Beranda / Rumah Tangga / Istri yang Tak Dinafkahi / 73 Melampiaskan Ledakan Asmara

Share

73 Melampiaskan Ledakan Asmara

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 00:53:31

Sindy merasakan wajahnya memerah karena tahu Zayyan akan menertawainya, hingga dia terpaksa menurunkan tangannya dan menaruhnya di depan dada.

“Kita tunda dulu saja, ya?” pintanya pelan.

Zayyan tentu saja tidak bisa mengabulkan permintaan Sindy kali ini. Sudah bertahun-tahun dia menahan diri dari menyentuh perempuan lain sejak berpisah dengan Clara dulu, dan sekarang adalah saat yang tepat baginya untuk mendapatkan haknya tanpa halangan.

Saat yang tepat untuk melampiaskan ledakan asmaranya kepada wanita yang tepat.

“Bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu nggak keberatan nambah anak lagi?” tanya Zayyan sambil menyingkirkan sebagian rambut Kalila yang menutupi dada. “Kalau nggak sekarang lepas pengamannya, terus kapan?”

Sindy berusaha mempertahankan tangannya saat Zayyan sibuk menyingkirkan rambut yang menghalangi inspeksi tangannya.

“Masih ada banyak waktu,” ujar Sindy. “Kalau Sisil sudah lebih besar, kita bisa melakukannya kapanpun kamu mau.”

“Apa bedanya sekarang dan besok?”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dinafkahi    74 Sebelas Dua Belas Mirip Zayyan

    “Ini tentang keluarga aku yang berantakan,” ucap Alan lambat-lambat. “Setelah kakek meninggal, keluarga aku nggak bisa lagi memegang kendali atas keluarga besar kakek, sampai akhirnya ada anggota keluarga yang memanfaatkan situasi ini dan itu nggak menguntungkan keluarga aku.”Mita meraih segelas air putih kemudian meminumnya, setelah itu dia memandang Alan dengan saksama.“Memang situasinya segawat apa?” tanya Mita ingin tahu.“Perusahaan keluarga besar mengalami penurunan sejak kakek meninggal, dan aku dianggap nggak becus mengelolanya,” jawab Alan dengan suara berat. “Entahlah, padahal aku sudah kerahkan semua tenaga dan pikiran aku untuk memperoleh lebih banyak klien, investor ... tapi semuanya nihil.”Mita mendengarkan penjelasan Alan dengan saksama, dia sekarang mengerti kenapa ayah dan ibu mertua melampiaskan semua masalah dan kekesalan kepadanya yang tidak tahu apa-apa. “Semua masalah pasti bisa diatasi, kamu harus yakin itu.” Mita berusaha membesarkan hati Alan. “Aku pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    75 Istri yang Tak Berguna

    Waktu menunjukkan bahwa sebentar lagi suami dan keluarganya akan segera kembali. Mita mempercepat langkahnya untuk memindahkan dokumen-dokumen itu, lalu bergegas menuju dapur untuk memasak makan malam.“Semoga mertua nggak ngomel lagi!” ucap Mita setengah menggerutu karena capek.Kini Mita sedang mempersiapkan seluruh hidangan itu di atas meja makan ketika muncul suara yang sangat familiar di telinganya.“Aku pulang,” ucap Alan setelah membuka pintu rumahnya. Mita yang baru saja bisa beristirahat setelah mempersiapkan makan malam buru-buru harus bangkit dan menyambut suami serta keluarganya. Suasana rumah terasa begitu muram ketika Alan dan keluarganya pulang. “Mandi dulu ya, sudah aku siapkan air hangat. Setelah itu kita makan malam,” ajak Mita dengan penuh senyum meski dirinya lelah bukan main.“Tidak! Kita makan dulu, saya sudah lapar,” ketus Santy dengan suara yang begitu menggema sambil berjalan dengan entakan kaki kencang melewati Mita dan Alan. Pria itu menarik napas panjang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    76 Kapan Nambah Anak?

    Bulan-bulan awal pernikahan yang terasa manis dan menyenangkan membuat Zayyan melupakan soal kecelakaan mobil yang pernah dia alami dan ujungnya masih ngambang.Ada hal lain yang lebih mengusik pikiran Zayyan selain masalah resto dan bisnis.“Kapan kamu siap nambah anak?” tanya Zayyan saat makan malam di rumah bersama Sindy, membuat istrinya langsung tersenyum salah tingkah. Beruntung Keke sudah makan duluan bersama Sisil.“Baru juga beberapa bulan kita menikah, kenapa buru-buru?” elak Sindy sambil meminum sedikit air putih. “Apalagi resto kamu sedang berkembang pesat, bisa kacau semua kalau aku tiba-tiba hamil.”Zayyan meletakkan sendok dan garpunya di atas piring dengan elegan.“Kamu tahu? Aku lebih suka kamu berada di rumah, andai kamu nggak punya peran vital di resto.” Dia berkata sambil menatap Sindy lurus-lurus. “Kesannya aku jadi seperti memaksa kamu ikut cari nafkah, sebetulnya aku malu. Apa kamu nggak bisa di rumah saja, terus nanti biar bumbu bakarannya aku yang bawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    77 Mau Bicara Sama Suami Kamu

    “Aku akan turunkan kamu di situ.” Zayyan menunjuk tempat tidur dengan dagunya. “Aku mau menagih hadiah yang tadi.”Sindy tidak mampu berkutik saat Zayyan menurunkannya di tempat tidur dengan hati-hati.Sementara itu di tempat yang berbeda, Mita terlihat amat murung setelah mendengar bahwa perusahaan suaminya terpaksa harus gulung tikar jika tidak bisa mendapatkan sejumlah uang sangat besar yang disebutkannya tadi. Meski Mita ingin membantu, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa.Pikiran Mita lantas sibuk memikirkan Sindy yang dulu rela banting tulang karena Ardi hanya memberinya nafkah terbatas.“Hidup Mbak Sindy pasti sekarang sudah enak karena jadi istri bos,” gumam Mita, pelan-pelan dia gulir layar ponselnya. Nomor Sindy yang dulu diblokirnya, kini dia buka kembali.Alasan Mita memblokirnya saat itu adalah karena ingin membuktikan jika dia jauh lebih beruntung karena menikah dengan Alan sebagai gantinya Zayyan, tapi rasa ingin tahu di hatinya kian meronta-ronta akhir-akhir ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    78 Tetap Memakai Pengaman

    Santy berceloteh dengan penuh percaya diri. Meski terkejut, tidak bisa dipungkiri kalau dia juga senang diundang kembali pada pesta bergengsi itu. “Iya kan?” ujar Santy mencoba mencari pembelaan dari suaminya. Noval yang sedari tadi hanya menyimak sambil makan pun buru-buru menelan makanannya. “Iya, Ayah rasa kamu memang stres dengan semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Ayah juga setuju dengan ibu kamu, nenek kini sudah sadar dan ingin kita kembali pada mereka seperti dulu,” timpal Noval setengah terpaksa. “Mita, kamu dandan yang benar ya! Jangan seperti gembel kampungan. Jangan bikin kami malu atau kami tidak akan membawamu!” cetus Santy tiba-tiba membuat Mita kaget bukan main. Meski Mita sudah sering dibentak oleh ibu mertuanya itu, tapi dia masih belum terbiasa dengan suara keras dan bentakan yang dilontarkan pada dirinya. “Ibu nggak perlu khawatir, Mita selalu cantik kapanpun, di manapun,” bela Alan membuat Mita terharu dan tak bisa menyembunyikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    79 Akting Sebagai Istri Lembut

    Selesai menyetrika, Mita menuju kamar ibu mertuanya itu sambil membawa seluruh gaun dan setelan jas dengan hanger.“Ini, Bu!” panggil Mita sambil menyodorkan empat gaun dan dua setelan jas. Santy menerimanya dengan dahi berkerut.“Loh, gaun warna merah mudanya mana?” tanya Santy kebingungan. Mita lantas mengerutkan keningnya.“A-ada di kamarku, Bu,” jawab Mita ragu-ragu.“Ambil!” pekik Santy. Mita tersentak dan segera berlari pergi untuk mengambilnya. Ngagetin saja sih lampir, gerutu Mita dalam hati.“Ini, Bu,” kata Mita sambil memberikan gaun tersebut.“Bu, bukannya itu gaun akan dipinjamkan untuk aku?” tanya Mita, dua alisnya mengerut seperti bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya.“Hah?! Yang benar saja? Tidak sudi saya meminjamkan kamu gaun! Terlebih ini gaun kesukaan saya! Meski sudah sangat kekecilan, saya tidak akan pernah meminjamkan ini sama kamu!” bentak Santy tanpa ampun membuat Mita lemas sejadi-jadinya. Ternyata dia berharap terlalu banyak. Nyatanya, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    80 Suasana Semakin Memanas

    Semua mata tertuju pada keluarga Alan, terutama pada Santy yang berbicara begitu lantang. Alan, Noval dan Mita sampai membelalakkan mata dibuatnya. Namun, Santy terlihat tidak peduli sama sekali. Dari seluruh tamu undangan yang memandang keluarga Alan dengan tatapan tak suka, hanya neneknya yang juga tidak menoleh pada keluarga itu sama sekali. Neneknya sekadar melihat keluarga itu sekilas lalu kembali melanjutkan perbincangannya dengan orang lain yang tampak jauh lebih penting dan tidak juga mempersilakan mereka untuk duduk.Santy menghela napas asal. Dia benar-benar kesal dengan sikap ibu mertuanya yang seperti ini. Santy jadi merasa apa yang dikatakan Alan ada benarnya bahwa mereka tidak mungkin diundang ke pesta tanpa alasan yang jelas. Namun, dia harus menahan diri karena begitu banyak mata yang menatap mereka dan Alan tidak mau menjadi bahan olok-olokan lagi. “Bu, kami datang,” ucap Santy dengan nada suara lebih pelan sambil menepuk pundak ibunya. Hal itu sontak membuat ne

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Istri yang Tak Dinafkahi    81 Jangan Terlalu Irit

    Santy dan Noval sebenarnya sangat malu, tapi mereka sudah tidak bisa mundur, setidaknya mereka harus memenangkan perseteruan ini agar rasa malu yang sedang mereka alami sedikit terobati. Alan dan Mita terlihat tidak peduli dengan apapun yang terjadi di sana. Terutama Mita yang sejak tadi memelototi nenek Alan dengan tatapan murka secara intens. “Nenek juga harus menjaga sopan santun dan menghargai orang lain! Jangan karena Nenek adalah yang paling dituakan jadi bisa semena-mena begini!” ucap Mita penuh ketegasan. Dalam hidupnya, Mita tidak pernah membayangkan kalau dia akan dihadapkan pada situasi sericuh hari ini. “Apalagi aku juga sudah menghargai dan menghormati Nenek, jadi jangan bertindak kelewatan, Nek,” kata Mita lagi dengan suara yang lebih pelan setelah dia menyadari kalau tindakannya sudah kelewatan karena membentak orang yang lebih tua. Alan membelai punggung Mita perlahan karena melihat istrinya masih tampak emosional dalam bicara.“Memangnya salah kalau Nenek m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dinafkahi    106

    Satu minggu setelah acara ngunduh mantu, Sindy dan Zayyan kembali ke rutinitas mereka yang biasa. Sindy tidak merasa senang bisa kembali ke dapur resto, sementara Zayyan tetap di ruangannya semula."Ehem!""Aura pengantin baru memang adem, ya?""Sayangnya aku jomlo!""Resto merasa ada bunga-bunganya!"Sindy hanya meringis menanggapi candaan rekan-rekan kerjanya."Mau pada kerja, atau menggosip?" Dia pura-pura memberikan teguran."Ampun, Bu Bos!""Ayo kerja, kerja!"Tomi dan Meta menyingkir pergi ke depan, meninggalkan Sindy dan Roni yang memang bertugas sebagai juru masak di resto Zayyan.Aktivitas hari itu berlangsung normal, para pegawai di depan melayani pengunjung yang datang, sementara Sindy dan Roni sibuk memasak menu. Hingga pada akhirnya muncul pengunjung yang tidak terlalu diharapkan ...."Mita!" desis Nesi sambil menajamkan penglihatannya, buru-buru dia menelepon Zayyan melalui interkom yang ada di meja."Halo?""Pak, di depan ada mantan adik ipar Bu Sindy. Tetap dilayani a

  • Istri yang Tak Dinafkahi    105

    Ekspresi wajah Sindy langsung berubah tegang."Kok cepat amat, Ma?""Tidak apa-apa kalau memang rejeki kalian, kan?""Tapi aku masih mau kerja di resto, Ma. Syukur-syukur nanti bisa berkembang pesat dan buka cabang, sekalian nunggu Sisil agak besar. Mama tidak keberatan kan?"Keke tersenyum."Tidak, kamu benar. Sisil juga masih butuh perhatian dari kalian berdua, atur saja deh.""Terima kasih banyak, Ma. Semoga aku tidak pernah mengecewakan Mama sebagai menantu."Keke mengusap bahu Sindy seraya tersenyum. "Kita saling memahami saja, meski tidak semudah mama ngomong."Sindy mengangguk. "Ingatkan aku kalau ada salah, Ma."Keke balas berbisik. "Sisil biar tidur sama mama, kamu sama Zayyan fokus saja."Sindy merespons dengan semburat merah yang terlihat pada wajahnya."Semoga kamu nyaman di kamar ini," bisik Zayyan saat Sindy sedang sibuk menata pakaian-pakaiannya di dalam lemari. "Kalau ada perabotan yang kamu butuhkan, tinggal bilang saja.""Beres, Pak Bos!"Zayyan mulai gemas setiap ka

  • Istri yang Tak Dinafkahi    104

    Nyawa belum terkumpul sepenuhnya, tapi dia tetap harus melakukan kewajibannya dengan status baru yang kini telah dia sandang."Sisil masih tidur, Bu?" tanya Sindy lirih ketika berpapasan dengan Rita di dapur."Masih, Sisil biar ibu yang urus. Kamu urus suami kamu, bikin dia nyaman selama menginap di sini."Sindy mengangguk dengan wajah mengantuk bercampur lelah. Usai mandi dan merapikan diri, Sindy menyeduh dua cangkir kopi untuknya dan Zayyan.Mereka berdua merasa masih canggung satu sama lain saat berada di satu ruangan seperti ini."Maaf kalau kamar ini agak sempit, tidak seluas kamar di rumah kamu, Mas ...""Memangnya kamu tahu kamar di sana seluas apa?"Sindy menggeleng, lalu meraih cangkir kopinya sendiri. "Cuma nebak saja sih.""Kapan-kapan aku kasih lihat kamar kita.""Jangan buru-buru ya, masih betah di rumah orang tua.""Bukan buru-buru, tapi disegerakan itu lebih baik."Zayyan ikut mengambil cangkir kopinya."Sisil diajak juga kan?" tanya Sindy ragu-ragu."Tentu saja, dia k

  • Istri yang Tak Dinafkahi    103

    Beberapa saat sebelum itu ....Mita terpaksa ikut keluarganya kembali ke rumah."Berhasil rencana kalian?" tanya ayah Ardi yang sedang menikmati secangkir kopi, terlihat begitu damai dan tenteram.Berbanding terbalik dengan anggota keluarganya yang tampak pias karena kegagalan mereka."Berhasil apanya, Yah?" gerutu Sani. "Dapat malu, iya.""Kok bisa?""Tahu tuh Kak Mita, teriak-teriak terus kayak orang gila sampai kita dilihatin banyak orang ..."Mendengar Sani terus menerus menyalahkannya, tentu saja Mita tidak terima."Kamu itu masih bau kencur, San! Kamu mana paham perasaan aku kayak gimana, apa kamu bisa bayangkan saat orang yang kamu sukai bersanding sama perempuan lain?"Sani melengos, dia justru bingung dengan pola pikir Mita. Usia masih begitu muda, tapi kenapa malah jatuh hati sama lelaki yang usianya jauh lebih dewasa di atasnya.Kayak nggak ada laki-laki lain saja, batin Sani."Terus apa saja yang kalian lakukan di sana tadi?" tanya ayah menengahi keributan itu, sementara A

  • Istri yang Tak Dinafkahi    102

    Sindy menantang Ardi lewat sorot matanya yang setajam pisau."Salah kamu sendiri karena nggak bisa jaga omongan di depan anak kecil," desis Sindy dalam bisikan rendah."Lebih nggak tahu malu mana dibandingkan kamu yang malah sayang-sayangan sama lelaki lain di depan Sisil?""Siapa yang sayang-sayangan?"Sindy hampir saja menggebrak meja saking emosinya, tapi Rita buru-buru menengahi."Ehem, sudah mau gelap ini, Di! Apa nggak sebaiknya kamu pulang dulu, dicariin ibu kamu nanti."Ardi mengembuskan napas panjang, seolah baru saja berlari dari tempat yang lumayan menguras energi."Nantinya aku akan sering-sering datang ke sini, Bu. Aku nggak mau Sisil melupakan aku sebagai ayah kandungnya ...""Biarkan saja Sisil lupa, orang kamu juga melupakan kewajiban kamu sebagai ayahnya kok." "Kewajiban apa?""Kasih nafkah buat Sisil!"Menyadari jika nada bicara keduanya semakin lama semakin keras, Rita cepat-cepat mengajak Sisil untuk masuk ke dalam rumah."Oh, itu ...""Itu apa?" tantang Sindy mur

  • Istri yang Tak Dinafkahi    101

    Sindy mengamati layar ponselnya yang sunyi, meski sebenarnya ada beberapa pesan yang masuk dari Ardi, Mita, dan juga Nesi.Namun, pihak yang ditunggu-tunggu malah tidak hadir ke permukaan dan itu cukup membuat hati Sindy gelisah tidak nyaman.Sejak pengakuan di dalam mobil, hingga disepakati niat baik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, bahkan ketika keluarganya selesai berembug mengenai acara resepsi pernikahan, Zayyan jarang sekali menghubunginya. Interaksi mereka di restoran pun terlampau sedikit, sehingga terkadang Sindy merasa ragu dengan kesungguhan Zayyan yang berniat ingin menikahinya.Memangnya apa sih yang aku harapkan, batin Sindy sambil menjatuhkan dirinya ke tempat tidur, lalu memeluk bantal guling dengan erat. Kami sama-sama janda dan duda, masa iya mau mesra-mesraan kayak anak remaja?Saat sedang galau-galaunya melanda, tiba-tiba Sindy mendengar dering singkat dari ponsel miliknya.Dengan ogah-ogahan, dia mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu. Dilir

  • Istri yang Tak Dinafkahi    100

    “Kok cemberut begitu?” Keke menyambut kepulangan Zayyan di rumah dengan senyum merekah, tetapi langsung surut ketika melihat wajah masam putranya.“Biasalah, Ma ...” Zayyan lantas menceritakan pembicaraan dengan Sindy tadi, sementara Keke mendengarkan dengan sungguh-sungguh.“Godaan menjelang pernikahan, biasa itu. Yang penting keyakinan kamu sama Sindy nggak goyah sedikitpun, dia sendiri tanggapannya gimana?”“Sindy nggak goyah sih, Ma. Dia bilang kalau mantan suami dan keluarganya nggak usah dipedulikan, mereka seringkali omong kosong tanpa ada bukti.”Keke mengangguk paham. “Lagian seyakin itu mereka meng-klaim kalau kamu adalah jodoh si Mita ... Laris sekali sih anak mama ini!”“Aku bukan dagangan, Ma.”“Tapi banyak yang ngejar. Ada cewek labil, Clara ... Eh iya, ngomong-ngomong soal Clara gimana, Zay?”“Nggak gimana-gimana, Ma.”“Setidaknya kamu harus antisipasi kalau dia tahu dan mencoba melakukan hal-hal yang bisa mengancam keberlangsungan acara kita.” Zayyan merenung

  • Istri yang Tak Dinafkahi    99

    Ratna balas menatap kedua anaknya bergantian. "Ibu usahakan, tapi kamu juga harus bertindak." Wanita berumur itu melirik anak lelakinya. "Dekati Sisil, siapa tahu dia bisa kasih info meski masih kecil." "Apa yang mau diharapkan dari Sisil sih, Bu? Dia ngomong saja belum bener!" tukas Mita meremehkan. "Kamu nggak ngerti kalau ingatan anak kecil itu kuat, Mit! Dari Sisil, Ardi bisa tanya-tanya kapan pemilik resto itu ke rumah, terus mereka ngapain saja ... Minimal Sisil pasti ingat Sindy sudah dikasih apa saja sama laki-laki itu, siapa tahu malah anak itu juga dijanjikan beli baju baru untuk acara ..." Ardi terdiam merenungi ucapan Ratna. Meskipun tidak ingin membayangkannya, tapi dia merasa jika ucapan Ratna lumayan masuk akal. Kalau Ardi ada di posisi Zayyan, tentu dia akan berusaha mendekati Sindy dengan mencari perhatian anaknya. Karena itulah Ardi berencana untuk menemui Sisil dan ngobrol dengannya, tidak peduli Sindy akan memberi izin atau tidak. ** Tidak membutuhkan waktu

  • Istri yang Tak Dinafkahi    98 Sikap Manja Sindy

    “Kamu nggak lemah, kamu tetap kuat seperti yang biasanya aku kenal.” Zayyan menghibur Sindy yang masih terisak-isak di bahunya. “sisil dulu nggak kenal sama aku, kamu sendirian ... makanya dia nggak rewel.”Sindy masih sesenggukan, meskipun tidak sekencang tadi.“Tapi sekarang, adiknya Sisil tahu kalau ibunya nggak sendirian lagi,” sambung Zayyan sembari membelai punggung Sindy. “Ada ayahnya di sini yang setiap saat menemani, kapanpun dibutuhkan.”Zayyan melepas Sindy dan mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya.“Kamu sedang hamil,” kata Zayyan mengingatkan. “jadi jangan stres atau berpikir yang macam-macam, kasihan yang ada di dalam.”Dia mengusap perut Sindy yang masih rata.“Maaf ... aku jadi manja begini sama kamu ...” ucap Sindy lirih.“Jangan minta maaf,” tepis Zayyan. “aku justru senang karena ini pertama kalinya aku bisa menemani kamu di masa kehamilan kamu yang berat.”Sindy menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi.Setelah itu sikap manja sindy justru sering menjad

DMCA.com Protection Status