Share

2. Harus bagaimana?

Penulis: Queen Zeera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 12:28:35

"S-siapa ini!?"

["Ck! Baru saja kita bertemu kau sudah lupa?"]

Shella kembali terkejut, firasatnya tidak salah lagi. Siapa lagi kalau bukan Hans? Orang yang tengah berbicara dengannya melalui jaringan telepon.

Dengan kedua mata yang masih terbuka lebar, wanita itupun mengalihkan pandangannya kepada sang putri kecilnya. Tentu ia merasa khawatir jika Arshetta mendengar pembicaraan ibunya dengan orang asing tersebut.

Akan tetapi belum sempat Shella meminta izin kepada anaknya, sang penelepon pun kembali berkata, ["Tidak usah menjauh dari anakmu, karena aku tidak akan lama-lama berbicara denganmu."]

Debaran jantung Shella semakin berdetak kencang, dengan sorot mata menatap ke sembarang arah, bahkan ia menggigit jaru kukunya sendiri menyiratkan rasa takut yang teramat dalam.

"Dari mana kau tahu nomor ponselku!?" cetusnya dengan tetap berusaha mengatur nada bicaranya.

Lalu dari seberang sana, Hans terkikik mendengar pertangaan Shella yang menurutnya sangat konyol.

["Kamu tidak perlu tahu tentang itu, karena sangat mudah bagiku untuk mendapat semua informasi tentangmu, begitu pula dengan keluargamu,"] jelas Hans, ["Dan ya ... aku hanya ingin mengatakan kalau aku melupakan sesuatu."]

"Apa? Cepat katakan dan tutup teleponnya!" titah Shella yang mulai geram dengan lawan bicaranya.

["Aku meninggalkan sesuatu untuk Shetta di depan pintu, tolong berikan padanya. Aku yakin dia akan menyukainya."]

Mendengar hal itu lantas membuat Shella terkekeh, kenapa pula ia harus menerima pemberian dari lelaki yang sama sekali tak disukai olehnya?

"Ya, ya, aku tidak akan melupakannya dan aku akan segera membuangnya, bye!"

Tut ... Tut

Dengan amarah yang tengah meluap-luap Bella pun akhirnya mengakhiri pembicaraan yang berhasil membuat debaran jantungnya berdetak tak karuan, pun dengan pikirannya yang seketika merasa kalut.

Shella mengembuskan napas kasarnya sembari meletakkan kembali ponsel tersebut.

Sungguh, ia tak habis pikir dengan Hans yang telah berani mengunjungi rumahnya.

"Mama kenapa?" tanya Arshetta berhasil memecah keheningan, pun membuat Shella mengerjap.

Gadis itu menatap ibunya dengan dalam, seakan-akan merasa cemas dengan gelagat yang ditunjukkan oleh Shella.

Betapa tidak? Kedatangan Hans sepertinya cukup berpengaruh terhadap emosional Shella, waktu bermain yang sangat menyenangkan itu harus terganggu bahkan berubah menjadi canggung karena kehadiran lelaki itu.

Sedangkan Shella yang sedari tadi terlihat melamun dengan kening mengerutpun akhirnya menyadari bahwa putri kecilnya sedang memperhatikan dirinya.

Seketika saja Shella mulai menyinggingkan senyumannya meski terlihat dibuat-buat.

"Ah, tidak apa-apa, Nak," sahut Shella bernada rendah.

"Lalu, siapa yang menelepon Mama? Apa itu Papa?" tanya Arshetta kembali, tampak sekali bahwa gadis itu merasa penasaran dengan sosok yang tengah berbincang dengan ibunya.

"Bukan, Nak. Itu--itu hanya teman lama Mama, kok."

Ya, meskipun begitu ... Shella merasa menyesal telah membohongi Arshetta, pun harus menyembunyikan sesuatu dari putrinya sendiri.

Beruntung saja Arshetta percaya dengan jawaban yang dipaparkan oleh ibunya dan tidak bertanya hal lain lagi setelahnya.

Akan tetapi, meski hal itu cukup melegakan namun tetap saja ucapan Hans rupanya masih terngiang-ngiang dalam benak wanita beranak satu tersebut, terlebih saat lelaki itu memberikan sesuatu untuk Arshetta.

"Apa sebenarnya maumu, Hans? Sudah kubilang jangan pernah muncul kembali dalam hidupku," batinnya.

Malampun tiba, tepat di ruang tengah rumah mewah itu, Dion bersama Arshetta tampak asyik menonton acara televisi yang selalu ditonton oleh anak itu.

Arshetta berbaring di atas sofa dengan menjadikan paha sang ayah sebagai alas kepalanya. Begitupun dengan Dion, tangan lelaki itu mengelus rambut puteri kecilnya dengan penuh kelembutan.

"Camilannya sudah siap!" teriak Shella secara tiba-tiba yang muncul dari arah dapur.

Wanita itu membawa sebuah nampan berisikan tumpukkan kentang goreng yang terletak di atas piring, serta beberapa buah sosis goreng yang merupakan camilan favorit Arshetta. Tak lupa pula tiga gelas minuman hangat yang berjejer cantik dengan uap panas di atasnya.

Arshetta seketika bangkit dari paha sang ayah kemudian menyambut kedatangan sang ibunda dengan tersenyum lebar.

"Yeay!! Akhirnya makananku sudah siap! Mama kok lama sekali bikinnya sih?" ujar Arshetta dengan menampakkan raut wajah penuh harap.

Belum sempat Shella menjawab, Dion telah lebih dulu menjelaskannya kepada puteri kecilnya, "Sabar, Nak. Mama 'kan perlu waktu buat bikinnya supaya makanannya enak."

Di sela-sela itu, Arsheta tampak mulai meraih sosis bakar dan segera melahapnya.

Shella pun tersenyum dan kemudian menambahkan, "Iya, Sayang. Kalau buru-buru nanti makanannya gak mateng, memangnya Arshetta mau makanannya gak mateng?"

Arshetta yang tengah asyik menikmati camilannyapun tampak tak berniat menjawab pertanyaan Shella, bahkan gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dengan mulut penuh makanan.

Mereka lantas menikmati malam dengan begitu hangat, bahkan bisa dibilang suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh keluarga kecil itu sebelum akhirnya tertidur dengan lelap.

Akan tetapi di samping itu, sikap Dion terlihat berbeda seakan-akan sesuatu telah mengganggu pikirannya.

"Apa aku tanyakan saja pada Shella?" batinnya bergumam, namun lelaki itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya dan mengurungkan niatnya untuk menanyakan apa yang tengah ia pikirkan.

Lelaki itu tentu tak mungkin merusak suasana hangat yang saat ini terjalin, terlebih Arshetta pula masih berada di tengah-tengah keduanya.

Sementara itu di tempat lain, seorang pria tengah duduk di atas kursi tepat di pinggir kolam renang, menikmati udara malam yang terasa sejuk, ditemani secangkir wine yang entah sudah kesekian kalinya ia menuangkannya ke dalam gelas tersebut dan meminumnya sampai habis.

Bahkan beberapa kali ia mengembuskan napas panjangnya, dengan tatapan mata mengarah ke atas langit malam yang gelap, memandangi bintang-bintang yang bersinar terang.

"Aku telah melewati kesendirian ini setelah sekain lama, harusnya aku sudah terbiasa. Tetapi kenapa malam ini rasanya begitu sunyi dan ... aku kesepian."

Ya! Ini merupakan kali pertamanya Hans merasakan hal itu, ia jemudian menurunkan pandangannya dan menatap gelas yang telah kosong.

"Mestinya minuman ini bisa membuat perasaanku lebih tenang, tapi nyatanya tidak," ucapnya kembali tersenyum sinis, "Jika saja kamu mau membuka pikiranmu dan bersedia hidup bersamaku, tentu aku tidak akan merasa kesepian seperti ini."

Hans tampak kacau, pikirannya seketika terasa kalut. Bahkan bayang-bayang sang wanita yang terus menerus menerornya dalam pikirannya sendiri.

Lelaki itu terlihat begitu terobsesi dengan sosok wanita yang sedari dulu telah berhasil membuatnya terpesona dan berhasil membuatnya dimabuk asmara.

Akan tetapi siapa sangka bahwa wanita tersebut telah bersuami?

Hans lantas mengusap-usap wajahnya dengan kasar, ia merasa begitu kesal namun tak ada tempat pelampiasan.

Menit selanjutnya lelaki itupun mengerjap dan segera bangkit dari duduknya, lalu berjalan memasuki rumah mewah bergaya artistik tersebut.

Dalam kegelapan malam, Hans berjalan menyusuri lorong dan meniti anak tangga lalu tiba di sebuah pintu ruang kerjanya.

Hans kemudian mendekati meja kerjanya dan membuka salah satu laci kecil lalu mengeluarkan sebuah amplop putih.

Seukir senyuman seketika terpampang dengan jelas menghiasi wajah tampak yang ia miliki.

Dengan helaan napas panjang, Hans kemudian bergumam, "Kalau tak ada satuun cara yang bisa membuatmu berpaling padaku ... aku terpaksa menggunakan ini untuk membuatmu berada di sampingku, Arshella!"

Bab terkait

  • Istri yang Tak Dianggap   3. Gelagat aneh Shella

    Pagi itu, Dion baru saja keluar dari kamar mandi lalu mengenakan pakaian yang telah dipersiapkan oleh sang istri.Terlihat sebuah kemeja berwarna abu muda, serta setelan jas dan celana berwarna abu tua telah tersimpan rapi di atas tempat tidur. Satu persatu lelaki itu mulai mengenakan pakaian tersebut hingga membuatnya terlihat menawan.Ceklek!"Sarapannya sudah siap, apa kamu sudah selesa, Mas?" tanya Shella yang tiba-tiba muncul dari ambang pintu.Dion yang tengah merapikan pakaiannyapun menoleh kemudian menjawab, "Belum, aku tinggal pakai dasi dan setelah itu selesai. Kamu tunggu saja di ruang makan, aku akan menyusul."Tetapi alih-alih menuruti ucapan Dion, Shella justru melangkah masuk ke dalam kamar lalu meraih sebuah dasi yang masih tergeletak di atas ranjang."Biar kubantu," ucapnya lalu mulai mengalungkan dasi tersebut pada kerah baju suaminya.Shella begitu fokus melipat dasi itu sampai-sampai ia tak menyadari bahwa kini jarak antata dirinya dengan Dion hanya berjarak bebera

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Istri yang Tak Dianggap   4. Dari siapa?

    "Itu 'kan tas yang dibawa teman Mama kemarin?" cetus Shetta secara tiba-tiba kala ia melihat sebuah tas yabg tengah ditunjukkan oleh mbok Yem.Ya! Setelah mbok Yem meletakkan totte bag tersebut dan meninggalkannya di atas meja makan. Tak ada angin atau apapun, Shetta tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan yang masih terasa sensitif.Mendengar itu lantas membuat Shella terperangah dengan kedua alis terangkat. Ia tak menyangka jika Shetta akan berbicara demikian, mengingat pertemuan mereka yang terasa begitu singkat."Kenapa Shetta bisa menyadari kalau tas itu milik Hans!?" batin Shella yang kini terdiam membeku.Akan tetapi, Dion sepertinya menunjukkan reaksi yang berbeda. Lelaki itu masih terlihat tenang meski dengan kening yang mulai mengerut menatap buah hatinya."Teman Mama?" Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah sang istri, "Siapa? Apa kemarin ada tamu ke rumah?"Pias!! Shella kini tampak gelagapan entah apa yang harus ia katakan terkait pertanyaan suaminya.Dion tentu meras

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Istri yang Tak Dianggap   5. Kembali bertemu Bryan

    Reaksi Shella pun tampaknya telah disadari oleh Dion, lelaki itu sontak menoleh dan menaikkan alisnya, "Ada apa?"Shella mengerjap lalu mendelikkan pandangannya, ia rupanya terlalu menunjukkan reaksi berlebihan sehingga menimbulkan tanya dalam diri suaminya."Ah! Tidak apa-apa, aku hanya terkejut melihat berita di sosial media yang sedang ramai," jawab Shella."Oh ya? Berita apa memangnya?"Skakmatt!!Shella kini ketar ketir, kebohongan yang semakin jauh telah membuatnya tenggelam dalam rasa bersalah. Bahkan ia tak tahu harus menjawab apa karena wanita itupun belum mengetahui apa yang tengah ia bicarakan."Umm ... hanya gosip kok, biasalah ... selebriti jaman sekarang sukanya cari sensasi," jelas Shella berusaha menjelaskan meski ia merasa begitu gugup.Dion hanya menganggukkan kepala dan percaya begitu saja dengan ucapan Shella, meski dalam hati kecilnya ia merasa sesuatu yang tampak aneh dari sikap istrinya."Apa kami tahu? Aku merasa kalau sikapmu sedikit berbeda," tutur Dion yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Istri yang Tak Dianggap   6. Kartu undangan mantan

    Perlahan namun pasti, Dion membaca isi dari kartu undangan itu, yang tertulis dua buah nama."Rumi??" gumamnya dengan mata menyipit, "Mungkinkah ...."Dion pun menghentikan ucapannya kala ia mengingat sebuah nama yang ia kenal dengan sangat baik, bahkan menerka-nerka siapa Rumi yang dimaksud dalam kartu undangan tersebut. Terlebih calon istri Bryan memanglah memiliki nama yang sama dengan mantan istrinya.Seketika itu pula sosok wanita itu membayangi pikirannya, hingga membuat Dion terhanyut di dalamnya."Tapi bukankah banyak orang yang memakai nama itu?"Dio terus menerus menerka dan mengira calon istri Bryan, mungkinkah hubungan keduanya terjalin dengan baik selama ini?Lalu detik itu pula, Dion berdecih dan menampakkan senyuman sinisnya, "Apa peduliku? Toh dari dulu mereka memang menjalin hubungan di belakangku."Ya! Pendapat tersebutlah yang selalu ia pegang sedari dulu, sebuah tuduhan yang tak berdasar hingga membuat dirinya yakin untuk segera menceraikan Rumi, sang istri yang i

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20
  • Istri yang Tak Dianggap   7. Undangan Mantan istri 2

    Dengan sepasang mata melotot, Shella masih berpikir dan harus memutar otak agar Dion tidak merasa curiga dengan gelagatnya."Apa dia mendengar percakapanku barusan?" batinnya menerka-nerka.Di samping itu, Dion tampak mulai berjalan menghampiri dirinya. Seolah merasa penasaran dengan urusan istrinya sendiri."Itu, umm ... Temanku ngajak hangout bareng," jawab Shella dengan rona wajah memerah."Fanny? Tumben sekali dia mengajakmu bertemu setelah sekian lama," jelas Dion yang kini telah berada di hadapan Shella, "Terus? Apa kamu terima ajakannya?"Tetapi Shella menggelengkan kepalanya, ia tentu tengah kebingungan karena Dion salah menduganya namun hal itu cukup membuatnya tenang karena artinya Dion tidak mendengar percakapan Shella dengan lawan bicaranya sebelum itu.Lalu seketika saja terlintas sebuah nama dalam benak diri wanita itu, ia teringat dengan sosok teman yang cocok untuk ia jadikan alasan."Bukan Fanny, Mas. Tapi Shanty yang mengajakku bertemu," jelas Shella.Dion pun menaik

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Istri yang Tak Dianggap   8. Pesan singkat dari Hans

    "Ada apa, Sayang?"Ucapan itu lantas membuat Shella terkejut dan cepat-cepat membalikkan ponselnya seolah tak ingin terlihat oleh suaminya.Dengan terbata-bata Shella pun menjawab, "Ah! T-tidak apa-apa, hanya pesan dari grup teman-temanku saja."Sikap Shella kini tampak aneh, namun lagi dan lagi ... Dio hanya menganggukkan kepalanya seakan-akan tak menaruh curiga barang sedikitpun.Hal itu jelas saja membuat Shella merasa tenang dan bernapas lega setelahnya.Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya tiba di sebuah gerbang sekolah Shetta saat ini.Beberapa siswa TK tampak berlalu lalang beriringan bersama orang tua mereka masing-masing, bahkan tak jarang pula ada yang hanya diantar oleh seorang suster pengasuhnya."Selamat bersenang-senang ya, Nak!" ujar Dion kala puteri kecilnya berpamitan dengannya."Ok, Pi!" sahut Shetta sembari menuruni mobil bersama dengan sang ibunda.Mereka pun mulai berjalan meninggalkan mobil Dion dan memasuki area sekolah yang mulai terlihat ramai.Semen

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • Istri yang Tak Dianggap   9. Teman Mama

    Tok, tok!"Masuk," sahut Dion bernada datar kala ia sibuk dengan lamunannya sendiri.Ya! Sedari tadi lelaki itu tampak tak bisa memfokuskan dirinya pada pekerjaan yang telah bersedia menantinya.Bahkan sejak ia tiba di ruang kerjanya, alih-alih duduk dan bekerja lelaki itu justru hanya terdiam dan melihat-lihat beberapa berkas tanpa menelitinya lebih lanjut.Hingga ada akhirnya muncullah sang sekertaris dan segera menghampiri meja atasannya."Maaf, Pak. Saya hanya ingin memastikan bahwa sebentar lagi kita akan meeting bersama klien di restoran," tutur Vena setelah membungkukkan badan memberi hormat kepada sang atasan.Dion yang tengah bersandar pada kursipun sedikit terkejut, ia lantas mengubah posisi duduk dengan sedikit menaikkan kedua alisnya."Benarkah? Saya sampai lupa," sahutnya, "Jam berapa?""Kira-kira jam 11, Pak."Lelaki itupun mengerjap dan dengan kedua mata terbelalak setelah mengecek waktu pada sebuah jam yang melingkar pada pergelangan tangannya, "Oh my! Bukankah itu kur

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Istri yang Tak Dianggap   10. Pertemuan diam-diam

    "Jadi, apa sebenarnya yang ingin kamu katakan padaku?" tanya Shella sesaat setelah ia selesai menyantap makan siangnya.Begitu pula dengan Shetta, gadis kecil itu kini kembali bermain air di tepi kolam kecil.Ya, Shella memang sengaja diam dan tidak mengatakan hal apapun saat Shetta masih berada di dekatnya, wanita itu hanya menikmati makanannya bersama sang anak, meski bibirnya sangat tidak sabar menahan semua pertanyaan untuk Hans.Sedangkan Hans, alih-alih menjawab dan menjelaskan maksud dan tujuannya mengajak Shella dan anaknya makan siang, lelaki itu justru hanya terdiam menatap Shella dengan senyuman manisnya.Bahkan Hans kini justru bersikap seadanya, menyeruput gelas jus lalu berkata, "Santai dulu, dong. Menikmati dulu suasana yang begitu hangat ini bukan?"Shella pun mendengkus seraya memutar bola matanya, rasa kesalpun mulai menjalari tubuhnya.Lalu Hans mengalihkan pandangannya menatap sosok gadis kecil yang asyik bermain air, dengan sesekali berusaha menangkap ikan kecil

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Dianggap   82. Dia bukan anakku!?

    Kerutan pada keningnya kini mulai tampak jelas, kala lelaki itu membalikkan amplop putih yang ternyata mempunyai lambang yang menggambarkan salah satu lambang Laboratorium terkemuka di kota itu.Mulanya Dion merasa aneh hingga bertanya-tanya dalam benaknya. Tanpa menunggu lama lagi Dion lantas mulai membuka isi amplop dan memgeluarkan secarik kertas putih dengan beberapa deretan huruf dan angka di dalamnya."Surat apa ini?" tanyanya masih menerka-nerka bahkan belum menyadarinya.Perlahan namun pasti, Dion kini mulai membaca kata demi kata yang tertulis di dalam surat tersebut. Untuk sesaat ia kembali heran, terlebih ketika lelaki itu menyadari terdapat beberapa nama yang tidak asing lagi baginya tertera di dalam tulisan tersebut."Kenapa ada nama anakku di sini!? Arshetta Puteri Santoso!?"Ya! Rasa penasaran lelaki itu semakin meluas, bahkan merasa begitu heran mengapa nama itu ada di dalamnya. Ia pun lekas membaca dengan lebih teliti lagi, kata demi kata yang menjelaskan terkait hasi

  • Istri yang Tak Dianggap   81. Amplop putih

    Seperti rencana sebelumnya pagi ini Hans akan melancarkan aksinya dengan memberi pelajaran pada Dion dan Shella terkait Kejadian beberapa malam yang lalu yang membuat dirinya merasa dipermalukan di hadapan semua orang bahkan di tempat yang selalu ia kunjungi. Lelaki itu telah bersiap dengan pakaian rapinya dan segera meluncur meninggalkan kediamannya menggunakan mobil mewah miliknya yang berharga milyaran rupiah.Dengan ditemani sopir pribadinya Hans segera saja menuju perusahaan milik Dion yang berada di pusat kota tersebut. Raut wajahnya kini menampakkan bahwa dirinya sangat percaya diri dengan rencana ini bahkan Hans sangat yakin bahwa ia akan segera membuat Dion menderita dan bisa memiliki Shella seutuhnya."Tunggu saja, Dion, aku akan menunjukkan Siapa yang paling kuat di antara kita dan aku akan membuktikan siapa yang paling pantas berada di samping Shella, " ucapnya dengan penuh keyakinan dan percaya diri.Tak butuh waktu beberapa jam untuk bisa tiba di kawasan perusahaan elit

  • Istri yang Tak Dianggap   80. Makan dengan Shetta

    Sudah berhari-hari Hans selalu melamun, asyik dengan pikirannya sendiri. Ya! Setelah perdebatannya bersama Dion dan Shella malam itu, ia kini lebih banyak diam dari biasanya, ponsel yang selalu ia mainkanpun kini hanya tergeletak tak karuan di atas meja kerjanya.Ia sungguh tidak berselera untuk melakukan apapun, bahkan ia hanya melakukan beberapa pekerjaan kantornya dan pulang tepat waktu. Tanpa mampir ke sebuah tempat atau melakukan sesuatu seperti biasanya."Ini terasa membosankan, aku hanya dian seperti ini dan tidak melakukan apapun."Hans lalu merebahkan dirinya di atas kursi santai di sebelah kolam renang miliknya, menandangi langit malam yang gelap dan penuh dengan berbagai cahaya bintang menghiasinya.Tak dapat dipungkiri, beberapa ucapan serta cibiran yang ia terima dari Shella tentu berdampak buruk dan cukup panjang hingga membuaynya seperti ini. Lelaki itu semakin terlarut dalam lamunannya sendiri membayangkan semua rentetan kejadian yang secara tidak langsung telah menyin

  • Istri yang Tak Dianggap   79. Mertua tidak tahu diri!

    Bryan baru saja tiba di kantornya dengan suasana hati yang sedikit kurang baik. Setelah perbincangan bersama pamannya yang terjadi semalam, Bryan tentu saja kini merasa bingung dengan saran yang diberikan oleh Handi.Bagaimana tidak? Saran yang dikatakan oleh Handi telah cukup membuat Bryan kembali berpikir, lagi dan lagi.Ia merasa cemas dan takut dengan keadaan Arumi yang belum sepenuhnya merasa lebih baik, bahkan saat terakhir ia makan siang dengan Arumi, wanita itu masih saja terlihat murung, menjawab pertanyaan Bryan seperlunya."Ini benar-benar membuatku pusing," ucap Bryan kala ia menduduki kursi kerjanya dan hendak memulai aktifitasnya.Tetapi, alih-alih segera menggarap beberapa pekerjaannya, lelaki itu justru hanya diam dengan kedua mata terfokus menatap layar komputernya.Diam ... dan tidak bergeming ....Di dalam pikirannya kini hanya terdapat berbagai macam hal yang tentang Arumi dan Askara."Bagaimana kalau tante Rose berbuat nekad dan bersikukuh menginginkan Askara? Lan

  • Istri yang Tak Dianggap   78. Mendatangi Dion

    Hari-hari setelah malam itu, Shella kini terlihat murung. Meski ia tetap menemani Vena membuka tempat karaokenya, namun semuanya tidak berjalan seperti sebelumnya. Wanita itu jadi lebih pendiam, senyuman manis yang ia miliki kini hanya tertuju untuk para customer.Ya! Shella cukup profesional dalam mengelola emosinya kali ini.Akan tetapi tetap saja, terlihat sekali perbedaan sikap dalam dirinya. Vena pun merasakan hal itu, merasa iba melihat sahabatnya yang harus berada dalam situasi seperti ini."Hmm, saituasi macam apa lagi ini!? Aku benar-benar tidak habis pikir ... "Semua terjadi jelas karena Dion, lelaki yang tiba-tiba datang mengacau. Hal itu membuat Vena memutuskan untuk melakukan sesuatu."Aku harus segera bertindak, karena seperti ini saja sudah membuatku lelah."Ya! Pagi ini lebih tepatnya sesaat setelah matahari muncul dari ufuk timur, para orang-orang yang memulai aktifitasnya, Vena telah bersiap dan segera pergi menuju kantor Dion. Vena berjalan mengendap-endap melewati

  • Istri yang Tak Dianggap   77. Kedatangan Om Handi

    Kini, Handi tengah duduk tegap di sebuah ruang tamu yang terdapat pada rumah mewah bergaya modern tersebut. Lelaki itu tak berhenti mengatur pernapasannya, dan juga mengatur beberapa bahasan yang akan ia katakan pada keponakannya.Ia ingin mengulur waktu, memikirkan lagi semuanya hingga terasa tepat untuk disampaikan. Tetapi Bryan sepertinya tidak akan memberinya kesempatan."Baiklah, Om. Apa yang membawa Om hingga malam-malam begini mendatangiku?" tanya Bryan langsung pada intinya.Bryan yang memang sedari dulu tak begitu menyukai basa-basi serta selalu membahas inti dari setiap permasalahan tentu sudah menjadi hal biasa bagi Handi, dan lelaki itu tak pernah menunjukkan aksi protesnya.Handj lalu membenahi posisi duduknya, sebelumm akhirnya menbahas apa yang membuat pikirannya mengganjal."Maaf sebelumnya kalau Om tiba-tiba menanyakan ini padamu," ucap Handj sedikit ragu, "Apa rencanamu saat kalian berdua resmi menikah?"Bukannya lekas menjawab, Bryan justru dibuat bingung dengan per

  • Istri yang Tak Dianggap   76. Buka matamu!

    Handi kini telah tiba di sebuah kawasan perumahan elite di bilangan Jakarta. Entah apa yang ada di pikiran lelaki paruh baya itu hingga ia menjalankan mobilnya dengan secepat kilat dan tiba di rumah keponakannya.Saat lelaki itu menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah besar tersebut seketika itu pula ia disambut oleh seorang satpam yang bekerja di rumah itu."Selamat malam, Apakah ada yang bisa saya bantu? " tanya satpam tersebut."Apakah Bryan sudah pulang?" tanya Handi sesaat setelah ia menurunkan kaca jendela mobil miliknya.Satpam itu pun menganggukan kepalanya dan kemudian menjawab, "Kebetulan sekali Tuan Bryan baru saja pulang dari kantor beberapa menit yang lalu."Mendengar itu tentu saja membuat Handi merasa lega karena dia bisa langsung menemui keponakannya di dalam rumah itu meski ia sendiri belum tahu apa yang akan dia bicarakan saat ini dengan Bryan.Tanpa berlama-lama lagi satpam itu pun lekas mempersilahkan Handi untuk memasuki pekarangan rumah Bryan yang tamp

  • Istri yang Tak Dianggap   75. Penebusan dosa

    "Apa aku memang terlalu kejam? Apa aku salah karena menginginkan sesuatu yang sudah kubuang sendiri?"Pikiran itu terus menerus mengganggunya, terngiang-ngiang sampai tak dapat disingkirkan lagi.Entah mengapa, malam ini Rose terasa sulit sekali untuk tidur, ia telah pergi ke kamar mandi, minum beberapa tegukkan ari mineral, bahkan melakukan hal beberapa saat, tak membuatnya merasakan kantuk sekalipun.Rose terus saja terpikirkan beberapa hal yang selama ini mengusiknya. Bahkan sesaat setelah ia bertemu Dion dan membicarakan terkait tes DNA itu, Rose tak mampu lagi berkata apapun."Apa aku turuti saja kemauan Dion untuk melupakan hal ini?" pikirnya lagi.Hingga sesaat kemudian Rose kembali menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak. Aku tidak boleh mundur, aku harus membuktikannya sendiri kalau dugaanku benar," ucapnya lagi.Ya! Rose memang selalu bersikeras mendapatkan apa yang ia inginkan, bahkan lautanpun akan ia sebrangi asalkan pada akhirnya ia mendapatkan hal tersebut.Saat ini, Ros

  • Istri yang Tak Dianggap   74. Pesona Hans

    "Tunggu, Mas!! Aku bisa-""Diamlah, aku sudah tidak ingin mendemgarkanmu lagi," sergah Dion memotong ucapan Shella dan lekas pergi dari sana.Shella tentu tidak ingin melewatkan kesempatan ini, ia segera meraih tangan Dion dan menggenggamnya erat, namun seketika itu pula Dion menghempaskannya, seolah benar-benar tidak ingjn tersentuh lagi oleh Shella. Lelaki itu lekas pergi dari hadapan Shella, tetapi lagi dan lagi, sosok perempuan tiba-tiba saja muncul dan menghentikan langkah lelaki itu."Ck! Tolong minggir, aku harus pergi."Tetapi wanita itu tentu tidak mendengar dan terus berdiri tepat di hadapannya."Ada apa ini!?" tanya wanita tersebut bernada dingin, "Apa kau yang membuat kericuhan di tempatku?""Aku??" Dion kemudian berdecih lalu kembali menoleh ke belakang, "Aku hanya berniat memastikan sesuatu dan pergi, tapi lihat? Aku malah menemukan sesuatu yang menarik di sini."Vena pun terdiam, mengikuti arah pandang Dion dan menatap sosok pria bertubuh tinggu berdiri tepat di sampin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status