"Hihihi, aku nggak mikir kayak gitu kok, Mas! Aku nggak marah sama Mas Reiko."
"Serius?"
Aida mengangguk dan bukan hanya isapan jempol kata-katanya. Dia juga mendekatkan bibirnya pada pria yang bertanya tadi.
"Gitu dong. Aku suka kalau kamu yang berinisiatif buat mengecupku!"
Lagi-lagi Reiko membuat pipi Aida memerah.
"Tidur yuk, Mas. Besok kan aku harus berangkatnya pagi-pagi!"
Aida harus berangkat selepas subuh karena jam enam dia sudah harus sampai di kampusnya.
Ah, bodo amatlah! Yang penting kalau itu cewek macem-macem sama gue, ga peduli lagi siapa dia. Abis aja entar!Dia memang masih mengingat betul bagaimana wanita itu berusaha untuk menggodanya. Bahkan memberikannya nomor telepon. membuatnya bergidik jijik.Kalau dia pikirkan karena gue adik dari Denada Aprilia maka gue banyak duit dan pantas untuk dijadiin inceran cewek mata duitan kayak dia, ssssh ... dia berharap ke orang yang salah. Jangan panggil nama gue Didi kalau masih tetap harus ngemis ke keluarga kakak gue buat masa depan gue sendiri. Dan cewek kayak dia bukan tipe gue!Didi memang tidak menyukainya dan tidak pernah menghubunginya malah handphonenya tidak pernah menyimpan nomor te
Aish, apa yang sudah kupikirkan? Kenapa aku jadi melengse ke sana pikirannya?Aida menggerutu sendiri dan mencoba untuk fokus pada acara mahasiswa itu."Inggrid, kenapa kamu nggak ikutan aja? Itu kan Aikido. Kamu bukannya dari dulu zaman sekolah ikutan Aikido?"Aida mencoba mengalihkan pikirannya dengan mengajak Inggrid bicara dan mencoba mengusik sepupunya itu agar tidak pasif dan mengikutinya. Aida akan merasa bersalah kalau gara-gara dia Inggrid tidak ikut organisasi apa pun.Tak ada alasan untuk Inggrid diam saja. Dia memang harus aktif. Aida tahu kalau sepupunya harus ikutan kegiatan mahasiswa yang penting untuk bersosiali
"Eh, iya bener-bener! Pantesan wajahnya familiar banget. Ya ampun, udah ganteng gitu, terus mahasiswa kedokteran. Pasti pinter ya? Bahasa Inggrisnya juga bagus gitu tuh!"Kebenaran memang saat ini mic diserahkan pada Irsyad dan dia sedang menjawab pertanyaan salah seorang yang jadi volunteer dengan Bahasa Inggris.Tadi mereka diizinkan untuk memberikan pertanyaan dan boleh memilih siapa yang menjawabnya. Kebetulan ada yang bertanya pada Irsyad dan membuatnya harus bicara.Hahaha, kamu lihat ya Didi! Cowok-cowok ganteng kayak dia ini bakal jatuh sama aku. Dan kamu juga bakalan jatuh cinta sama aku nantinya. Ku buat kamu bertekuk lutut padaku!
Duh, lagi dan lagi ... aku malah kepikiran soal negatif begini. Harusnya aku minta aja ya nomor telepon Mas Reiko supaya bisa ngobrol sama dia? Ah, tapi aku malah makin nggak konsen nanti!Aida serba salah sendiri apalagi dia tak pernah berpisah dengan pria itu selama berminggu-minggu dari awal bulan.Saat ini perasaannya jadi galau sendiri."Aida, Reti tuh emang orangnya kayak gitu ya? Suka ganjen sama anak laki-laki?"Tapi untung saja di sampingnya ada Inggrid yang sudah datang dan mengajaknya bicara, sehingga Aida jadi tidak fokus lagi pada pikirannya barusan, meski pembahasan Inggrid ini tergolong gosip yang legit.
Aku tahu Mas Reiko sayang banget ke aku. Tapi mungkin sempurna kalau Mas Reiko sayang ke aku dan cuma jadiin aku satu-satunya wanita miliknya!Aida memang sering berbisik seperti itu dalam hatinya, tapi itu hanya sekedar bisikannya saja yang tak ingin dilanjutkan."Aku cuma belajar dari ibu, hihi.""Iya emang bule itu istri yang bisa jadi panutan. Dulu zaman ibuku masih hidup juga Ibu sering bilang kalau bule itu keren banget dan ibu sering nyontoh bule!""Tapi bude juga baik, lho! Kamu tuh beruntung punya pakde sama bude. Dua-duanya itu nggak pernah ada yang maksain kehendak dan mereka berdua emang udah sayang banget
Beberapa jam sebelumnya."Pekerjaanmu sudah selesai?"Lampu-lampu di luar gedung sudah terlihat menghiasi langit malam kota Jakarta saat pertanyaan itu diberikan oleh seseorang yang masuk ke dalam ruang kerja Reiko. Matahari sudah masuk ke peraduannya sejak sejam yang lalu dan saat ini Reiko masih terlihat sibuk sekali di meja itu.Seharusnya orang yang bertanya sadar pekerjaan Reiko memang belum selesai."Ada yang Papa mau bicarakan denganku?"Sejak datang ke kantor, ada beberapa rapat yang harus diikuti oleh Reiko. Belum lagi dia juga harus menerima lapor
"Papa, sudahlah! Urusanku dengan Brigita dan Aida ini adalah urusan pribadiku!""Tapi ini menyangkut pekerjaanku dan ini juga menyangkut tentang perusahaan yang selama ini sudah kubangun dengan jerih payah dan tenagaku. Aku membantu kakekmu dengan sangat tulus sekali membangun perusahaan keluarga kami. Dan kamu ingin membuat semuanya rusak?"Endra, tidak bisa menerima alasan Reiko."Di saat semua orang mereka bisa bermain dan menikmati masa mudanya, apa yang kulakukan Reiko? Membangun perusahaan ini. Disaat adikku kabur meninggalkan perusahaan dan berusaha mencari jalannya sendiri mewujudkan mimpinya dengan mengatakan dia tidak mau memperbesar bisnis rokok ayahnya, aku yang bertanggung jawab!"
"Kamu ingin menyanggah apalagi Reiko?"Lihat anaknya diam dan sudah kelu bibirnya karena tak tahu lagi harus mengatakan apa tentang kejadian ini saat Endra kembali menyindirnya."Kau ingin bilang kalau ini adalah perbuatan Raditya?"Memang sejujurnya ada pikiran dalam benak Reiko kalau ini adalah akal-akalan Radit untuk membuat namanya hilang. Karena kekesalan Radit padanya. Bisa saja kan seperti itu?"Dengar ya! Kalau memang ini adalah buatan Radit, dan kalau memang ini tidak direncanakan oleh Reyhan, dia seharusnya menyuruh adiknya untuk tidak mengatakan seperti itu dan membawa nama orang tuanya. Karena ini ujungnya akan menjadi bumer