"Sudah. Dan aku sudah menyiapkan itu untuk kenyamananmu dan keluargamu nanti."
Reiko memang melakukan sesuatu yang membuat dirinya tersenyum, sambil menaruh cardigan itu di mejanya lagi.
“Anggap saja sekarang kau sedang menemaniku kerja, ya. Diam disitu dan jangan buat masalah denganku, jangan bicara denganku karena mulutmu pedas!" ucap Reiko pada cardigan sambil dia membuka kembali laptopnya. Siap untuk bekerja. Dia juga memutar rekaman suara papanya.
Jam demi jam berlalu, hingga kerjaan itu sedikit demi sedikit berkurang.
"Dan aku rasa … aku semakin bodoh. Ada cardigan ini di mejaku, malah bisa membuatku konsen dan bisa f
"Stop berpikir tentang dirinya dan sekarang fokuslah sama pelajaranmu, Aida!"Setelah menghembuskan nafas kasar, Aida kembali menyemangati dirinya. Dia memaksa dirinya melakukan apa yang tadi dikatakannya dan kini sudah melipat mukenanya sehabis sholat dzuhur, lalu kembali lagi ke mejanya belajar."Biar perjuanganku semakin keren! Biar makin fokus dan berapi-api ngerjainnya!"Aida mengambil tali yang biasa digunakan untuk mengikat di pinggang.Tali dengan nuansa kain yang sama dengan bajunya. Tapi Aida tidak menggunakan talinya untuk baju gamisnya.Dia memang suka baju gamis yang longgar yang tidak p
"Eeeh, apa sih kamu tarik-tarik jasku?" protes Reiko karena Aida memang bergerak cepat untuk menghentikannya.Dia menarik bagian belakang jas Reiko."Ehm, anu Pak, maksudnya ... saya boong!""Bohong?"Aida cepat-cepat mengangguk dengan wajah panik."Itu loh Pak, sebenarnya saya bawa sisir waktu saya pergi itu ke Dufan. Terus Lestari kan rambutnya berantakan jadi disisirin Pak sama ibu saya. Tapi lupa dibalikin sisirnya dan itu ke bawa sama Ibu kayaknya di tas Ibu …."
Kenapa dengan otakku? Kenapa melihatnya jadi kayak gini pikiranku? Duh, Tuhan, tolong lindungi aku.Aida benar-benar tak tahan. Dia tak tahu sejak kapan dia mulai memfantasikan soal pria di hadapannya.Sebelumnya tidak pernah. Dan Aida sama sekali tak punya pikiran nakal macam ini.Tapi rasa rindunya selama beberapa minggu ini, memang benar-benar membuatnya makin gila."Jadi buku-buku ini yang kamu pelajari?"Dan untung saja Aida sudah memalingkan wajah, kalau tidak dia akan tertangkap basah begitu memperhatikan seseorang yang dari tadi mempelajari buku-bukunya itu.
"Ih Bapak, nih!"Perasaan kemarin dia menghilang dari hadapanku semua baik-baik saja. Damai hidupku. Dan sekarang dia mengancamku dengan alasan seperti ini? Bukankah seharusnya aku bersyukur, kemarin-kemarin dia menjaga jarak denganku? Kenapa pula aku menangisinya kemarin, sih?Aida kesal, tapi dia sudah melepaskan lembaran-lembaran itu dan membiarkan Reiko mengambilnya.Kalau lihat kelakuannya seperti ini, lebih baik aku tidak bertemu lagi dengannya! Heish, aku tak paham dengan diriku sendiri!Aida masih ngedumel, padahal Reiko sudah memunggunginya.Setelah mendapatkan yang diinginkan, Reiko sudah balik bad
"Pilihan pertama, Pak!"Ya memang benar Aida kepikiran terus soal pria itu, tapi untuk memilih pilihan kedua, tentu saja dia masih waras dan tidak akan pernah mau melakukan itu."Jangan buat alasan lagi! Cepat masuk kamarmu, tidur! Dan besok pagi lakukan apa yang sudah aku katakan tadi itu!""Iya Pak!" Aida pun berdiri"Jam enam, makanannya taruh aja di meja makan. Kamu makan denganku dan langsung kerjain tes-mu.Jam setengah delapan, kita siap-siap berangkat! Ngerti kamu?""Iyalah Pak," jawab Aida pasrah.
SAYA TAK PERNAH BERMIMPI DISENTUH PEZINA PAK! JIJIK SAYA DAN DEMI ALLAH SAYA NDAK PERNAH INGIN BAPAK MENYENTUH SAYA!Reiko sudah ingin berdiri dan mendatangi kamar Aida. Tapi pikiran itu membuatnya diam membeku di tempatnya.Bruuuk!Malah membuat dirinya menghempaskan lagi tubuhnya di sofa dengan kepala yang pening.Apa aku harus menghancurkan dirinya dengan merenggut sesuatu yang dia jaga itu?TIDAK MUNGKIN SEORANG PEZINA ITU BISA BERSAMA DENGAN WANITA BAIK-BAIK PAK.
"Eheheh, becandanya ga lucu ah, Pak!"Protes Aida sambil memeluk nampan yang tadi dibawanya. Tak peduli dengan celetukan Reiko barusan. Dia berusaha terlihat cool."Saya mau ambil buku, Pak! Jangan bercanda dulu.""Gak mau bukain sepatuku dulu?"Tapi pria itu masih menggiring Aida pada satu perintah sebelumnya."Eheheheh, Bapak kan bisa sen ….""Dah lah, ambil sana di meja!"Bodoh! Aku m
"Hahaha, dia bercanda pagi-pagi!"Aida sampai geleng-geleng kepala sendiri."Makan nih Pak, bentar lagi beres sarapannya."Tak mau menanggapi orang yang ada di hadapannya, dia memilih fokus pada makanan yang sedang disiapkannya dan menyeletuk seperti ini."Bikin apa kamu?""Sandwich aja, Pak. Yang simpel! Habiskan, saya mau belajar," seru Aida dan sebetulnya tanpa Reiko bertanya dia bisa melihat dengan jelas apa makanan itu.Bukankah dia berada pas sekali di samping Aida?