"Ah, baiklah. Aku akan menurut padamu. Aku akan sehat dan aku ingin melihat bayi-bayi itu. Ya ampuuuun, anakku akan punya anak kembar tiga? Aku sangat beruntung sekali jika bisa memeluk mereka. Dan pasti Reiko juga istrinya senang, bukan? Aku masih ingat wajahnya dulu yang selalu bahagia setiap menceritakan tentang istrinya."Mommy, kau dari dulu selalu saja memperhatikannya dan selalu menyayanginya lebih dariku. Padahal yang ada di sisimu setiap hari itu aku. Tapi yang kau tanyakan pasti dia terus. Dan kau selalu sangat bahagia sekali setiap cerita padaku, kau bicara dengannya. Kau bilang dia sangat manis dan baik. Kau sangat menyukai cara dia bicara dan masih banyak lagi. Tapi apa kau tahu, dia begitu lemah dan bodoh? Sampai akhirnya dia mati karena kebodohannya sendiri. Lalu kenapa aku selalu saja iri setiap kali kau merindukan anakmu yang itu?Reizo melihat kegembiraan Aifah dengan informasi yang dia bawa sendiri. Rasa hatinya begitu kesal sekali. Padahal tidak ada yang salah dari
"Ya Tuhan, lagi-lagi kau ke-GR-an. Siapa juga yang menyukaimu? Aku melihatmu karena aku ingin menanyakan padamu siapa yang mengajarimu soal air tadi. Dan kapan kau mandi dengan gayung? Memangnya kau terlalu sulit hidupnya sampai kau tidak pakai shower di rumahmu?""Aku dibesarkan di negara komunis. Di mana semua kebutuhan saat itu sangat mahal. Aku dibesarkan di satu asrama sekolah dan di sana kami mandi dengan gayung. Kami tidak boleh menggunakan air terlalu banyak. Dan kami diajarkan seperti itu."Ya ampun. Aku sempat berpikir kalau dia ini menerapkan hadist Rasulullah dan mempelajari Islam. Ternyata dia tinggal di tempat komunis dan di sana memang semuanya serba terbatas.Aida menggerutu sendiri dalam hatinya karena memang dia sudah berpikir terlalu jauh. Konsep menggunakan air tidak berlebihan memang itu yang diajarkan dalam agamanya."Ehem, sebelum kau berangkat makan dulu. Aku sudah siapkan makanan." Aida mencoba mengalihkan pembicaraan."Dan jangan berpikir kalau aku menyukaimu.
Sementara itu beberapa jam sebelumnya ....[Rafael, kita sergap sekarang?][Hmm. Lakukanlah, Jo!]Rafael memerintahkan dengan komando dari dalam hatinya karena memang dia tidak ada di satu tempat bersama dengan Jo dan Leo yang kini sedang menyerang satu rumah dan baru saja mendobrak masuk."Daddyyyyyy!"Tapi sayangnya, saat kedua teman Rafael masuk ke dalam ruangan itu kondisinya tidak seperti yang mereka harapkan."Huuuh, si—siapa kalian? Apa kalian juga akan membunuh ayahku?"Dua orang yang ditanya langsung diam. Dan wanita itu memang tadi menangis histeris. Terlihat air mata membasahi pipinya dan memang belum lama ini terjadi serangannya."Tadi aku lihat ayahmu baik-baik saja saat masuk ke sini.""Aku juga tidak tahu. Aku ingin bicara dengan ayahku, tapi tiba-tiba ada seseorang masuk ke sini dan menghujani tubuh ayahku dengan pisau. Dan sekarang ayahku sudah tidak lagi bernyawa."Tadi saat mereka masuk, pria itu masih bernapas, tapi dengan pisau sebanyak itu, tentu saja dia tidak a
[Kembali ke markas!]Tak pikir panjang setelah ada serangan fosfor dan orang yang ingin dilindungi Rafael juga terluka terkena tusukan,maka saat itu dia memberikan komando untuk kembali ke markas tanpa mengejar Alexander dulu.Dalam kondisi tak fokus dan mereka juga tidak tahu ke mana perginya Alexander, ini akan berbahaya untuk mereka.Rafael tentu saja tidak akan pernah membahayakan kondisi teman-temannya. Cuma, dia dan seseorang yang ditolongnya sampai lebih dulu ke laboratorium, makanya Aida sempat kaget melihat siapa yang dibawanya. Barulah beberapa detik kemudian Jo dan Leo menyusul."Kau ada di sini?""Fuuuh! Rafael! Aku pikir kau tidak akan sampai ke sini! Untung saja kau tidak kenapa-napa!"Aida belum menjawab pertanyaan itu, tapi ada dua orang lagi yang baru saja sampai dan langsung mendekat pada Rafael dan terlihat lega. Mereka memang seharusnya saling melindungi dan kembali ke portal bersamaan. Tapi Rafael tak sempat untuk memegang tangan mereka. Yang penting terhindar dulu
"Tentu kita tidak akan melakukan hal itu, Dokter Juna. Tapi aku rasa, kita punya teknologi baru yang bisa kita gunakan seperti alat untuk mengangkat kanker yang banyak dilakukan oleh rumah sakit-rumah sakit di Jepang mulai dari beberapa tahun lalu.""Ah, robot itu yang kau maksud, Aida?""Iya, benar." Aida antusias."Jadi begini, zat ini kan sebenarnya tidak berbahaya ada di kepalanya dan kita bisa menyayatnya tipis tanpa mengenai lapisan otaknya. Mungkin kita bisa meninggalkan sisa tipis dari lapisan ini sekitar 0,1 mili supaya tidak merusak otaknya. Dan nanti kita observasi lagi apakah zat tersebut berbahaya atau tidak setelah ditinggalkan. Yang pasti tidak seberat ini dan akan menekan otak di bawahnya karena ini yang mengganggu dan membuat Archie terus-terusan ada pendarahan dari hidungnya dan dia juga sering mengalami pusing dan ketidakseimbangan. Kalau ini dibiarkan akan,semakin mengganggu fungsi saraf yang tertindih ini.""Kau benar, Aida. Kita tidak bisa membiarkan ini terus ad
"Terima kasih, sudah menjemputku."Setelah sampai di apartemen milik suaminya, Aida secepat mungkin membuka jaketnya karena tak ingin apa pun yang ada di dalam hatinya terdengar dan dia menuju ke arah dapur sambil membuka cadarnya."Kau biasa menyiapkan teh?""Saat sampai di rumah, itu adalah saat seharusnya seseorang rileks dari pekerjaannya dan teh itu memberikan efek luar biasa untuk relaksasi."Reizo tanya begitu karena memang Aida langsung mengambil peralatan dapur untuk masak air dan dia sudah bisa menebaknya."Aku ingin yang seperti kemarin.”Senyum Aida ketika mendengarnya, tapi dia memang tidak berkomentar."Ini teh untukmu. Dan ini sedikit cemilannya. Ada yang ingin kau tanyakan dari pekerjaanmu itu?""Untuk saat ini belum ada. Tapi sebentar lagi Seno akan datang ke sini dengan Fitri dan Inggrid. Karena aku ingin kau bicara langsung dengan mereka, apa yang kau rencanakan tentang restoran itu."“Wah, beneran kan, mereka datang? Kalau gitu aku siapin makanan dulu untuk mereka.
"Kau buka restoran makanan, bukan jualan cinta. Dan apa kau pikir orang yang datang ke sana itu butuh cinta?""Ehm, jelas butuh makan.""Dan apa kau pikir semua orang yang datang ke sana itu, mereka orang yang beruntung dengan percintaan mereka? Orang yang memiliki rumah tangga bahagia dan kekasih yang sangat mencintainya lalu mereka menjunjung tinggi tentang cinta?"Pertanyaan yang membuat Aida belum bisa menjawabnya, karena kondisi dirinya sendiri juga tidak terlalu baik."Lalu, apakah kau pikir dengan membahas cinta dan menuliskan menu-menu cinta apa tidak akan membuat trauma dan patah hati buat orang yang sangat sensitif sekali dengan perasaannya tentang cinta?" Tanya yang lagi-lagi belum bisa dijawab oleh Aida."Bagaimana dengan perasaan seseorang yang mungkin memiliki tubuh tidak terlalu bagus dan dia selalu gagal dengan masalah percintaan, lalu dia mengalihkan hidupnya dengan mencari kebahagiaan dari makanan, kemudian membaca menu makananmu. Apa menurutmu dia tidak akan kecewa?
Aduh, yang satu itu lagi.Di sini Aida mengingkari tentang rencananya sendiri untuk selalu datang ke laboratorium milik Rafael dan membantu mereka. Karena kedatangan Seno, Inggrid dan Fitri yang diundang oleh Reizo, membuat Aida punya excuse untuk tidak datang dulu ke laboratorium. Tapi waktu itu excuse Aida hanya sampai restoran barunya sudah terbentuk dan sudah jalan. Lalu, apakah sekarang tandanya dia sudah harus kembali ke laboratorium?Nanti di sana aku harus bertemu dengan Mas Irsyad. Aduh, gimana, ya? Dia masih ada di sana nggak, ya? Aku juga belum bertanya apa pun soal dia. Dan aku berusaha untuk menghindarinya juga sebetulnya.Tidak sepanjang hari Aida membahas masalah restoran bersama Inggrid dan Fitri. Kalau dia mau, dia bisa saja membagi waktu antara urusan laboratorium, wisuda di kampusnya dengan urusan restoran. Tapi memang Aida memiliki alasan lain kenapa dirinya tidak mau datang ke laboratorium. Ada beberapa hal yang harus Aida selesaikan di sana. Mungkinkah dia menghi
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku