Share

Tempat Paling Berbahaya

Penulis: Komalasari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Laila sudah tiba di rumah. Tanpa banyak bicara, dia langsung menuju kamarnya. Hati dan pikiran wanita cantik dua puluh lima tahun itu, sedang tidak baik-baik saja. Sekembalinya dari rumah Aries, dia menjadi begitu galau. Apa yang melanda hati Laila saat ini, berkaitan dengan Suratman. Jauh di lubuk hati terdalam, dia tak tega harus memenjarakan pria yang selalu menyayangi serta bersikap sangat perhatian tersebut. Namun, bila teringat bahwa Suratman telah membawa lari dirinya, maka kemarahan kembali hadir dalam dada Laila. 

Sambil duduk terpekur, Laila meneteskan air mata yang lagi-lagi hanya dirinya nikmati seorang diri. Segala kenyamanan serta harta kekayaan melimpah yang dimiliki saat ini, ternyata tak mampu membuatnya merasa jauh lebih tenang. 

Dalam kesendirian tadi, seluruh lamunan Laila tiba-tiba menjadi buyar. Wanita cantik berambut panjang itu segera menyeka air mata, saat mendengar suara ketukan di pintu. Terlebih, setelah mendengar suara Widura

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Pekerjaan untuk Aries

    “Apa yang ingin Anda beritahukan kepada saya, Nona?” tanya Widura penasaran.“Sejak kapan Om Adnan mengambil alih kendali, di perusahaan tambang milik ayah saya?” tanya Laila serius.“Dari semenjak Pak Reswara mulai sakit-sakitan. Sekitar satu tahun yang lalu. Kondisi beliau makin lama semakin lemah, hingga akhirnya seperti yang Anda lihat saat pertama kali datang ke rumah ini,” jelas Widura.“Apa yang dokter katakan tentang penyakit ayah saya?” tanya Laila lagi.“Dari yang saya ketahui, Pak Reswara memang sudah menderita komplikasi sejak lama. Belakangan, ada beberapa penyakit yang dinyatakan parah oleh dokter dan … saya tahu Anda pasti sangat penasaran, Nona. Akan tetapi, saya tak ingi

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Mencari Sedikit Jawaban

    “Apa? Pengawal pribadi?” Aries cukup terkejut mendengar jawaban Laila.“Ya. Memangnya kenapa? Kamu tidak suka? Terserah.” Laila membalikkan badan, karena perbincangan mereka sudah selesai.Melihat Laila hendak berlalu dari hadapannya, Aries langsung mencegah. “Tunggu, La!” Dia meraih pergelangan tangan Laila. Sesaat kemudian, barulah dia sadar dengan apa yang dilakukannya. Pria itu segera melepaskan genggaman, lalu mundur. “Maaf, La."Akan tetapi, Laila tak menanggapi. Dia hanya menatap tajam pada mantan suaminya.“Aku menempuh perjalanan lebih dari lima belas menit hingga sampai di sini. Apakah cuma itu yang mau kamu katakan?” tanya Aries, yang menyesalkan sikap angkuh Laila.

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Tertampar Kesalahan Masa Lalu

    Laila terpaksa menoleh. Namun, dia tak memedulikan pria yang tak lain adalah Pramoedya. Entah sedang apa pria itu di sana, bersama anak-anak panti. Laila bergegas menuju halaman parkir. Dia tak ingin Pramoedya sampai mengetahui bahwa dirinya menjadi salah tingkah, karena debaran aneh dalam dada.“Ucapan selamat tinggal bukan berarti kita tidak bisa berjumpa lagi," ucap Pramoedya, yang seketika membuat Laila tertegun."Sedang apa kamu di sini?" tanya Laila, tanpa menoleh pada Pramoedya yang menghampirinya."Aku sudah biasa datang kemari. Lihatlah. Anak-anak itu menyukaiku." Pramoedya tersenyum kalem."Menyebalkan!" umpat Laila pelan. Tanpa menoleh, dia melanjutkan langkah ke halaman parkir.Namun, sepertinya Pramoedya tak ingin menyerah. Dia mengejar sosok semampai tadi, hingga berhasil mencekal pergelangannya. Sementara, anak-anak kecil di belakang sana terus memperhatikan sambil bersorak. “Aku tak akan membiarkanmu pe

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kena Mental

    "Om Adnan?" ulang Laila tak percaya. Pukulan telak bagi wanita muda itu, karena ternyata sang paman sendiri yang menjadi otak dari kejahatan terhadap dirinya. Namun, Laila jadi berpikir. Jika memang Adnan yang sengaja menyingkirkan dia dari kediaman Keluarga Hadyan, lalu mengapa pria itu membawanya kembali ke sana?"Apa lagi yang Bapak ketahui?" tanya Laila setengah mendesak ayahanda Aries, yang kembali tertunduk di hadapannya.Suratman menggeleng. "Tidak ada," jawabnya."Bohong!" sentak Laila tiba-tiba. Dia berdiri sambil menggebrak meja. Tindakannya telah membuat beberapa petugas, serta orang-orang yang ada di ruangan itu seketika menoleh dengan sorot penuh keheranan."Tenanglah, La," bujuk Aries. Dia berusaha membuat Laila agar duduk kembali. "Jangan permalukan dirimu seperti itu," bisik Aries.Laila tidak menanggapi. Dia yang sudah kembali duduk, hanya mendelik sekilas kepada sang mantan suami. Wanita cantik berambut pan

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Misteri Kunci Brankas

    “Apa?” Mayang sontak berdiri. Dia bahkan belum selesai memasang rol di rambutnya. Ibunda Marinka tersebut membelalakan mata, lalu beralih tempat duduk ke sebelah Adnan. “Mau apa dia ke sana?” Pertanyaan yang tak harus dilontarkan, karena dia pasti sudah mengetahui jawabannya.“Apa pun yang menjadi alasan Laila menemui Suratman, itu pasti akan berakhir dengan kerugian bagi kita. Kenapa dulu aku tidak terpikir untuk melenyapkan satpam itu, setelah dia membawa Laila pergi dari sini?” Adnan mendengkus kesal sambil meraup kasar rambutnya.“Papa ini bagaimana? Dulu Mama sudah pernah menyarankan seperti itu,” ujar Mayang seraya menghadapkan tubuh ke depan. “Akan tetapi, jika sampai kita kehilangan jejak Suratman, maka kita juga tidak akan bisa membawa Laila kembali ke rumah ini. Sedangkan, Papa tahu sendiri bahwa kunci brankas milik Reswara ada pada putrinya. Hhh! Mama jadi pusing memikirkan itu! Kenapa tidak a

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Ramuan Ajaib

    Laila beranjak ke dekat pintu, lalu membukanya. Dia mendapati Mayang berdiri dengan kimono tidur hitam dan rambut tergerai. Di tangan wanita paruh baya itu ada gelas kecil berisi cairan berwarna kuning pekat. “Ada apa, Tante?” tanya Laila, yang sudah menaruh curiga.“Tante lupa. Ini ada ramuan herbal dari dokter kecantikan langganan Tante. Ramuan ini sangat bagus untuk kesehatan area sensitif wanita. Kebetulan, tadi Tante dan Marinka sudah meminumnya. Kamu coba juga, ya.” Mayang menyodorkan gelas berisi cairan kuning pekat tadi.Karena tak ingin membuat sang tante curiga, Laila langsung menerimanya. “Terima kasih, Tante. Aku senang karena mendapat perhatian seperti ini,” ujar Laila memperlihatkan senyum palsu, di hadapan istri Adnan tersebut.“Seharusnya, i

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Penemuan tak Disengaja

    Laila menatap lekat huruf L pada nama ‘Laila’ yang ada di kalung itu. Tepat di bagian atas huruf tadi, ada sebuah bulatan seperti kepala jarum pentul, tapi ukurannya sangat kecil. Laila bahkan tak menyadari bulatan itu ada di sana, jika tak memperhatikan dengan saksama.Iseng, Laila menarik bulatan kecil tadi menggunakan ujung kukunya yang runcing. Sungguh mengejutkan, karena dari sana muncul sebuah benda mirip SIM Ejector (jarum kecil untuk membuka sim card di handphone).“Benda apa ini?” gumam Laila, sambil terus memperhatikan jarum kecil tadi. Wanita muda itu mengamati, sambil sesekali menautkan alis. Dia heran, karena ada benda aneh di kalungnya tadi.Terbesit pikiran untuk menanyakan hal itu kepada Widura. Akan tetapi, Laila mengurungkan niatnya, berhubung saat itu sudah lewat tengah malam. Lagi pula, Widura sudah menyuruhnya agar segera beristirahat. Laila memasukkan kembali jarum kecil tadi, lalu beranjak ke tempat tidu

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Peti Harta Karun

    “Ibu beres-beres saja dulu. Nanti sore kusuruh sopir untuk mengantar pulang.” Laila membalikkan badan, seakan menjadi isyarat bahwa perbincangan itu selesai. “Baiklah.” Kartika beranjak dari sana.Sepeninggal Kartika, Laila bergegas keluar kamar. Wanita muda itu melangkah tergesa-gesa menuju ruang kerja, untuk menemui Widura. “Ada apa, Nona?” Widura yang tengah memeriksa beberapa berkas, langsung berdiri melihat kehadiran Laila di sana.Tanpa banyak basa-basi, Laila langsung memberikan suntikan tadi kepada Widura. “Bu Kartika memberikan itu kepada saya. Tante Mayang menyuruhnya agar menyuntik saya secara diam-diam. Saya tidak tahu cairan apa di dalamnya. Namun, saya yakin itu pasti bukan vitamin untuk kecantikan.” Widura terpaku memperhatikan suntikan yang Laila berikan. “Saya akan menyimpan ini. Kebetulan saya mempunyai seorang kenalan yang bekerja di bagian lab rumah sakit. Kita bisa meminta bantuannya.” Laila mengangguk setuju. “Saya juga ingin mengatakan sesuatu.”“Tentang apa

Bab terbaru

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Akhir Perjalanan Panjang

    Selagi Aries dan Dara saling mengungkapkan perasaan, Laila dan Pramoedya pun melakukan hal yang sama. Mereka memisahkan diri dari para kerabat, yang tengah bersuka ria dalam pesta itu. “Bagaimana perjalananmu tadi?” tanya Pramoedya lembut. Sesekali, dia menyingirkan anak rambut yang menutupi kening Laila. Sikap pria itu benar-benar manis sehingga membuat Laila tersanjung. “Tadinya, aku mau mandi dan beristirahat sebentar sebelum makan malam. Akan tetapi, tiba-tiba mama mengatakan bahwa Mas Pram mengalami kecelakaan.” Laila menatap sang suami penuh cinta. “Kamu sangat mengkhawatirkanku.” Pramoedya tersenyum kalem. Ada rasa bangga dalam hatinya, yang tak harus dia ungkapkan. Pria itu cukup memberikan bukti nyata, melalui perlakuan tak biasa kepada Laila. “Aku ingin menculikmu sebentar dari sini,” bisiknya.Laila tersipu malu. Dia tak memberikan jawaban. Namun, bahasa tubuh wanita cantik tersebut, menunjukkan bahwa dia setuju dengan keinginan Pramoedya.Tanpa banyak bicara, Pramoedya

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kejutan Istimewa

    Beberapa hari setelah itu, Laila dan Aries berangkat ke Belanda. Setelah melewati perjalanan panjang melalui jalur udara, akhirnya mereka tiba di Kota Amsterdam. Kebetulan, Pramoedya sudah menyiapkan sopir yang menjemput keduanya. Dari bandara, Aries dan Laila langsung menuju kediaman Wilhelm van Holst. “Selamat datang kembali, Laila,” sambut Wilhelm hangat. “Senang sekali kamu bisa datang lagi kemari, Sayang.” Naheswari memeluk erat Laila. Dia begitu bahagia atas kehadiran sang menantu di rumahnya. “Di mana Lara dan Zehra?” tanya Laila, seraya mengedarkan pandangan. “Um … mereka … mereka sedang pergi dengan Pram. Ada sedikit urusan yang harus diselesaikan,” jelas Naheswari sedikit tak nyaman. Sesekali, dia melirik sang suami yang menatap penuh arti padanya. “Ya, sudah. Sebaiknya, kalian beristirahat dulu.” Wilhelm berdehem pelan, seakan memberi kode rahasia kepada sang istri. Naheswari tersenyum lembut. Dia memanggil pelayan, lalu menyuruhnya mengantar Aries ke kamar yang sudah

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kepergian Pramoedya

    “Mas akan tetap berangkat ke Belanda?” tanya Laila, dengan sorot harap-harap cemas.“Ya. Semua sudah siap,” jawab Pramoedya pelan, seraya menarik selimut. Dia menutupi tubuh polosnya dan sang istri, yang baru selesai bercinta. Pramoedya memejamkan mata.Laila mengembuskan napas pelan bernada keluhan. Wanita itu seperti menahan rasa kecewa. Ekspresi tadi terpancar jelas dari raut wajahnya. Namun, Laila tak berani mengungkapkan apa yang dia pikirkan.“Kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan?” Pramoedya membuka mata. Dia menatap lekat Laila yang tampak memendam kesedihan.“Aku tidak ….” Laila seakan sengaja menggantungkan kalimatnya. Dia menatap Pramoedya dengan mata berkaca-kaca.“Apa?” Pramoedya menautkan alis, menunggu Laila menyelesaikan kata-katanya. Namun, sang istru justru membalikkan badan. Laila seperti menghindar dari perbincangan yang dirinya mulai.

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Diiringi Rintik Gerimis

    “Mas,” sapa Laila, yang tiba-tiba menjadi salah tingkah. Wanita cantik tersebut sadar betul seperti apa penampilannya, meski Pramoedya pernah melihat dia dalam kondisi lebih acak-acakan dari itu.“Lihatlah, Pram. Laila menyiapkan semua menu untuk makan malam kita kali ini,” ujar Naheswari, seraya tersenyum lebar. Ibu tiga anak itu tahu, bahwa menantunya merasa canggung berhadapan langsung dengan sang putra. “Jangan katakan, jika Mama memaksa Laila mengerjakan ini semua,” tukas Pramoedya kalem. Dia menghadapkan tubuh pada Naheswari. Namun, ekor mata pria tampan itu justru tertuju pada Laila, yang sibuk sendiri menanggulangi rasa kikuk. Seulas senyuman muncul di sudut bibir Pramoedya. “Adakalanya kita harus memaksa, Sayang,” ujar Nahwswari, sambil berjalan mendekat pada putra sulungnya. “Mandi dan segeralah berganti pakaian. Setelah itu, kita makan malam sama-sama.” Wanita paruh baya tersebut menepuk pelan pipi Pramoedya, lalu berbalik pada Laila. 

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Lusuh dan Berminyak

    Laila berdiri terpaku, menyaksikan kepergian Pramoedya dengan sedan hitam yang dikendarai sendiri. Pria itu serius akan kata-katanya, tentang perceraian dan rencana kepergian dia ke Belanda. Karena, sang pengusaha tampan berdarah campuran tadi berlalu tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Putra sulung pasangan Naheswari dan Wilhelm tersebut, seakan sudah pasrah menerima kisah cintanya yang tak berjalan mulus. Sementara itu, Aries masih berdiri di teras sambil menyandarkan lengan kiri pada pilar penyangga. Tatapan mantan suami Laila tersebut kosong, menerawang menembus kegelapan malam. “Kupikir, kamu sudah pulang.” Laila melangkah ke teras, lalu berdiri di sebelah Aries. Namun, dia tetap memberi jarak dari sang mantan suami. “Pak Pram memintaku agar tetap di sini, sampai dia mengirimkan pengawal pribadi untuk menjagamu,” balas Aries, seraya menoleh sekilas pada Laila yang memandang ke depan. “Dia sangat mengkhawatirkanmu.” Laila tidak menyahut. Wanita cantik itu hanya menundukkan

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Keputusan Akhir Pramoedya

    “Mas,” panggil Laila lirih. Tak terkira betapa bahagia hatinya, saat melihat Pramoedya ada di sana. Dia dan Marinka yang sudah putus asa, kembali mendapat kekuatan. Terlebih, Pramoedya datang bersama Aries dan tiga pria berjaket kulit.“Hentikan, Pak Widura.” Nada bicara Pramoedya terdengar sangat tenang, tapi penuh wibawa. “Anda adalah orang yang cerdas. Anda pasti tahu seperti apa konsekuensi, bila tidak bisa bersikap kooperatif terhadap petugas.”“Petugas apa?” Widura menyeringai pada Pramoedya, yang tak memberikan jawaban.Pramoedya menoleh pada tiga pria berjaket kulit tadi. Dia mengarahkan tangannya ke arah Widura. “Silakan, Pak. Semua barang bukti sudah saya kantongi, dan akan segera diserahkan pada pihak yang berwajib,” ucap pengus

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Widura yang Sebenarnya

    “Pertanyaan macam apa itu, Bu Laila?” Widura terkekeh pelan.“Jawab saja, Pak,” desak Laila. Sekilas, dia melirik Marinka yang terlihat tegang.“Apa saja yang Non Marinka ceritakan pada Anda?” Widura tak lagi seramah biasanya. Rait wajah pria itu berubah menakutkan. “Banyak,” jawab Laila singkat. Tatapannya lekat, tertuju pada Widura. “Salah satunya adalah tentang obat-obatan, yang tersimpan di laci kamar ayah saya.”Setelah mendengar ucapan Laila, Widura jadi makin tak bersahabat. Tak ada lagi sosok lembut, bijak, dan pelndung yang selama ini menjadi ciri khas dirinya. Widura bagaikan seekor singa yang menemukan mangsa, dan bersiap untuk menerkamnya.Melihat bahasa tubuh Widura, Marinka mundur perlahan. Dia berbalik, kemudian berlari menuruni undakan anak tangga menuju halaman. Namun, belum sempat Marinka melarikan diri, Widura sigap mencegahnya. Pria paruh baya itu mencengkeram erat tangan Marinka, hingga sepupu Laila tersebut meringis kesakitan. “Lepaskan aku, Tua bangka!” umpat

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Wanita Keras Kepala dan Pencemburu

    Semua mata sontak tertuju pada Marinka. Celetukan wanita muda itu memang terdengar keterlaluan. “Kenapa? Apa ada yang salah?” Marinka yang telah menghabiskan setengah dari isi dalam piringnya, meneguk air putih tanpa menghiraukan tatapan aneh yang lain. “Aku hanya mengatakan sesuatu yang memang kerap terjadi di zaman sekarang. Persahabatan jadi cinta, atau cinta segitiga antar sahabat. Lebih parah lagi, jika ada dua pria yang bersahabat dekat mencintai satu wanita. Tak jadi masalah apabila si wanita tidak memilih salah satu.”Naheswari menautkan alis, setelah mendengar ucapan Marinka barusan. Ibunda Pramoedya tersebut memaksakan tersenyum, meski ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik hatinya. “Tante rasa, teorimu tadi tidak berlaku untuk Reswara dan Widura. Buktinya, Widura mendukung hingga sekarang. Sampai Anita tiada, Widura tetap mendampingi Reswara sebagai sahabat sekaligus orang kepercayaan yang banyak membantu. Bahkan, saat Reswara terbaring sakit dalam waktu yang terbilang lama.”

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kisah Empat Sahabat

    Laila terpaku beberapa saat, sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan tadi. Setelah mendengar cerita Marinka tentang Widura, pandangannya terhadap pria paruh baya itu jadi berubah. Jujur saja, dia terpengaruh dan mulai ragu. Walaupun, dirinya belum mendapatkan bukti yang benar-benar valid tentang semua pernyataan Marinka tadi.“Siapa, Sayang?” tanya Pramoedya lembut. Meskipun saat ini hubungannya dengan Laila belum membaik seperti biasa, tapi tak mengubah sikap manis pria itu terhadap sang istri.“Pak Widura,” jawab Laila ragu.“Angkat saja. Katakan bahwa kamu sedang bersamaku sekarang.” Raut wajah Pramoedya seketika jadi serius.Laila tak membantah. Dia langsung menggeser ikon hijau, untuk menjawab panggilan

DMCA.com Protection Status