Setelah kejatuhan Siska, Akira berpikir bahwa masalah telah selesai. Namun, ia tidak menyadari bahwa Anton Wijaya, pria yang sebelumnya bekerja sama dengan Siska untuk menghancurkan Mahendra Corporation, kini mengalihkan perhatiannya ke arah lain.Anton selalu melihat Akira sebagai wanita istimewa. Kecerdasannya, ketegasannya, dan keberaniannya dalam menghadapi berbagai konflik membuat Anton penasaran. Dia bukan hanya ingin menjatuhkan Akira, tapi juga ingin memilikinya.Dan kali ini, Anton tidak akan menggunakan cara kotor seperti Siska. Dia akan mendekati Akira dengan cara yang lebih halus—dengan rayuan berbisa dan tipu daya yang sulit diduga.Beberapa hari setelah penangkapan Siska, Akira menghadiri acara gala yang diadakan oleh asosiasi bisnis ternama di Jakarta. Acara ini mempertemukan para pengusaha besar untuk menjalin kerja sama dan memperluas jaringan bisnis.Noah tidak bisa hadir karena ada pertemuan penting dengan mitra luar negeri, jadi Akira datang sendiri sebagai perwaki
Anton Wijaya akhirnya jatuh. Dalam waktu singkat, bisnisnya runtuh, reputasinya hancur, dan dia harus menghadapi tuntutan hukum atas berbagai skandal yang terbongkar.Akira bisa bernapas lega. Untuk sementara.Namun, dia tahu permainan belum selesai.Karena orang seperti Anton tidak mungkin bergerak sendiri.Dan dugaannya benar.Seseorang yang lebih berbahaya kini mulai menunjukkan dirinya—seseorang yang selama ini bersembunyi di balik layar, menunggu momen yang tepat untuk menyerang.Satu minggu setelah skandal Anton pecah, Akira sedang bekerja di kantor saat sebuah paket misterius tiba di meja sekretarisnya.Tidak ada nama pengirim.Isinya hanya sebuah flash drive kecil.Akira merasa curiga. Tapi, sebagai seseorang yang sudah terbiasa menghadapi berbagai intrik bisnis dan politik, dia tidak panik.Dia membawa flash drive itu ke ruangan pribadinya, memasukkannya ke dalam laptop yang sudah dilengkapi sistem keamanan ketat, lalu membuka isinya.Sebuah video mulai diputar.Layar menunju
Setelah pertemuannya dengan Aleksander, Akira tahu satu hal dengan pasti—pria itu bukan hanya sekadar ancaman bisnis. Dia adalah seseorang yang memiliki kekuasa, kecerdasan, dan cara bermain yang berbeda dari musuh-musuh sebelumnya. Aleksander tidak seperti Anton Wijaya yang menggunakan trik murahan. Dia juga tidak seperti Charles Mahendra atau Roman Vasilyev yang hanya mengandalkan kekuatan dan kekerasan. Aleksander adalah seseorang yang menikmati permainan. Dan dia baru saja mengundang Akira ke dalamnya. Malam itu, setelah pulang dari pertemuan, Akira langsung menemui Noah. Saat ia masuk ke dalam kamar mereka, Noah sudah duduk di sofa, menunggunya dengan ekspresi serius. "Jadi, bagaimana pertemuan dengan Aleksander?" Akira melepas mantelnya dan duduk di sebelah suaminya. "Dia menantangku secara langsung. Dia ingin aku ikut bermain dalam permainannya." Noah menatap istrinya dengan mata tajam. "Permainan seperti apa?" Akira menghela napas. "Dia ingin menguji aku. Dia tahu aku
Akira duduk di depan laptopnya, membaca ulang pesan dari Aleksander."Aku terkesan, Akira. Kau benar-benar tahu cara bermain. Mari kita bertemu lagi."Kalimat itu terdengar seperti tantangan. Bukan hanya sekadar ajakan biasa, tetapi sebuah peringatan bahwa Aleksander belum menunjukkan kekuatan sebenarnya.Di sisi lain, Noah sedang berbicara dengan Gabriel dan tim keamanannya. Mereka tahu bahwa Aleksander bukan musuh biasa."Aku tidak suka ini," ujar Noah, suaranya dingin. "Dia terlalu percaya diri. Itu artinya dia masih punya kartu yang belum dia mainkan."Gabriel menyilangkan tangan di dadanya. "Kita bisa menyerang balik, tapi kita harus hati-hati. Aleksander tidak seperti musuh kita sebelumnya. Dia bisa menghancurkan kita tanpa harus mengotori tangannya sendiri."Akira menghela napas dan menutup laptopnya. "Aku akan menemuinya."Noah langsung menatap Akira dengan tajam. "Tidak. Itu terlalu berbahaya."Akira tersenyum tipis. "Justru karena itu, aku harus menemuinya. Jika aku tidak me
Malam semakin larut, tetapi Akira masih duduk di ruang kerja hotel, menatap layar laptop dengan ekspresi serius. Berita tentang dugaan pencucian uang yang menyeret nama Noah masih menjadi perbincangan panas di media. Meski mereka telah memberikan bantahan resmi, tekanan dari para investor tetap terasa. Noah berjalan mendekat dan meletakkan cangkir kopi di samping laptop Akira. "Kau sudah berjam-jam menatap layar itu. Kau butuh istirahat." Akira menghela napas, memijat pelipisnya. "Aku tidak bisa tenang, Noah. Aleksander tidak akan berhenti hanya dengan satu serangan. Aku harus mencari cara untuk menjatuhkannya lebih dulu." Noah menarik kursi di sebelahnya, menatap Akira dengan lembut tetapi tegas. "Kita akan melawannya bersama. Kau tidak sendirian." Akira tersenyum tipis. "Aku tahu. Dan itu yang membuatku kuat." Namun, sebelum mereka bisa berdiskusi lebih lanjut, telepon Noah berdering. "Bos, ini Gabriel," suara tegang terdengar dari seberang. "Ada masalah. Beberapa orang Aleksa
Setelah serangan balik Akira dan Noah terhadap Aleksander, keadaan sempat tenang selama beberapa hari. Namun, Akira tahu betul bahwa Aleksander bukan tipe orang yang akan diam setelah dipermalukan di hadapan dunia bisnis dan hukum.Saat ini, Akira tengah duduk di ruang kerja hotel bersama Noah dan Gabriel. Beberapa laporan tentang kehancuran bisnis Aleksander tersaji di layar laptopnya."Sejauh ini, Aleksander kehilangan hampir 40% investornya, beberapa proyek besarnya dihentikan, dan banyak perusahaan mitranya mundur," jelas Gabriel sambil menunjukkan grafik keuangan yang anjlok drastis.Noah tersenyum tipis. "Bagus. Tapi ini belum cukup untuk membuatnya menyerah."Akira mengetuk meja dengan jarinya, berpikir dalam. "Dia masih punya jaringan bisnis di luar negeri. Kita mungkin telah menekannya di dalam negeri, tapi dia bisa saja bersembunyi dan merencanakan sesuatu."Baru saja Akira menyelesaikan ucapannya, sebuah pesan masuk ke ponselnya.Pesan dari nomor tak dikenal:"Kau pikir sud
Setelah serangan balik Akira dan Noah terhadap Aleksander, keadaan sempat tenang selama beberapa hari. Namun, Akira tahu betul bahwa Volkov bukan tipe orang yang akan diam setelah dipermalukan di hadapan dunia bisnis dan hukum.Saat ini, Akira tengah duduk di ruang kerja pribadinya di perusahaan Noah, memeriksa laporan keuangan terbaru. Sejak menjadi sekretaris pribadi suaminya, Akira semakin memahami betapa luas dan kompleksnya kerajaan bisnis yang dikelola Noah.Tiba-tiba, pintu diketuk."Masuk," ujar Akira tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.Seorang pria bertubuh tegap masuk dengan ekspresi tegang. Dia adalah Daniel, kepala tim keamanan Noah."Bu Akira, kami menemukan sesuatu yang mencurigakan," katanya sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna hitam.Akira mengernyit. "Apa ini?""Kami menemukannya di dalam mobil Anda pagi ini. Seseorang menyelipkannya tanpa terdeteksi kamera pengawas."Akira membuka amplop itu dan menemukan selembar foto dirinya bersama Noah dan Arka
Setelah penangkapan Aleksander, situasi menjadi lebih tenang bagi Noah dan Akira. Mereka akhirnya bisa menikmati waktu bersama Arka tanpa gangguan. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.Di suatu tempat yang jauh dari jangkauan mereka, seorang pria misterius tengah memantau berita tentang Aleksander. Matanya tajam, penuh perhitungan."Jadi Aleksander gagal..." gumamnya sambil menyesap anggur di tangannya. "Tapi itu bukan akhir dari segalanya."Pria itu adalah Maxim, salah satu pemimpin sindikat keuangan ilegal terbesar di Rusia. Tidak hanya berbahaya dalam dunia bisnis, tetapi juga dalam dunia kriminal."Akira Putri Hermawan…" Maxim berbisik, menyebut nama wanita yang menarik perhatiannya. "Wanita yang mampu mengalahkan Aleksander. Kau jauh lebih istimewa dari yang kuduga."Seorang asistennya mendekat. "Tuan, apa rencana Anda?"Maxim menyeringai. "Aku akan mendekatinya. Dengan caraku sendiri."Beberapa hari kemudian, Akira sedang berada di kantor Noah ketika sekretarisnya, Lind
Senja menyelimuti markas utama Phoenix of Gold. Gedung kaca yang menjulang tinggi itu memantulkan warna jingga dari matahari yang perlahan tenggelam. Di dalam ruang observasi, Arka duduk diam menatap layar hologram, meninjau ulang data-data yang berhasil direbut dari Leo.Di sampingnya, Vanya membungkuk memeriksa pola-pola anomali dalam algoritma yang digunakan Leo untuk menyalin blueprint milik Hydra Star Corp.“Leo bekerja sendiri?” tanya Vanya, masih menatap layar.Arka menggeleng pelan. “Enggak. Pola enkripsinya bukan gaya Leo. Ini lebih kompleks. Lebih... khas Dragunov.”Vanya menegakkan tubuh. “Tapi Dragunov udah dihancurkan, Ka. Kita sendiri yang mengakhiri jaringan mereka.”Arka mengangguk. “Iya. Tapi sisa-sisanya masih berkeliaran. Dan aku curiga... mereka tidak pernah benar-benar hancur. Hanya bersembunyi.”Belum sempat Vanya menjawab, pintu ruang observasi terbuka cepat. Gabriel masuk dengan ekspresi tegang.“Kalian harus lihat ini.”Mereka mengikuti Gabriel menuju ruang ko
Tiga minggu telah berlalu sejak insiden pelabuhan. Dunia mulai menaruh perhatian besar pada dua sosok remaja jenius, Arka Mahendra dan Vanya Laurent. Tak hanya karena keberanian mereka melawan jaringan Black Shadow, tetapi karena simbol baru yang mereka wakili—harapan generasi masa depan.Media internasional menjuluki mereka sebagai Phoenix Twins, mengacu pada nama perusahaan keluarga Arka, Phoenix of Gold, dan kebangkitan mereka dari ancaman masa lalu. Namun, bagi Arka, popularitas bukanlah sesuatu yang ia nikmati. Ia lebih memilih duduk di ruang riset, berkutat dengan sistem keamanan, memantau jejak sisa kelompok Rio yang kini menghilang dari radar.Sementara itu, Vanya, yang mulai tinggal di markas Phoenix sebagai bagian dari program rehabilitasi dan perlindungan, tak kunjung merasa nyaman. Meskipun Arka membelanya di depan seluruh dewan direksi Phoenix, beberapa anggota senior perusahaan—terutama dari pihak investor lama Mahendra Corp—masih mencurigainya.
Pagi itu, langit kota London terlihat kelabu. Kabut menyelimuti kaca-kaca pencakar langit, seolah menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar perubahan cuaca. Di salah satu ruangan paling aman di markas Phoenix of Gold, Arka sedang bersiap untuk melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya—keluar dari perlindungan ayahnya.Ia telah meretas jalur khusus di dalam sistem bawah tanah milik Phoenix. Jalur itu dulunya hanya diketahui oleh Noah dan Gabriel, namun kini Arka telah berhasil menciptakan duplikat pintu masuk virtualnya sendiri. Ia tahu, jika ia ingin menyelamatkan Vanya dan menghentikan Rio, ia harus melangkah seorang diri.Dengan mengenakan pakaian khusus berteknologi ringan dan chip identifikasi palsu, Arka menyelinap keluar melalui lorong belakang, diiringi suara langkah robot pengawas yang nyaris tak terdengar. Ia tidak meninggalkan pesan, kecuali surat di bawah bantalnya yang bertuliskan satu kalimat,"Jangan cari aku. Aku akan kembali saat sudah bisa m
Pagi di kediaman keluarga Mahendra begitu tenang, nyaris terlalu tenang jika dibandingkan dengan malam sebelumnya. Burung-burung berkicau seperti tak tahu bahwa dunia di luar pagar besar itu tengah bersiap meledak dalam badai yang lebih besar dari sebelumnya.Di dalam ruang latihan rahasia, Arka yang kini berusia tujuh tahun, mengenakan seragam khusus dengan lambang Phoenix kecil di dadanya. Di depan layar kaca transparan, ia mempelajari ulang taktik bertahan, membaca kode sinyal, dan membedakan pola gerakan drone musuh. Noah berdiri tak jauh darinya, mengamati.“Kamu sudah makin cepat, Arka. Tapi ingat, bukan soal kecepatan. Ini tentang ketepatan dan niat.”Arka menoleh, berkeringat namun penuh semangat. “Papa, kenapa mereka mau menyakiti kita? Padahal kita tidak pernah mengganggu mereka.”Noah menarik napas. Ia tahu, anaknya terlalu cerdas untuk dibohongi, tapi juga terlalu muda untuk menanggung semua kebenaran.“Karena mereka takut. Karena kita punya sesuatu yang tidak bisa mereka
Malam itu langit Jakarta berwarna gelap pekat. Awan hitam menggulung seakan menyembunyikan badai yang akan datang. Di ruang observasi Phoenix of Gold, cahaya layar komputer menyala redup. Noah berdiri di tengah ruangan seperti bayangan diam yang sedang menyatu dengan gelap. Di hadapannya, lusinan monitor menampilkan gambar-gambar: aktivitas Black Shadow, pergerakan logistik Rio, dan pesan-pesan terenkripsi yang telah berhasil dibuka oleh sistem keamanan rahasia mereka.“Aku akan turun langsung,” gumam Noah.Akira yang berdiri di belakangnya mengernyit. “Maksudmu ke Montenegro? Noah, kamu baru saja menarik perhatian dunia. Kamu akan menjadi target utama jika kembali menyamar.”Noah memalingkan wajahnya. “Bukan menyamar. Aku akan kembali menjadi diriku yang dulu. Phantom. Hanya itu cara untuk menuntaskan semuanya.”Akira menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu masuk terlalu dalam… bagaimana caranya kamu kembali ke kami?”Noah melangkah pelan mendekati istrinya, menangkup wajahnya dengan ked
Phoenix of Gold kini menjadi sorotan dunia. Media internasional menyoroti perusahaan yang tak hanya bergerak di bidang energi hijau, tetapi juga menjadi simbol ketahanan keluarga di tengah ancaman global. Akira dan Noah menjadi pasangan fenomenal yang disegani—bukan karena kekayaan mereka, tapi karena integritas dan keberanian mereka mempertahankan nilai.Namun di balik sorotan itu, ada ketegangan yang terus menguat. Noah kini tidur hanya dua hingga tiga jam sehari. Sisanya ia habiskan untuk memperkuat keamanan digital, memperluas jaringan intelijen, dan yang paling penting: menyusun serangan balik terhadap Rio Vasilyev.Di ruang bawah tanah Phoenix of Gold—ruang yang tak diketahui siapa pun kecuali Akira dan beberapa orang kepercayaannya—Noah berdiri di hadapan layar besar yang menampilkan peta dunia.“Operasi Valkyrie akan dimulai dalam empat puluh delapan jam,” ucap Raka sambil menunjukkan serangkaian data. “Kami sudah menanam orang dalam di markas Rio di Montenegro. Namun mereka m
Pagi itu, langit Jakarta tampak kelabu, mendung menggantung berat seolah memantulkan perasaan yang memenuhi hati Akira. Ia berdiri di balkon rumahnya, menatap taman tempat anak-anak biasanya bermain. Namun hari ini, taman itu kosong. Arka sedang di kamar bersama tutor privatnya, sementara Eiden masih tidur dalam pelukan pengasuhnya.Akira baru saja menerima laporan bahwa kantor pusat Phoenix of Gold kembali diserang secara digital. Sistem keamanan mereka diretas, dan beberapa dokumen rahasia hampir bocor ke publik jika tim IT tidak sigap memblokir akses asing yang berasal dari luar negeri.“Noah, ini bukan cuma tentang bisnis lagi. Mereka sudah menjadikan Phoenix of Gold sebagai simbol. Dan kita adalah target berikutnya,” ucap Akira dengan nada serius saat Noah masuk ke balkon membawakan secangkir teh hangat untuknya.Noah meletakkan cangkir itu di meja kecil. “Aku tahu. Rio ingin menjatuhkan semua yang pernah kita bangun. Dia tak hanya menyasar bisnis kita, tapi juga keluarga kita.”
Matahari sore menyelinap di balik jendela besar kamar keluarga Noah dan Akira. Di ruang bermain yang hangat dengan karpet berbentuk awan, Eiden tertawa ceria saat Akira menyuapi potongan buah kecil ke mulutnya. Sementara itu, Arka duduk di pojok ruangan, menggambar dengan pensil warna yang ditekan kuat-kuat ke kertas.“Nooo! Itu apelku, Mama!” Arka tiba-tiba berseru, melihat potongan buah yang diberikan ke adiknya.Akira menoleh, sedikit kaget. “Sayang, kamu 'kan tadi sudah makan dua potong. Ini buat Eiden.”“Tapi aku mau sekarang juga!” Arka bangkit dan berjalan cepat, hampir mendorong Eiden yang sedang duduk di kursi bayi.“Arka!” Akira memanggil tegas. “Kamu tidak boleh dorong adikmu seperti itu.”Anak laki-laki berusia lima tahun itu memelototi adiknya. “Kenapa sih semuanya selalu tentang Eiden! Dia selalu dapat pelukan, buah, bahkan mainan baru. Aku ini anak pertama, kan?”Akira menelan ludah, hatinya perih. Ia tahu kecemburuan ini bukan muncul tiba-tiba, tapi sudah ia lihat seja
Pagi itu di rumah keluarga Noah Mahendra, suasana tampak seperti biasa—hangat, nyaman, dan penuh cinta. Namun di balik ketenangan itu, ada mata kecil yang memandang dengan diam-diam. Arka, anak pertama Noah dan Akira, berdiri di balik pintu ruang keluarga, memperhatikan sang ibu menyuapi adiknya, Eiden, sambil tertawa bahagia.“Eiden pintar banget sih… mama makin sayang sama adek,” kata Akira dengan lembut.Eiden tertawa kecil, tangan mungilnya menepuk-nepuk pipi Akira. Sementara itu, dada Arka terasa sesak. Ia tak mengerti mengapa dalam beberapa minggu terakhir, dirinya merasa seperti kehilangan tempat.Dulu, Akira selalu punya waktu untuknya. Dulu, Noah selalu mengajak Arka bermain catur atau membaca buku sebelum tidur. Tapi kini, semuanya seolah berubah. Segalanya tentang Eiden—jadwal makan, imunisasi, bahkan mainan terbaru.Arka tidak bodoh. Ia tahu adiknya masih bayi dan butuh perhatian lebih. Tapi kenapa ia merasa diabaikan?Di sekolah, Arka menjadi lebih pendiam. Gurunya bahkan