Home / Pernikahan / Istri yang Kau Khianati / Part 3 - Ambil Saja Suami Tidak Tahu Diri Itu!

Share

Part 3 - Ambil Saja Suami Tidak Tahu Diri Itu!

Author: Inthary
last update Last Updated: 2023-01-25 15:29:54

"Hilang? Cari lagi, Len. Tidak mungkin bisa hilang kan kita berdua yang ada di sini," tukas Frani panik. Ada satu pelanggan yang sangat mewanti-wanti baju mahalnya agar tidak rusak saat dicuci. Tapi sekarang malah hilang.

Leni mengobrak-abrik isi ruangan tempat penyimpanan cucian yang telah kering untuk melalui proses penyetrikaan, dengan perasaan bersalah. Dia ingat kemarin dia yang mencucinya dan Celia yang melakukan tugas akhir.

"Coba saya tanya sama Celia dulu, Bu. Soalnya kemarin kan dia yang mempacking barang," ucap Leni pada Frani. Dia berjalan meja nakas yang memiliki lima laci sebagai tempat penyimpanan barang-barang karyawan.

Leni mengeluarkan ponselnya dari dalam sana dan segera menghubungi Celia. Namun percobaan hingga tiga kali tidak ada jawaban. Leni menatap lesu pada Frani, "Tidak dijawab, Bu."

Frani memiliki firasat buruk. Kenapa disaat dia mencurigai wanita itu, timbul lagi masalah lain. Frani yakin dia juga melihat pakaian itu dicuci oleh Leni dan dia sendiri yang meminta Celia untuk mempackingnya, lalu dia pulang. Saat dia kembali, Celia telah sibuk dengan kegiatannya.

Frani mendesah berat. Dia hanya perlu mengganti harga baju tersebut jika si pemilik datang.

"Sudah tidak apa-apa, Len. Nanti kalau orangnya datang, biar saya yang bicara."

"Tapi saya merasa bersalah, Bu. Saya yang mencucinya kemarin. Harusnya saya yang bertanggungjawab. Potong saja gaji saya bulan ini, Bu. Dari pada Ibu rugi." Leni tampak gelisah. Memang baru sekali ini mereka kehilangan barang laundry, tapi Frani tidak perlu sampai harus memotong gaji karyawannya.

Dengan senyum tipis, Frani menolak usulan Leni, "Saya yang akan bertanggungjawab."

"Apa mungkin Celia mengambilnya, Bu? Baju itu kan mahal, dia bisa saja tergoda untuk memakainya."

"Kita tidak punya bukti untuk menuduh Celia."

"Tapi saya lihat dia kemarin sempat mengepaskan baju itu pada tubuhnya. Lalu saya goda dia, barulah dia mengembalikannya ke dalam keranjang kotor," jelas Leni.

Ingin sekali Frani mempercayai ucapan Leni tapi dia tidak bisa. Tanpa bukti dia tidak akan mengatakan apapun.

"Jika benar itu terjadi, saya rasa Celia akan datang untuk mengembalikannya. Kita tunggu saja dia beriktikad baik."

Leni mengangguk pelan. Tersirat kekesalan pada matanya.

***

Bencana datang. Wanita pemilik baju yang hilang itu datang untuk mengambilnya. Leni yang berada di depan, terlalu takut untuk menjawab. Dia hanya diam dan mendapat makian dari wanita yang usianya jauh di atasnya.

Frani mendatangi mereka setelah mendengar ribut-ribut di depan. Dia berlari ketika melihat wanita pemilik baju hendak memukul Leni. Dengan tameng wajahnya, Frani berhasil menghalau pukulannya.

Leni terpekik dan segera memeriksa keadaan Frani, "Ibu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, Len. Kamu pergilah ke belakang, saya yang akan bicara," ucap Frani sambil menahan perih di wajahnya. Dia perlu banyak bersabar menghadapi pelanggan yang marah.

"Tapi, Bu," tolak Leni.

Setengah memaksa Frani mengusir Leni. Begitu Leni pergi, dia menjelaskan bahwa semua salah dirinya, "Saya akan mengganti rugi baju ibu."

Wanita dengan pakaian serba mewah, terlihat dari gemerlap rumbainya, menolak penggantian uang.

"Memangnya kamu pikir saya tidak mampu beli yang baru? Heh, Bu Frani, saya sudah berlangganan di laundry ini beberapa kali tapi ini benar-benar mengecewakan saya. Ibu tahu harga baju itu lima juta, import dari Malaysia. Ibu bisa beli yang sama persis?"

Lima juta? Frani tercekat. Uang itu terlalu banyak untuknya. Jika sudah terkumpul lebih baik digunakan untuk program hamil. Ini untuk beli baju? Ingin rasanya Frani berteriak bahwa tidak semua orang bisa beli baju semahal itu.

"Maafkan saya, Bu. Saya akan bertanggungjawab. Tapi berikan saya waktu," ucap Frani.

"Tidak perlu. Cukup saya tahu saja bahwa laundry ini tidak bertanggung jawab. Saya akan sebarkan pada semua orang bahwa laundry kamu tidak bagus. Biarkan semua langganan kalian pergi."

"Tolong, Bu, jangan menyebarkan hal yang tidak baik."

Plak!!

Pukulan yang terasa menyakitkan itu membuat Frani tidak bisa lagi berkata apa-apa.

Wanita itu melengos tajam dan pergi. Aura kesalnya masih bisa terasa meskipun wajahnya tidak lagi terlihat. Frani mendesah berat, kepalanya pusing. Dia memutuskan untuk menutup laundry-nya sementara. Dia ingin mengistirahatkan kepalanya.

***

Ternyata keinginan Frani untuk beristirahat sejenak tidak bisa dilakukan karena Sarah tiba-tiba datang ke rumahnya meminta uang untuk membayar kurir.

"Ibu baru saja beli baju baru. Tapi uang ibu tidak ada yang receh. Kamu bayar dulu kurirnya. Dia menunggu di depan," ucap Sarah dengan santainya.

"Berapa, Bu?"

"Lima ratus ribu."

Oh Tuhan. Uang sebanyak itu harusnya bisa dia gunakan untuk mengganti pakaian pelanggan yang telah hilang. Tapi justru Frani harus membeli barang yang tidak berguna. Dengan rasa dongkol yang luar biasa, wanita itu berjalan keluar, mengambil paket yang belum terbayarkan. Setelah itu dia membawanya kembali masuk dan menyerahkannya pada Sarah.

Tidak cukup sampai di sana karena Sarah meminta uang lagi untuk biaya berobatnya.

"Besok Ibu harus kontrol ke rumah sakit. Sakit lambung ibu kumat. Sekalian kamu juga bayar ongkos taksinya. Tidak perlu kamu antar karena Ibu bisa pergi sendiri. Satu lagi, Frani. Jangan lupa masak ayam! Ibu bosan kalau kamu masak tempe setiap hari." Tanpa perasaan Sarah melenggang pergi setelah puas menyuruh-nyuruh.

Frani ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar. Wanita itu menekan kepalanya, membuang semua pemikiran yang menggerogotinya. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia ingin mengatakan bahwa dirinya bukanlah boneka yang harus mencukupi semua kebutuhan. Untuk apa gunanya suami, kalau pria itu hanya bisa menumpang hidup darinya.

Frani berbaring di atas tempat tidur yang tidak lagi bisa menaungi kesedihannya. Dia mencoba untuk terlelap, namun pada akhirnya terbangun.

Suara yang beberapa hari lalu pernah dia dengar, kini kembali mengusiknya. Perlahan langkahnya menyusuri lorong menuju kamar yang tidak terpakai di belakang sana. Wanita itu berjinjit, agar tidak menimbulkan suara. Satu hal yang dia lupa, dia tidak membawa benda pintar miliknya untuk dijadikan barang bukti. Emosinya terlanjur meluap dan ingin segera tersalurkan.

Sampai ketika dirinya berada di ambang pintu yang setengah terbuka, matanya menangkap pemandangan yang tidak lagi asing. Seperti dejavu, Frani memergoki suaminya sedang beradu keringat dengan wanita yang dia kenal.

"Terasa lebih menggugah, Cel. Istriku tidak lagi bisa aku andalkan dalam hal memuaskan!"

"Kalau begitu, nikahi aku, Mas. Aku akan membuat kamu lebih bahagia setiap harinya. Aku bersedia jadi istri kedua!"

Deg!

Retak sudah apa yang sudah dia jaga selama ini. Frani menggenggam tangannya sekuat tenaga. Kali ini dia tidak akan tinggal diam. Dia tidak peduli lagi dengan pernikahan yang harus dia jaga dan kehamilan yang sangat dia nantikan itu.

Dengan sentakan yang keras, Frani mendobrak pintu hingga terdengar bunyi benturan. Dua orang yang sibuk dengan kegiatannya, menoleh pada Frani. Di luar dugaan mereka tidak merasa bersalah sama sekali tapi malah menatap Frani dengan pandangan seakan mengejek.

"Oh, kamu sudah bangun? Kita baru bermain sebentar tapi kamu sudah mengganggu," tukas Gani yang tanpa perasaan menghancurkan hati istrinya.

Lidah Frani tercekat. Manik matanya berkaca-kaca.

"Jahat kamu, Mas!"

Celia menyeringai pada Frani, "Tidak ada yang salah dengan kami. Kamu saja yang tidak bisa melakukan yang terbaik untuk suami kamu. Harusnya kamu berterima kasih sama aku karena aku yang berhasil menaklukkan suami kamu dari pada wanita yang tidak baik di luar sana. Siap-siap saja berbagi suami denganku. Aku juga lelah harus main petak umpet dengan kamu. Ya kan, Mas?" Dengan manja, Celia memeluk pria yang bukan suami sahnya itu.

"Dasar wanita tidak tahu terima kasih! Ambil saja suami tidak tahu diri itu! Dan untuk kamu, Mas, ceraikan aku!"

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Cowok Inisial R
dahla cerei aja frani. lebih baik gitu.
goodnovel comment avatar
Pena Arsy
Celia bener- bener ga tau malu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri yang Kau Khianati   Part 4 - Harta Gono-gini

    "Sudahlah, kamu jangan mendramatisir suasana," ucap Sarah ketika Frani mengadukan perselingkuhan suaminya pada ibu mertuanya. Wanita itu sedang mencoba pakaian barunya dan tidak peduli dengan ucapan Frani.Frani menekan perasaannya yang kacau, "Ibu membela Mas Gani?" Harusnya dia sudah tahu itu.Dengan tajam, Sarah menatap Frani, "Gani tidak bersalah. Kamu yang bersalah karena tidak bisa memberikan anak. Bukan salah Gani kalau dia mencari wanita lain yang bisa memberikan anak. Ibu setuju kalau dia menikah lagi. Apalagi Celia wanita yang sangat cantik dan penampilannya jauh lebih sempurna daripada kamu. Ibu yakin kalau Celia bisa memberikan keturunan pada keluarga ini."Air mata yang ditahan oleh Frani akhirnya luruh juga. Wanita itu menangis, mendengar pembelaan dari Sarah, "Tidakkah ibu tahu bahwa ibu juga wanita? Apa ibu tidak peduli dengan perasaanku? Seumur hidup aku tidak pernah mendapat penghinaan semacam ini. Aku juga tidak akan pernah mengizinkan pernikahan kedua suamiku terja

    Last Updated : 2023-01-25
  • Istri yang Kau Khianati   Part 5 - Pengambilan Paksa

    "Sudah cukup, Bu. Ibu keterlaluan. Saya tidak ingin berkata kasar pada ibu. Saya permisi," ucap Frani. Dengan mata nanarnya dia kembali masuk. Sampai seburuk itu dirinya di mata orang-orang? Masalah laundry yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah perselingkuhan suaminya, membuat wanita itu tidak bisa lagi berkata-kata.***"Mana Frani?" teriak Sarah dari luar toko.Frani dan Leni keluar bersamaan dan mendapati Sarah sudah berkoar-koar memanggil menantunya."Aku di sini, Bu," jawab Frani. Matanya sembab. Dia menangis tanpa suara. "Kamu boleh bercerai dengan anak saya tapi saya akan menuntut harta gono-gini.""Harta gono-gini apa yang ibu maksud? Laundry ini adalah milikku.""Oh ya? Siapa yang bilang ini milik kamu? Kata Gani, separuh dari uang pembelian ruko ini adalah miliknya. Kamu jangan coba-coba membohongi ibu. Enak saja kamu mau keluar dari rumah ibu dan mengambil semua harta milik bersama. Serahkan sebagian uang penjualan ruko laundry ini pada Gani, dengan begitu kalian bisa be

    Last Updated : 2023-02-11
  • Istri yang Kau Khianati   Part 6 - Hidup Baru

    Frani merasa bodoh kalau harus mengemis surat-surat ruko pada Sarah. Apalagi ada Celia yang sedang mengejeknya. Dengan perubahan suasana hati, Frani mendekap dua lengannya ke depan, "Si pelakor ada di sini?""Pelakor? Berani benar kamu bicara begitu. Ibu, lihatlah wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan menantumu ini. Dia mengejekku," rengek Celia pada Sarah. Wanita itu menghampiri Sarah dan merajuk. Seringaian wajahnya terlihat memuakkan.Sarah turun tangan. Dia hendak menarik rambut Frani, tapi Frani berhasil menangkap tangan Sarah."Kamu berani melawan ibu?" bentak Sarah."Tentu kalau memang diperlukan. Aku sudah meminta baik-baik surat ruko milikku tapi ibu bersikeras untuk menjualnya silahkan! Lagi pula aku juga tidak suka tinggal dekat dengan kalian. Apalagi sama pelakor yang tidak punya malu. Aku pergi!"Celia tidak terima dikatakan pelakor. Dia berlari, memburu Frani ke depan. Frani sudah mengetahui gerakan Celia. Ketika wanita itu hampir menyentuh bahunya, Frani menghin

    Last Updated : 2023-02-21
  • Istri yang Kau Khianati   Part 7 - Tidak Mungkin Suka

    Rendi Irwansyah, pemilik pabrik sepatu 'Prima' yang masih single sampai detik ini terkenal sebagai pemimpin yang tegas. Usianya mungkin sudah mencapai tiga puluh tahun namun belum memikirkan pernikahan. Pria dengan wajah lokal, berkulit sawo matang dengan garis rahang keras, menjadi incaran banyak anak-anak bagian yang sama singlenya.Frani mengerut ketika matanya menangkap sorot ketidaksukaan Rendi. Yulia tersenyum sinis padanya karena ucapannya benar-benar terjadi. Dia yakin Frani akan mendapat teguran keras di hari pertamanya."Jangan takut!" ucap Septi dengan pengucapan tanpa suara.Frani mengangguk sekilas, tapi tetap tidak bisa sesantai itu. Dia mengikuti Rendi berjalan ke luar gedung cutting. Mereka melewati pelataran parkir dan ruang tamu terbuka yang berada di tengah-tengah gedung. Setelah berjalan cukup lama, Rendi berbelok ke lorong kanan menuju ruangannya.Frani melangkah dengan kepala tertunduk. Dia hanya melihat bagian belakang sepatu Rendi yang terlihat mengkilap. Penam

    Last Updated : 2023-02-21
  • Istri yang Kau Khianati   Part 8 - Gara-gara Rendi

    "Bapak demam?"Pertanyaan itu keluar dari mulut Frani karena ucapan atasannya benar-benar tidak masuk akal. Rendi masih memegang teguh raut wajahnya yang datar, "Kalau saya demam, saya tidak mungkin ada di sini. Saya juga sengaja menunggu kamu di jalan tadi supaya bisa bicara berdua dengan kamu."Frani tidak percaya. Hubungan apa yang mereka miliki sampai ajakan menikah itu terdengar, "Saya sudah punya suami, Pak."Rendi memang beranggapan demikian. Tapi kemarin, dia mendengar sendiri apa yang terjadi pada rumah tangga Frani. Septi dan Tanti tidak mungkin berbohong. "Saya tahu kamu dalam proses perceraian."Bola mata Frani membulat, "Bapak tahu dari mana?""Dari mana saja bukan hal yang perlu dibahas. Yang penting kita punya target yang sama untuk memiliki pasangan sebelum tahun ini berlalu. Perlu kamu tahu, saya punya list yang belum saya lakukan. Saya harus menikah tahun ini demi menyempurnakan iman saya."Frani tidak peduli dengan alasan Rendi. Baginya, ucapan Rendi bukan sesuatu

    Last Updated : 2023-02-23
  • Istri yang Kau Khianati   Part 9 - Kecurigaan Tanti

    Rendi menghampiri Frani, menarik lengannya, "Salah ya kalau saya bicara sama kamu? Saya benar-benar merindukan kamu, Frani.""Lepas, Pak!" Frani celingukan melihat sepanjang jalan karena mereka masih berada di kawasan pabrik. Takut tiba-tiba Yulia memergoki mereka dan semakin menyudutkan dirinya."Ini tidak adil untuk saya, Frani. Salah saya kalau saya berjuang untuk mendapatkan hati kamu?" Tatapan Rendi berbeda dari sebelumnya. Tidak ada wajah datar atau tajam. Yang terlihat justru wajah gelisah dan takut. Pria itu tidak mau pergi dari Frani."Salah. Apapun yang bapak lakukan salah. Saya hanya mau tenang dalam bekerja. Saya harus menghidupi diri saya, Pak. Bapak lupa kalau saya ini janda?""Biarkan saya menghidupi kamu dan semua kebutuhan kamu. Saya bersedia bekerja banting tulang demi kamu, Frani. Saya menyukai kamu," ucap Rendi penuh tekad. Sejujurnya Frani merasa tersanjung. Dia benar-benar bisa merasakan ketulusan Rendi. Tidak! Frani belum berani membuka diri."Frani, mengertil

    Last Updated : 2023-02-23
  • Istri yang Kau Khianati   Part 10 - Boleh Saya Mencium Kamu?

    Frani tidak menyangka Tanti akan sedetail itu dalam memperhatikan sesuatu. Wanita itu sekarang tidak bisa berkutik. Apa yang harus dia lakukan? Dia harus mengajukan alasan yang jelas tapi apa?"Kamu ini terlalu banyak melihat sinteron. Tadi, pak satpam meminjamkan ini. Mungkin beliau nggak tahu kalau ini punya Pak Rendi karena yang aku lihat tadi bapaknya asal ambil," jelas Frani. Dia bicara seolah apapun yang melibatkan Rendi bukan hal penting. Tanti tidak mudah percaya. Matanya masih memicing. Berbeda dengan Septi yang menganggap remeh masalah itu. Dia meminta mereka semua untuk mandi dan bersiap untuk makan malam. Rencananya mereka akan membuat mie instan pedas dan beberapa toping. Mumpung cuaca juga mendukung."Aku mandi dulu ya," ucap Frani sembari melipat payung dan memasukkannya ke dalam rumah. Dia berpikir akan menyimpan payung itu di mana karena Tanti pasti sibuk mengorek informasi lagi. Yang paling aman hanya kamar. "Nantilah tunggu kering," ujarnya lagi yang kemudian mena

    Last Updated : 2023-02-26
  • Istri yang Kau Khianati   Part 11 - Oh Tuhan

    Sepasang manik mata itu mendelik mendapat serangan yang tidak terduga. Frani bahkan harus mencengkeram ujung jas Rendi karena tidak bisa mengelak.Kepala Frani yang pusing kini dipenuhi keinginan lain. Padahal dia sangat yakin belum mempunyai perasaan apapun pada Rendi. Dia juga belum resmi bercerai. Bayang-bayang perselingkuhan Gani masih tersisa di kepalanya. Lalu kenapa dia malah menerima kecupan itu?Tubuhnya bahkan condong ke belakang karena Rendi mencoba untuk merebahkannya. Pria itu mengarahkan telapak tangannya pada tengkuk Frani. Sentuhan bibir yang membuat nyaman tidak berhenti sampai di sana. Dua orang itu telah diselimuti oleh keinginan dari dalam diri. Mungkin sudah lama tidak tersentuh makanya mereka melampiaskannya sekarang.Hingga pada akhirnya Rendi memutuskan untuk mengakhiri kecupan mereka. Kepalanya terangkat dengan muka merah yang luar biasa. Belum lagi bibir basah yang menjadi pertanda.Frani menunduk malu, kesadarannya sudah menguasai. "Maaf, Pak. Mungkin efek

    Last Updated : 2023-02-26

Latest chapter

  • Istri yang Kau Khianati   Part 61 - Melepas Masa Lalu

    "Secara nggak langsung aku memang khawatirkan keadaan kamu, Gani. Dari awal menikah kita selalu berjuang untuk membahagiakan orang tua kamu tapi mereka nggak pernah sekalipun mengerti bahwa kamu juga butuh untuk dibahagiakan. Mungkin jika sekarang aku masih menjadi istri kamu, aku nggak akan pernah tahu bagaimana rasanya hidup sebebas ini," ucap Frani lemah. Jeda sejenak kemudian dia melanjutkan, "bukan karena aku sudah memiliki Mas Rendi dan harta yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya, tapi lebih pada bersyukur karena orang-orang di sekitarku nggak pernah memaksaku untuk bekerja keras. Mereka menghargaiku meskipun statusku, ya kamu pasti tahu. Terkadang aku berfikir, mungkin benar kebahagiaan akan datang setelah kita larut dalam kesedihan. Tuhan itu adil dan aku yakin kamu juga akan mendapatkan keadilanNya."Gani merasa dirinya menjadi suami yang paling bodoh sedunia karena tidak memahami kesulitan Frani selama menikah dengannya. Pria itu menundukkan kepalanya, sebelum air matan

  • Istri yang Kau Khianati   Part 60 - Biar Aku Saja Yang Mundur

    Gani mendesis, "Nggak. Aku lihat lowongan pekerjaan ini di media sosial. Aku juga nggak tahu kalau laundry ini milik kamu, Fran."Frani tidak ingin percaya tapi memang benar dia membuka lowongan pekerjaan di media sosial. Lantas siapa yang harus disalahkan? Gani hanya berjuang untuk menghidupi hidupnya. Sementara Frani, dia juga membutuhkan karyawan baru. Untuk sementara ini, Frani tidak akan mengusik Gani."Ini camilan untuk kalian, Pak kurir yang baik," ucap Tanti sembari meletakkan beberapa bungkus makanan di meja kecil di pojok ruangan. Frani tergagap, dia buru-buru pergi dari sana sebelum Tanti mengetahui dia bertemu dengan pria lain. Apa dia perlu menceritakannya pada Rendi? Kira-kira respon apa yang akan diperlihatkan suaminya? Ya Tuhan, Frani takut sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.°°°Gani membawa helm miliknya ke meja ruang tamu, dia duduk di sana dengan perasaan tidak karuan. Lelah rasanya. Bukan pekerjaan yang melelahkan tapi bertemu dengan Frani yang membuat dia e

  • Istri yang Kau Khianati   Part 59 - Kamu Sengaja Melamar Pekerjaan Di Sini Karena Ada Aku?

    "Kalian bertengkar?" tanya Septi di ujung telepon. Dia iseng menghubungi Frani tapi malah mendengar suara tidak biasa dari sahabatnya itu."Nggak kok. Kenapa kamu telepon? Ada masalah?" elak Frani. Dia selalu bisa menyembunyikan permasalahan dalam rumah tangganya."Yakin nggak apa-apa?""Yakin, Sep.""Oke kalau begitu. Aku telepon hanya ingin tanya apa kamu ingin sesuatu?""Sesuatu?" tanya Frani bingung."Hm. Sesuatu. Siapa tahu bumil ingin makan sesuatu."Frani sedang tidak berselera makan. Sejak Rendi pergi, dia hanya diam di dalam kamarnya. Bahkan ketukan di pintu yang memintanya untuk makan malam tidak dihiraukan. "Aku nggak ingin apa-apa, Sep. Thanks ya perhatiannya," ucap Frani pelan. "Ya sudah kalau begitu. Aku tutup dulu teleponnya. Kalau kamu butuh apa-apa bicara saja padaku. Kalau aku bisa, aku pasti belikan.""Iya. Selamat malam.""Malam."Frani menghembuskan napas dengan gelisah. Dia merindukan Rendi. Padahal baru beberapa jam mereka berpisah. Hanya saja rasa rindu itu t

  • Istri yang Kau Khianati   Part 58 - Masalah Sepele Begini Kamu Besar-besarkan?

    "Tanti? Kenapa sendirian?" tanya Rendi bingung. Dia tidak sengaja melihat Tanti yang terduduk di depan ruko dengan mata sembab. Wanita itu mendongak begitu melihat Rendi."Nggak apa-apa, Pak. Kalau bapak cari Frani, dia sudah pulang dari tadi," elak Tanti sembari mengusap air matanya yang masih mengalir pelan. Dia meyakinkan Rendi bahwa dirinya baik-baik saja."Terjadi sesuatu? Saya dengar Rio menikah dengan salah satu staff kantor. Apa itu benar?" Tanti mengangguk lemas, "Dia bahkan nggak memberi saya kabar berbulan-bulan lamanya, Pak. Saya datang ke rumahnya juga nggak diterima baik oleh orangtuanya. Alasannya Rio pergi ke luar kota karena ada pekerjaan di sana. Saya mencoba percaya. Saya nggak pernah berpikir bahwa dia menjauh dari saya. Ketika saya datang untuk kesekian kalinya demi memberimu kabar tentang keguguran saya, saya melihat Rio pergi dengan wanita lain. Maafkan saya, Pak, kalau saya tiba-tiba bicara melantur. Saya permisi dulu."Rendi merasa ada sesuatu yang salah kala

  • Istri yang Kau Khianati   Part 57 - Launching Gimana Sih Mas!

    "Tan," panggil Frani pelan.Tanti menunduk sedih, "Aku masih bisa mempertahankan kehamilanku, Fran. Aku yakin kalau bayiku masih ada."Rendi menyingkir dari sana karena beranggapan bahwa dia tidak memiliki kuasa untuk mendengarkan mereka. Mereka memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan masalah mereka. Frani bangkit untuk duduk di sisi kanan Tanti. Dia menggenggam jemari Tanti, membiarkan Tanti mengerti apa yang dia khawatirkan. "Kata dokter gimana?"Begitu mendengar nama dokter disebut, air mata Tanti meluruh. Dia tidak yakin apakah dia sanggup menceritakan semuanya pada Frani. Beberapa jam lalu menjadi waktu yang paling menakutkan untuknya. Dia yang berharap semuanya akan indah harus merelakan bayinya pergi."Bayinya nggak bisa diselamatkan dan dia harus dikuret segera kalau nggak ingin ada bekas di dalam sana," seloroh Septi yang tidak sabar menunggu Tanti bicara."Kita harus lakukan prosedur itu, Tan," ucap Frani. Dia mempererat pelukan tangannya, "aku temani. Septi juga. Kita ha

  • Istri yang Kau Khianati   Part 56 - Keguguran?

    "Kamu kenapa, Fran?" tanya Tanti cemas. Sejak berangkat ke pusat perbelanjaan, raut wajah Frani tidak sesantai itu. Ada sesuatu yang dipikirkan melihat bagaimana wanita itu menghela napas selama mereka sibuk memilih pakaian. Frani berusaha tersenyum, sungguh. Namun yang terlihat hanyalah seulas senyum tipis yang tidak berarti apa-apa. "Aku nggak apa-apa."Tanti meminta Frani untuk duduk lebih dulu di area sofa bundar yang digunakan untuk menjajal sepatu atau sandal di toko tersebut. Mereka sudah membeli banyak pakaian meskipun Tanti sudah menolaknya. Berbeda dengan Septi yang tidak bisa menjauhkan pandangan matanya dari barang-barang mahal itu.Tanti ikut duduk di samping Frani, lalu pertanyaan itu kembali muncul. "Ada apa? Kamu bertengkar dengan Pak Rendi gara-gara kami?"Frani agak terkejut karena Tanti sangat peka dengan keadaan. Kepalanya memberikan tanda penolakan. "Nggak. Siapa yang bilang? Kalau aku bertengkar mana mungkin aku bisa menemani kalian di sini?""Maaf ya kalau kami

  • Istri yang Kau Khianati   Part 55 - Gunakanlah Kalau Kamu Perlu

    Suasana di pemukiman yang padat penduduk itu berubah lebih ricuh dari biasanya. Para tetangga sibuk menimba air berusaha sekuat tenaga agar api tidak menyebar hingga rumah mereka. Mobil pemadam kebakaran sedang dalam perjalanan, begitu kendaraan merah itu datang, bunyi sirine benar-benar memekakkan telinga.Frani ingin beranjak dari tempatnya sekarang, tapi Rendi mewanti-wanti dirinya agar tetap di dalam mobil sementara suaminya sibuk menyelematkan teman-temannya. Jari-jari gemetar Frani saling bertautan, menunggu instruksi dari si pemilik untuk segera melakukan sesuatu. Arah pandang Frani tertuju pada gang. Jarak parkir mobilnya lumayan jauh dari sana, jadi dia kesulitan menerka. Hanya saja gang itu kini sudah beralih fungsi menjadi tempat tontonan warga. Jika saja gang tersebut tidak lebih besar dari mobil yang sedang dia tempati saat ini, pasti pemadam kebakaran akan kesulitan menangani situasi.Kalimat-kalimat doa yang tidak pernah putus diucapkan oleh wanita itu berbuah manis. S

  • Istri yang Kau Khianati   Part 54 - Septi dan Tanti, Mas!

    Irwan mendengus, setiap kali istrinya mengadu pasti pada akhirnya ucapannya melantur kemana-mana. "Mama nggak berpikir kalau mama akhir-akhir sering plin-plan? Sebentar-sebentar baik pada Frani, menerimanya dengan lapang dada seolah Frani memang berhasil menjadi menantu yang baik. Beberapa hari kemudian berubah menjadi mertua yang jahat yang ingin mengusir menantunya. Lalu jadi baik lagi, belum juga beberapa bulan sudah kembali jahat. Memangnya kalau mama minta Rendi menceraikan Frani, anak kita akan terima? Apa mama nggak pernah berpikir kalau anak mereka nanti yang juga cucu kita, akan jadi bahan bully karena punya orangtua broken home? Apa mama nggak kasihan?"Hati Fitri tertohok begitu mendengar ucapan suaminya. "Tapi mama nggak bisa kalau harus berurusan dengan masa lalu Frani, Pa. Mama benci pada mantan mertuanya itu. Heran kenapa dia harus muncul di sana? Apa jangan-jangan dia membuntuti kita?"Irwan harus mulai menggunakan rayuannya agar Fitri mau berusaha lebih keras lagi unt

  • Istri yang Kau Khianati   Part 53 - Lebih Baik Mereka Bercerai Setelah Frani Melahirkan

    Suasana di kantor satpam tidak jauh berbeda. Mereka bukan bertikai secara fisik tapi dengan bibir. Adu mulut yang tidak lagi sekedar menyumpahi secara halus terdengar di sana-sini. Frani terkejut karena Fitri ternyata bisa menyumpahi orang. Dia pikir orang yang memiliki status tinggi tidak akan pernah mengutarakan hal buruk pada sembarang orang. Frani mungkin lupa bahwa dia pernah jadi bahan makian Fitri waktu itu. Kalau Sarah tidak perlu diragukan lagi. Dia lebih bisa menyalurkan emosinya dengan mulut ketimbang perbuatan. Makanya Frani tidak heran sama sekali. Justru yang heran dan tidak bisa berkata apa-apa adalah Rendi. Rendi datang karena Frani menelponnya. Frani tidak bisa mengatasi mereka sendiri. Supir mereka hanya bisa mengambil jalur tengah dengan mengorbankan tubuhnya untuk jadi kambing hitam, tapi yang namanya para wanita sedang menyalurkan bakat terpendam tidak akan mudah dialihkan. Ada-ada saja cara agar keduanya bisa saling menarik rambut lawan.Rendi mendekati mamanya,

DMCA.com Protection Status