Home / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 67 Masa Lalu Masing-masing

Share

67 Masa Lalu Masing-masing

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-12-29 12:29:38

Perlahan mobil Zayyan berhenti di depan resto, sengaja tidak memasuki halaman parkir khusus pelanggan.

“Yang tadi itu ... bukan cuma sekadar skenario saja, Sin. Saya serius,” ucap Zayyan ketika Sindy hendak turun dari mobilnya.

“Yang mana, Pak?”

“Yang tadi itu ...”

Sindy berpikir sebentar.

“Yang Anda bilang ke Mita dan teman-temannya kalau Anda sudah punya calon?” tanya Sindy memperjelas. “Itu ternyata bukan skenario belaka?”

“Bukan, itu serius.”

“Kalau begitu selamat, Pak! Siapa calonnya?”

“Kamu,” cetus Zayyan, membuat Sindy terkesiap.

“Saya, Pak?”

Zayyan mengangguk. “Semoga kamu mempertimbangkannya, Sin.”

“Tapi ... saya janda, punya ekor satu.”

“Saya juga duda, cuma bedanya saya tidak punya anak dari pernikahan sebelumnya.”

Sindy terdiam, terjepit antara bingung dan juga kaget karena semua yang terlalu mendadak untuknya.

“Saya rasa kita sudah selesai dengan masa lalu masing-masing, tidak ada salahnya kan?” ujar Zayyan lagi, dia memang tidak pandai merayu dengan kata-k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri yang Tak Dinafkahi    68 Jodoh Adikmu Ditikung Sindy

    “Bisa-bisanya kamu baru cerita sekarang sih, Mit?” protes Ardi tak terima.“Baru kapan hari kok Kak kejadiannya ...” Mita memang sengaja menunggu waktu yang tepat untuk memberi tahu Ardi, agar dampaknya bisa lebih dramatis dibandingkan jika dia langsung bercerita setelah mengalami kejadian itu.“Tetap saja kita harus gerak cepat, Mit!”“Gerak cepat ngapain? Bukannya kakak bilang kalau sudah nggak minat ngajak Mbak Sindy balikan?” tanya Mita heran.“Tadinya begitu sih ...” Ardi menghela napas panjang, entah kenapa ada rasa tidak rela mendapati Sindy menjalin hubungan dengan pria selain dirinya.“Terus kamu mau lakukan apa, Kak? Ngejar Mbak Sindy lagi? Ingat Kak, dia sudah nggak punya penghasilan rutin lagi.”Ardi terdiam bisu. Selain tidak rela Sindy mulai membuka hati, dia juga tidak setuju jika Sisil memiliki ayah sambung.“Kamu nggak akan paham, Mit. Ini bukan cuma menyangkut Sindy, tapi masa depan Sisil juga.” Ardi menjelaskan. “Nggak rela aku kalau Sisil punya ayah tiri, b

    Last Updated : 2024-12-29
  • Istri yang Tak Dinafkahi    69 Merebut Jodoh Anak Saya

    Zayyan menoleh menatap Sindy setelah sejak tadi dia menahan diri.“Saya tentu akan memprioritaskan anak dan istri saya,” katanya yakin. “Tapi ada beberapa hal yang kamu harus tahu, Sin. Saya memiliki tanggung jawab penuh terhadap mama saya, karena mama seorang janda. Saya juga punya adik kembar laki-laki yang kuliah di luar kota, sesekali saya mengirim uang jajan untuk mereka.”“Anda yakin bisa memprioritaskan saya dan Sisil di di tengah-tengah tanggung jawab Anda terhadap keluarga?”“Kenapa tidak?”“Karena saya ... saya tidak tega kalau memaksa anda untuk memilih salah satu pihak, saya sering mendengar ungkapan bahwa istri itu adalah orang lain yang kebetulan dinikahi. Sedangkan ibu dan saudara kandung adalah orang yang memiliki hubungan darah dengan suami, saya khawatir ke depannya hal itu akan menimbulkan konflik.”Zayyan menarik napas, kini dia semakin mengerti kenapa Sindy seolah enggan menikah kembali.“Saya bukan perempuan matre, Pak. Tapi sebagai istri, wajar kan kalau s

    Last Updated : 2024-12-29
  • Istri yang Tak Dinafkahi    70 Doa yang Buruk

    “Aku akan hancurkan pernikahan kamu,” ancam Ardi tak gentar. “Memangnya calon suami aku akan diam saja?” balas Sindy dengan nada mengejek. “Aku juga akan merebut hak asuh Sisil!” “Silakan, aku juga bisa melaporkan kamu karena nggak memenuhi kewajiban kamu sebagai ayah kandung Sisil. Kapan terakhir kali kamu kasih dia nafkah, masih ingat?” Wajah Ardi seketika pucat pasi. “Kamu nggak bisa seperti ini, Sin!” Ratna menyela. “Memang faktanya begitu kok, Mas Ardi ini sudah nggak pernah lagi melakukan kewajiban sebagai ayah kandung Sisil. Aku diam saja bukan berarti lupa, tapi malas ribut perkara uang yang nggak sanggup Mas Ardi bayar!” “Sindy!” Amarah Ardi tak terbendung lagi. “Ada apa ini ribut-ribut?” Ayah Sindy tampil untuk mengantisipasi hal-hal tak diinginkan. “Ini yah, mantan besan nuduh anak kita sudah merebut jodohnya.” Rita langsung mengadu. “Kok lucu? Kalau nikahnya sama Sindy, berarti bukan jodoh namanya. Kenapa malah maksa?” Raut wajah Ratna seketika merah p

    Last Updated : 2024-12-29
  • Istri yang Tak Dinafkahi    71 Dari Keluarga Biasa Saja

    Setelah semua orang meninggalkan rumah untuk bekerja, Mita bersiap-siap untuk membereskan rumah.Sudah kurang lebih dua bulan ini, aktivitas yang dilakukan Mita tidak jauh-jauh dari pekerjaan yang lebih pantas dilakukan oleh pembantu rumah tangga pada umumnya.Setiap pagi dia selalu bangun lebih awal dari semua anggota keluarga yang lain untuk memasak kemudian membangunkan suami dan mertuanya untuk makan sama-sama.Namun, seluruh kerja keras Mita selalu dianggap salah oleh kedua mertuanya, terlebih Santy yang dari awal tidak pernah menyukai kehadiran Mita.“Capeknya!”Mita meregangkan kedua lengannya tinggi-tinggi setelah dia selesai mencuci piring-piring kotor bekas sarapan semua orang rumah. Dia meluruskan kakinya sejenak sebelum bergelut dengan cucian baju seluruh anggota keluarga.Terakhir, Mita menyapu dan mengepel lantai hingga bersih mengilap. Berharap kalau Santy akan merasa puas dengan hasil kerjanya hari ini, meskipun dia yakin kalau hal itu a

    Last Updated : 2024-12-29
  • Istri yang Tak Dinafkahi    72 Gimana Kalau Aku Hamil?

    “Kamu makan saja,” suruh Mita sambil tersenyum ketika Alan masih akan mendebat orangtuanya.“Nah, betul begitu.” Santy melanjutkan menyendok nasi dengan wajah puas. “Kamu kembali saja sana ke kamar, sarapan besok jangan sampai telat masak!”Mita harus puas menyaksikan hasil jerih payahnya dinikmati orang lain sementara perutnya sendiri merintih kelaparan. Dia mengangguk dan melangkah gontai meninggalkan dapur untuk kembali ke kamarnya.Sudah beberapa bulan mita menyandang status sebagai istri Alan, tapi Noval dan Santy sama sekali tidak pernah menganggapnya sebagai menantu.“Apa sih salahku?” Mita termenung memandang langit-langit kamarnya. Dia ingat kalau dia sudah berusaha memenuhi semua aturan dan permintaan mertuanya, tapi selalu saja dianggap salah dan tidak pernah mendapatkan apresiasi sedikit pun.Mita sudah hampir terlelap tidur ketika Alan diam-diam muncul sambil membawakan semangkuk makanan untuknya ke dalam kamar setelah makan malam selesai. Wajah

    Last Updated : 2024-12-29
  • Istri yang Tak Dinafkahi    73 Melampiaskan Ledakan Asmara

    Sindy merasakan wajahnya memerah karena tahu Zayyan akan menertawainya, hingga dia terpaksa menurunkan tangannya dan menaruhnya di depan dada.“Kita tunda dulu saja, ya?” pintanya pelan.Zayyan tentu saja tidak bisa mengabulkan permintaan Sindy kali ini. Sudah bertahun-tahun dia menahan diri dari menyentuh perempuan lain sejak berpisah dengan Clara dulu, dan sekarang adalah saat yang tepat baginya untuk mendapatkan haknya tanpa halangan.Saat yang tepat untuk melampiaskan ledakan asmaranya kepada wanita yang tepat.“Bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu nggak keberatan nambah anak lagi?” tanya Zayyan sambil menyingkirkan sebagian rambut Kalila yang menutupi dada. “Kalau nggak sekarang lepas pengamannya, terus kapan?”Sindy berusaha mempertahankan tangannya saat Zayyan sibuk menyingkirkan rambut yang menghalangi inspeksi tangannya.“Masih ada banyak waktu,” ujar Sindy. “Kalau Sisil sudah lebih besar, kita bisa melakukannya kapanpun kamu mau.”“Apa bedanya sekarang dan besok?”

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    74 Sebelas Dua Belas Mirip Zayyan

    “Ini tentang keluarga aku yang berantakan,” ucap Alan lambat-lambat. “Setelah kakek meninggal, keluarga aku nggak bisa lagi memegang kendali atas keluarga besar kakek, sampai akhirnya ada anggota keluarga yang memanfaatkan situasi ini dan itu nggak menguntungkan keluarga aku.”Mita meraih segelas air putih kemudian meminumnya, setelah itu dia memandang Alan dengan saksama.“Memang situasinya segawat apa?” tanya Mita ingin tahu.“Perusahaan keluarga besar mengalami penurunan sejak kakek meninggal, dan aku dianggap nggak becus mengelolanya,” jawab Alan dengan suara berat. “Entahlah, padahal aku sudah kerahkan semua tenaga dan pikiran aku untuk memperoleh lebih banyak klien, investor ... tapi semuanya nihil.”Mita mendengarkan penjelasan Alan dengan saksama, dia sekarang mengerti kenapa ayah dan ibu mertua melampiaskan semua masalah dan kekesalan kepadanya yang tidak tahu apa-apa. “Semua masalah pasti bisa diatasi, kamu harus yakin itu.” Mita berusaha membesarkan hati Alan. “Aku pe

    Last Updated : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    75 Istri yang Tak Berguna

    Waktu menunjukkan bahwa sebentar lagi suami dan keluarganya akan segera kembali. Mita mempercepat langkahnya untuk memindahkan dokumen-dokumen itu, lalu bergegas menuju dapur untuk memasak makan malam.“Semoga mertua nggak ngomel lagi!” ucap Mita setengah menggerutu karena capek.Kini Mita sedang mempersiapkan seluruh hidangan itu di atas meja makan ketika muncul suara yang sangat familiar di telinganya.“Aku pulang,” ucap Alan setelah membuka pintu rumahnya. Mita yang baru saja bisa beristirahat setelah mempersiapkan makan malam buru-buru harus bangkit dan menyambut suami serta keluarganya. Suasana rumah terasa begitu muram ketika Alan dan keluarganya pulang. “Mandi dulu ya, sudah aku siapkan air hangat. Setelah itu kita makan malam,” ajak Mita dengan penuh senyum meski dirinya lelah bukan main.“Tidak! Kita makan dulu, saya sudah lapar,” ketus Santy dengan suara yang begitu menggema sambil berjalan dengan entakan kaki kencang melewati Mita dan Alan. Pria itu menarik napas panjang s

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • Istri yang Tak Dinafkahi    107

    Zayyan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adik kembarnya. Mereka meneruskan obrolan, hingga keduanya memutuskan untuk pergi dari restoran Zayyan karena ingin kembali ke rumah.Saat jam kerja di resto berakhir, Zayyan menunggu kedatangan Sindy di mobil. Betapa herannya dia karena mendapati wajah istrinya tidak seperti biasa."Capek?" Tanya Zayyan basa-basi."Sudah biasa.""Tapi kamu tidak kelihatan semangat, capek ya?""Sudah biasa."Zayyan terdiam. Baru juga masa-masa pengantin baru, tapi kenapa aura asli sindy sudah terlihat secepat itu?"Mungkin kamu mau mampir ke suatu tempat dulu?" Tawar Zayyan seraya mengemudikan mobilnya. "Serius deh, kamu kelihatan capek."Sindy menarik napas panjang."Sudah biasa aku seperti ini."Zayyan mulai menyerah, lebih baik dia ajak ngobrol sindy ketika mereka sudah tiba di rumah nanti.Bisa gawat kalau tiba-tiba berantem di tengah perjalanan, batin Zayyan dalam hati.Setibanya di rumah, sindy langsung turun dan pergi ke kamar Sisil."Ma, biar a

  • Istri yang Tak Dinafkahi    106

    Satu minggu setelah acara ngunduh mantu, Sindy dan Zayyan kembali ke rutinitas mereka yang biasa. Sindy tidak merasa senang bisa kembali ke dapur resto, sementara Zayyan tetap di ruangannya semula."Ehem!""Aura pengantin baru memang adem, ya?""Sayangnya aku jomlo!""Resto merasa ada bunga-bunganya!"Sindy hanya meringis menanggapi candaan rekan-rekan kerjanya."Mau pada kerja, atau menggosip?" Dia pura-pura memberikan teguran."Ampun, Bu Bos!""Ayo kerja, kerja!"Tomi dan Meta menyingkir pergi ke depan, meninggalkan Sindy dan Roni yang memang bertugas sebagai juru masak di resto Zayyan.Aktivitas hari itu berlangsung normal, para pegawai di depan melayani pengunjung yang datang, sementara Sindy dan Roni sibuk memasak menu. Hingga pada akhirnya muncul pengunjung yang tidak terlalu diharapkan ...."Mita!" desis Nesi sambil menajamkan penglihatannya, buru-buru dia menelepon Zayyan melalui interkom yang ada di meja."Halo?""Pak, di depan ada mantan adik ipar Bu Sindy. Tetap dilayani a

  • Istri yang Tak Dinafkahi    105

    Ekspresi wajah Sindy langsung berubah tegang. "Kok cepat amat, Ma?" "Tidak apa-apa kalau memang rejeki kalian, kan?" "Tapi aku masih mau kerja di resto, Ma. Syukur-syukur nanti bisa berkembang pesat dan buka cabang, sekalian nunggu Sisil agak besar. Mama tidak keberatan kan?" Keke tersenyum. "Tidak, kamu benar. Sisil juga masih butuh perhatian dari kalian berdua, atur saja deh." "Terima kasih banyak, Ma. Semoga aku tidak pernah mengecewakan Mama sebagai menantu." Keke mengusap bahu Sindy seraya tersenyum. "Kita saling memahami saja, meski tidak semudah mama ngomong." Sindy mengangguk. "Ingatkan aku kalau ada salah, Ma." Keke balas berbisik. "Sisil biar tidur sama mama, kamu sama Zayyan fokus saja." Sindy merespons dengan semburat merah yang terlihat pada wajahnya. "Semoga kamu nyaman di kamar ini," bisik Zayyan saat Sindy sedang sibuk menata pakaian-pakaiannya di dalam lemari. "Kalau ada perabotan yang kamu butuhkan, tinggal bilang saja." "Beres, Pak Bos!" Zayyan mulai gem

  • Istri yang Tak Dinafkahi    104

    Nyawa belum terkumpul sepenuhnya, tapi dia tetap harus melakukan kewajibannya dengan status baru yang kini telah dia sandang."Sisil masih tidur, Bu?" tanya Sindy lirih ketika berpapasan dengan Rita di dapur."Masih, Sisil biar ibu yang urus. Kamu urus suami kamu, bikin dia nyaman selama menginap di sini."Sindy mengangguk dengan wajah mengantuk bercampur lelah. Usai mandi dan merapikan diri, Sindy menyeduh dua cangkir kopi untuknya dan Zayyan.Mereka berdua merasa masih canggung satu sama lain saat berada di satu ruangan seperti ini."Maaf kalau kamar ini agak sempit, tidak seluas kamar di rumah kamu, Mas ...""Memangnya kamu tahu kamar di sana seluas apa?"Sindy menggeleng, lalu meraih cangkir kopinya sendiri. "Cuma nebak saja sih.""Kapan-kapan aku kasih lihat kamar kita.""Jangan buru-buru ya, masih betah di rumah orang tua.""Bukan buru-buru, tapi disegerakan itu lebih baik."Zayyan ikut mengambil cangkir kopinya."Sisil diajak juga kan?" tanya Sindy ragu-ragu."Tentu saja, dia k

  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

  • Istri yang Tak Dinafkahi    100

    “Kok cemberut begitu?” Keke menyambut kepulangan Zayyan di rumah dengan senyum merekah, tetapi langsung surut ketika melihat wajah masam putranya.“Biasalah, Ma ...” Zayyan lantas menceritakan pembicaraan dengan Sindy tadi, sementara Keke mendengarkan dengan sungguh-sungguh.“Godaan menjelang pernikahan, biasa itu. Yang penting keyakinan kamu sama Sindy nggak goyah sedikitpun, dia sendiri tanggapannya gimana?”“Sindy nggak goyah sih, Ma. Dia bilang kalau mantan suami dan keluarganya nggak usah dipedulikan, mereka seringkali omong kosong tanpa ada bukti.”Keke mengangguk paham. “Lagian seyakin itu mereka meng-klaim kalau kamu adalah jodoh si Mita ... Laris sekali sih anak mama ini!”“Aku bukan dagangan, Ma.”“Tapi banyak yang ngejar. Ada cewek labil, Clara ... Eh iya, ngomong-ngomong soal Clara gimana, Zay?”“Nggak gimana-gimana, Ma.”“Setidaknya kamu harus antisipasi kalau dia tahu dan mencoba melakukan hal-hal yang bisa mengancam keberlangsungan acara kita.” Zayyan merenung

  • Istri yang Tak Dinafkahi    99

    Ratna balas menatap kedua anaknya bergantian. "Ibu usahakan, tapi kamu juga harus bertindak." Wanita berumur itu melirik anak lelakinya. "Dekati Sisil, siapa tahu dia bisa kasih info meski masih kecil." "Apa yang mau diharapkan dari Sisil sih, Bu? Dia ngomong saja belum bener!" tukas Mita meremehkan. "Kamu nggak ngerti kalau ingatan anak kecil itu kuat, Mit! Dari Sisil, Ardi bisa tanya-tanya kapan pemilik resto itu ke rumah, terus mereka ngapain saja ... Minimal Sisil pasti ingat Sindy sudah dikasih apa saja sama laki-laki itu, siapa tahu malah anak itu juga dijanjikan beli baju baru untuk acara ..." Ardi terdiam merenungi ucapan Ratna. Meskipun tidak ingin membayangkannya, tapi dia merasa jika ucapan Ratna lumayan masuk akal. Kalau Ardi ada di posisi Zayyan, tentu dia akan berusaha mendekati Sindy dengan mencari perhatian anaknya. Karena itulah Ardi berencana untuk menemui Sisil dan ngobrol dengannya, tidak peduli Sindy akan memberi izin atau tidak. ** Tidak membutuhkan waktu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status