"Aku bukan ngetawain Mas Reiko, tapi aku ngetawain namanya tadi itu, loh! Sop perontok lemak? Hihihi! Emangnya Mas Reiko menimbun lemak? Dan badanku juga sudah kecil, jadi kan nggak mungkin ada lemaknya berlebihan."
Anak ini malah membuatku semakin gila! Harusnya aku buat sop perontok perasaan! Heish! keluh hati Reiko geram melihat bagaimana Aida asik sekali tertawa dan seperti tidak ada beban apa pun.
Kalau aku sudah tak ada lagi perasaan padanya, aku tidak mungkin berkhayal dia memiliki sesuatu yang ... ehm, heish, apa susahnya sih dia mengikuti mauku rekonstruksi … isssh, makin gila aku!
Reiko masih mengumpat dan masih emosi sendiri.
Jadi tebakanku waktu itu benar, kan? Soalnya ibunya tu, ndak ada mirip-miripnya sama dia!keluh dalam hati Aida, namun dia tidak menjawab di hadapan Reiko hanya mengangguk saja."Aku tidak menjawab pertanyaanmu waktu itu di ruang kerjaku, karena aku belum yakin denganmu. Dan aku tidak suka membicarakan tentang diriku pada orang asing yang belum aku yakini."Reiko menjawab. Dia juga sudah tidak lagi mengekang kuat-kuat rahang Aida."Jadi, saya sekarang yang sudah tahu cerita ini dan menjadi orang ketiga yang tahu setelah Bapak juga Ratu Lebah Bapak tahu, kalau ibu Rika itu ternyata bukan ibu bapak?"
"Halah, aku pokoknya nggak percaya sama Mas Reiko. Palingan ini cuman buat ngegertak aku aja, kan?"Meskipun Aida dag dig dug, dia juga memberanikan diri bicara begini.Dia tidak terlalu yakin apakah Reiko betul-betul akan membuatnya tidak perawan lagi atau ini memang hanya gertakan?"Siapa bilang aku berpura-pura?""Hhh, Mas, jangan! Tolong jangan dibukaaa!"Tapi sepertinya pria itu memang serius kali ini. Dia memasukkan satu tangannya ke dalam gamis yang digunakan oleh Aida, sehingga membuat Aida menggeliat karena khawatir. Dia menarik sesuatu yang memang
"Kau bilang apa padanya?"Ibra sebenarnya tidak terlalu ingin membahas ini sekarang, tapi melihat senyum di wajah Reiko jelas saja dia semakin ingin mendengar penjelasan Reiko dan tidak terlalu terburu-buru melangkah menuju ke masjidnya."Ya, aku sudah bilang padanya kalau aku punya perasaan padanya. Meski aku belum tahu gimana perasaanku tapi itu sesuatu yang lain dan tadi malam aku tidur dengannya, Bang."Senyum itu merekah, tapi malah membuat Ibra mengerucutkan bibirnya."Kau berhasil?"Reiko tahu apa maksudnya dan dia sudah menggelengkan kepalanya.
"Jangan Mas Reiko pikir, kalau aku mau dipoligami sama Ratu Lebah, ya! Ndak sudi aku, Mas! Aku dari dulu ndak pernah kepengen tuh dipoligami, walaupun aku tahu poligami sebenarnya ndak masalah, sih. Ya buat orang, tapi buat aku ndaklah!"Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Reiko, Aida yang memiliki insting kuat, dia malah langsung menembak seperti itu."Kalau kemarin aku nyaranin Mas Reiko buat nikahin Ratu Lebah, itu bukan berarti aku niat untuk dipoligami, loh."Dan sebelum Reiko bicara Aida sudah lebih dulu menyerocos seperti biasa. Kalau emosi sedang naik, memang Aida selalu memberanikan diri begini."Aku menyarankan supaya nda
"Fuuuh, gara-gara kamu, lihat tadi! Aku jadi kena sial lagi!" gerutu Reiko, di saat bersamaan dia juga sudah menutup jendelanya dan menginjak pedal gas, bersiap meninggalkan bahu jalan itu.Aida tak tahu dia harus menangis kah atau harus tertawa mendengar keluhan yang baru saja dikatakan oleh Reiko."Tapi kan bukan saya yang menyuruh Mas Reiko buat berhenti di situ tadi. Lagian kenapa juga Mas ….""Hmm, kamu nyalahin aku lagi?"Walaupun masih ingin mengomel pada Aida, tapi Reiko tidak berhenti saat ini. Dia lebih memilih untuk terus mengemudikan mobilnya di jalurnya.
"Hihihi, aku pikir ada agenda penting apaan tahunya cuman kayak gitu doang?"Malah Aida terkekeh mendengarnya."Ya iyalah! Aku udah susah payah harus ngedengerin ceramah Ibra selama seminggu, terus bantuin buat berulang kali ngasih soal-soal ujian untukmu, masa di hari besarnya aku nggak nganterin?"Ada sedikit rasa tersanjung di dalam hati Aida ketika mendengar ini."Makasih ya, Mas Reiko!""Kamu harus berhasil, Ai!" ucapan yang membuat Aida kembali menatap Reiko dan mengangguk.
Baru bertemu dengannya lagi dan dia sudah mempermalukanku. Pengantar barang? Kencang sekali dia bicara? Gak sekalian pakai speaker. Apa dia ingin mempermalukanku?Pria yang masih jongkok memungut semua bukunya itu sangat kesal sekali mendengar apa yang baru saja terlontar dari bibir Aida. Padahal dia pakai masker. Tapi memang suaranya sangat dihafal sekali oleh wanita itu dan ini mengesalkan untuknya.Apalagi, koridor sekarang cukup ramai. Ish.Dan dia sudah menganggap Aida mengatakan sesuatu yang memang ingin menyudutkannya.Jadi dia berencana mempermalukanku? Dan aku pun akan melakukan hal yang sama jika dia bica
Huh, di-dia bilang apa? Dan apa dia tidak sadar kalau banyak orang di sini? Sepertinya dia salah paham kepadaku, ya?Aida tak menyangka kalau dia akan dapat semprotan seperti ini di luar mushola dengan kondisi banyak orang lalu lalang dan mereka memiliki telinga yang meskipun mereka tidak mau mendengar ucapan dari pria tadi, tapi sesuatu yang masuk ke telinga mereka membuat mereka melirik sedikit pada Aida.Termasuk telinga seseorang yang baru saja pakai sepatu dan dia baru mau keluar dari mushola dan mendengar dengan jelas apa yang tadi dikatakan oleh seorang pria yang kini sudah ngeloyor pergi.Maunya sih Aida mengejarnya dan bicara dengannya.