"Jadi bagaimana Richard?"
"Iya gimana? Aduh jangan diem gitu dong. Bener-bener kepikiran nih soal Tasya!"
Ellen yang juga menunggu Richard bicara setelah pria itu menutup teleponnya gemas sendiri dan langsung menimpali ucapan Edward. Tentu saja perbuatannya ini membuat suaminya mengikut sikunya.
"Diem dulu coba, biar Richard berpikir. Ingatkan dulu waktu kita diculik sama Tommy, Richard nemuin jalan keluar buat nolongin kita kan?"
"Tommy!"
Richard yang makin besar dan makin yakin sekali kalau ini berhubungan dengan Tommy apalagi sudah dua kali teman Tasya i
"Yah, tentu saja, mari kita Lihat info apa yang dia punya Excel!"Richard sudah tak sabaran dan dia saat itu juga bersama Excel, Roni dan ayahnya Edward mulai mendengarkan penjelasan dari perwakilan kepolisian dan Brice dia juga ikut hadir mendengarkan dalam hubungan komunikasi jarak jauh itu."Tapi dia sepertinya tidak mencurigakan dan tidak melakukan apapun yang aneh-aneh kok. Di mobilnya cuma muter-muter aja tapi nggak tahu ini dia sebenarnya mau pergi ke mana!""Dia mengulur waktu, Roni!"Richard, yang sudah yakin sekali apa yang dilakukan oleh Tommy memang pasti berhubungan dengan kepergian istrinya merasa sangat curiga sekali.
"Sial, foto-foto ini!"Keadaan di saat Tommy baru saja membuka amplop coklat itu dan dia melihat sesuatu yang ada di sana hatinya mulai kocar-kacir dan mulai menerka apa yang terjadi dan apa yang ada di dalam pikiran Shandra.Karena itulah:Brigita: Hmm, aku baru menutup teleponnya dan kenapa lagi kau menghubungiku?Tommy yang sudah menginjak pedal gasnya mengendarai mobilnya agak pelan agar dia bisa berkonsentrasi juga saat menjelaskan pada Brigita sesuatu yang sangat penting ini.Tommy: Brigita, apa kau masih ingat saat aku mengatakan padamu kalau aku mel
Brigita: Kau yakin? Aku ingin kau membunuhnya!Alina: Hmm. Iya tentu saja aku sangat yakin sekali. Dan sekarang kau jangan ganggu aku dulu. Aku akan ke sana dalam waktu lima menit pun sudah sampai.Sssh, mengganggu saja!Alina berbisik di dalam hatinya sambil dia mengamati semua yang ada di bawah.Mereka sudah siap! Venom yang ada di tubuh mereka sudah bisa membuat bakterinya berpindah dari tubuh mereka dan menghancurkan semua yang mereka gigit. Ya seperti zombie pada umumnya. Ini sangat luar biasa! Alina ada di atas pohon dan memang dia
"Kau pikir kau tak berbahaya untukku?" Tasya kembali protes."Tasya, dengar."Shandra yang makin ketar-ketir karena dia sudah membayangkan bagaimana Ibu dari Brigita mencoba memberikan perintah pada adiknya."Aku tidak mengunci pintunya. Dan kita akan masuk gang. Ini lumayan sempit di sini, dia pasti akan tetap mengejarku dan aku tidak tahu apa aku bisa tetap menyelamatkanmu atau tidak!""Shandra, sudahlah jangan bicara yang tidak-tidak.""Tasya, Aku tidak mau mengatakan yang tidak tidak. Kecuali, kau bisa memberikan nomor telepon suamimu maka mungkin aku b
"Kalau begitu tunggu apa lagi? kita kejar Tommy!"Richard, yang sudah sangat frustasi berpikir begitu."Tuan Richard. Kami juga mendapati di jam sembilan malam mobil yang dipakai oleh Tommy masuk ke Villa yang diberikannya kepada Tasya di teluk Jakarta. Dan dari sana dia tidak keluar lagi. Tapi villa itu sudah dicek oleh tim kami memang tidak ada siapapun yang masuk ke dalam sana sebelumnya Tommy sendirian."Pihak berwajib yang sudah mendapatkan alamat tempat di mana saja atas nama Tasya dari Excel itu sudah memerintahkan anak buahnya untuk mengecek.Itulah kenapa mereka bisa memberikan laporan ini meski sudah agak telat karena ini suda
"Oh, ndak tahu Mas. Coba saja diangkat dulu teleponnya, mungkin saja telepon penting!"Saat itu Reiko memang belum menentukan apakah dia mau atau tidak mengangkatnya. Dia masih bingung karena tidak biasanya dia ditelepon malam-malam begini"Iya juga sih. Mungkin ini ada hubungannya sama proyek kali ya?""Hmm… Makanya coba diangkat aja Mas! Lagian orang kaya seperti mereka itu nggak mungkin ngehubungin kita dan mengganggu kita kalau bukan ada sesuatu yang penting!""Ai, Kok kamu gitu sih. Memang aku ini nggak pantes dihubungin dan bukan orang penting ya?"
"Sampai sat ini, kami belum ada kabar persoalan Shandra. Dan untuk mengamankan saksi kami sudah meminta saudara Tommy Pramono untuk tetap tinggal di kantor kepolisian."Yah, pihak berwajib menemukan Tommy di Villa yang berada di teluk Jakarta.Mengingat pentingnya keberadaan Tommy dan ada hubungannya dengan kepergian Shandra, mereka menetapkan Tommy sebagai saksi atas dugaan penculikan dari Anastasya Peterson."Baiklah kalau begitu bawa aku bertemu dengannya!"Tak tahan lagi Richard ingin sekali bicara dengan Tommy dan menyelesaikan urusan ini. Banyak yang ingin dibicarakan olehnya dan banyak sekali yang ingin ditanyakannya juga.
Tasya, ada di mana dirimu sekarang?Richard yang memang secara hukum dia tidak mungkin bisa lagi menahan Tommy di penjara. Dia merasa berat sebetulnya membiarkan pria itu melenggang pergi meninggalkan kantor kepolisian. Tapi memang tak ada lagi yang bisa dia perbuatan.Apalagi pria itu memang patuh hukum dan dia tidak menggunakan intrik-intrik yang aneh-aneh.Tapi memang tak bisa dibohongi kalau hatinya menggalau. Kekhawatirannya dengan keberadaan Tasya yang belum diketahui membuatnya tak tenang."Tuan Richard!"Sampai salah satu anggota kepolisian
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku