"Garis bibirnya pas senyum itu garis bibir Sulastri, loh Romo!"
Waluyo memang sudah lama tidak bertemu dengan wanita itu. Tapi Sulastri Listyaningrum memang tak lekang oleh waktu. Tetap masih ada di dalam pikirannya.
Makanya Dia memang memperhatikan sekali seseorang di sana.
"Ndang cepat lihat fotomu. Kamu bisa lihat nanti, bisa ngebandingin.
"Lah, iya sebentar Romo, tak cari sek, neng endi yo?"
"Halah! Moso foto ngono ae neng endi, koe simpen neng endi memang?"
Adiwijaya jadi
"Pak Dimas bisa tunggu sebentar, tidak? Saya ada janji jam lima, jadi Saya mau….""Teleponlah. Daripada nanti Kau kena omel sama Raditya. Kau janjian dengan mertuanya kan? Tapi lebih baik Kau telepon Sandi saja, daripada Kau telepon Raditya, karena bukan urusanmu selesai tapi Kau akan kena makiannya."Sampai ke tahap ini pun Dimas tahu. Reiko tidak bisa berkata-kata. Dia hanya membuka mulutnya dan tertawa tanpa suara ketika mereka baru saja memasuki pagar rumah Adiwijaya."Jangan kaget juga. Aku tahu kalau Kau ada janji dengan ayahnya Denada itu. Aku tadi pagi ke rumahnya Raditya, ada beberapa hal yang ingin Aku bicarakan dengannya dan tak sengaja Aku juga mendengar obrolan kalau Sandi baru menghubungi Padri,
"Kau punya minuman di pesawatmu?"Aku pikir Dia ingin membicarakan sesuatu yang serius! Ternyata minuman?Tak tahulah Reiko harus berkomentar apa, tapi Dia sudah menganggukkan kepalanya di hadapan seseorang yang tampak senang bisa mendapatkan sedikit alkohol."Ah, baguslah! Aku sedikit pusing dan ingin sedikit sparkling!"Dimas bicara sambil turun dari helikopter yang sudah membawa mereka ke tempat tujuan.Kini mereka hanya perlu mengendarai mobil kurang dari 5 menit untuk sampai ke parkiran pesawat jet.
"Hahaha! Tak perlu tegang begitulah! Cukup panggil Aku dengan Mas saja, kan tadi sudah Aku bilang?"Dimas ini kadang-kadang memang suka iseng! Ada saja ulahnya untuk membuat orang sedikit emosi."Aku tidak ingin mengambil Istrimu, soalnya Aku sudah punya anak dan istri. Kataku juga, kalau Aku belum punya anak dan belum punya istri jelas Aku akan merebutnya darimu, apalagi Dia keluarganya Farhan!"Dua kali lagi Dimas memberikan penekanan terhadap keluarga Farhan, yang makin membuat hati Reiko tak menyukai sosok itu.Dia tidak bercanda denganku! Reiko paham akan hal ini.
Haduh, ternyata mereka yang datang? lemas dalam relung hati Aida.Sssh, ya tentu saja mereka tahu nomor PIN apartemen ini, karena mereka adalah ibu dan adik-adiknya, bisik di dalam hati Aida ketika melihat siapa sosok yang baru saja masuk dan kini berhadapan dengannya langsung.Sosok yang sebenarnya tak ingin dilihat olehnya dan kalau bisa, Aida lebih memilih untuk mengunci pintu kamarnya tadi dan tidak keluar-keluar. Berpura-pura tidur di dalam kamar, daripada sekarang dirinya harus berpapasan tak tahu harus bicara apa dengan mereka."Wah, wah, enaknya hidupmu! Tidak ada siapa-siapa di sini dan bebas melakukan apapun!"
"Maafkan Saya, Nyonya."Sssh, salahku di mananya coba? Aida tak paham.Tapi demi keamanan bersama, Dia memilih minta maaf saja.Aida berusaha tetap kalem. Tak meringis walaupun di sudut bibirnya ada bekas luka darah keluar di sana."Sejam dari sekarang, kalau sampai terlambat, Kau tahu akibatnya!"Rika memang mengizinkan Aida untuk membuat sesuai dengan waktu yang tadi dinegosiasikan oleh Aida."Jika terlambat, ada konsekuensinya untukmu!" seru Rika lagi, ketus.
"Pacarmu bukan yang mengantar? Sampai bicaranya bisik-bisik begitu?"Aida tak habis pikir! Dibilang bisik-bisik? Jarak mereka saja yang jauh dan memang mereka tidak harus bicara sambil teriak-teriak bukan? Lagi pula untuk apa juga Aida bisik-bisik."Oh, kalau memang kurir tadi pacar Saya, maka Saya sangat senang sekali, Nyonya! Dia itu tampan!"Aida tak peduli, kalau orang yang bertanya itu akan marah mendengar jawabannya seperti sekarang.Tahu kenyataannya Dia tampan kok! Sayang saja, tadi Dia pakai masker! Waktu pertama kali Aku bertemu dengannya lumayan juga mukanya, bisik hati Aida yang memang seorang wanita normal dan Dia
Aish, tiga kali sudah. Sakit sekali pipiku!Sebuah tamparan pun mendarat di pipi Aida membuat rasa kesemutan, perih dan panas."Kau hidup enak di sini. Dikasih makan, diberikan apa saja yang kau perlukan, Ibumu dikirimi uang, Keluargamu sejahtera. Hanya disuruh bikin makanan seperti ini saja, Kau ngamuk sampai memecahkan gelas seperti itu dan menuduh Putriku melakukan macam-macam." Rika belum selesai.Ya...ya, semuanya Aku yang salah! Hanya karena tidak ingin Aku mengerjakan semuanya tepat waktu, kalian terus saja membuat masalah denganku.Aida memilih diam, sambil ngedumel tentu saja di dalam hatinya
"Mama di sini?""Eeeh, Reiko, Mama tadi kebeneran lewat habis belanja dengan adik-adikmu dan mampir. Kangen sama Kamu, Nak," Rika secepat itu juga merubah wajah kesalnya menjadi tersenyum menatap Reiko."Maaf ya Nak, Kamu harus melihat adegan seperti ini di apartemenmu dan berantakan begini. Semua karena anak kampung ini benar-benar gak punya manner dan mengesalkan"Reiko yang baru datang tadi menyapa, makanya orang yang ada di ruang tengah semuanya menengok padanya kecuali Aida, yang justru meratapi sesuatu sambil menunduk.Mbok yo, kalau ndak mau makan kenapa ndak bilang aja sih? Makanannya bisa Aku bawa lagi ke belakang, ndak har