" Dimas berbohong. "Ini bukan urusan Raditya jadi aku nggak
"Mas Dimas itu makanan kita, bukan? Udah disajikan di meja!"Tapi bukan menjawab pertanyaan Dimas yang barusan, Aida malah menunjuk ke arah pelayan yang sudah menghidangkan makanan."Kamu ini malah ngalihin pembicaraanku lagi.""Ya soalnya sayang kan, kalau makanannya dibiarin kebuka gitu, Mas? Kita kan makannya di luar dan mending kita makan yuk!"Dimas terpaksa mengikuti Aida yang menuju ke arah meja. Apalagi melihat Aida begitu bersemangat. Dimas tak mengelak.Dia belum bisa membuat Aida melakukan apa yang diinginkannya.
"Jadi kau mau coba saingan denganku?"Ini sesaat setelah Reiko tahu Aida pergi dengan siapa dan Brigita sudah tidak lagi ada di apartemennya. Reiko berbisik dengan suara yang berat.Tapi senyumnya itu membuktikan kalau memang dia sudah memikirkan sebuah rencana.Reiko merogoh saku piyamanya dan memencet nomor telepon seseorang yang menjadi bagian dari rencananya.Ratna: Assalamualaikum nak Reiko?Reiko: Waalaikumsalam. Ibu sudah sampai mana sekarang? Karena saya akan menjemput ibu nanti di terminal.Ratna: Oh, nak Reiko yang datang?Reiko: Iya Ibu. Istri saya pagi ini gak bisa diganggu karena ada kursus bahasa Inggris untuk IELTS dan TOEFL-nya. Habis itu, dia ada juga kursus untuk ujian masuk kuliah dan saya meminta tolong pada teman saya, ibu mungkin masih ingat Mas Dimas yang datang ke pernikahan Mutia dan Farhan untuk membantunya? Karena ada workshop di perusahaan komunikasinya hari ini. Saya minta tolong istri saya diizinkan ikut, supaya dia bisa belajar tentang manajemen perusaha