Share

Bab 75 Ayahnya di mana?

Penulis: D Lista
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Astaga Mas Sakha, Ana! Kalian benar-benar keterlaluan menghianati Mbak Rahma."

Arga memilih diam terlebih dahulu. Ia ingin menyelidiki kebenarannya. Baru sekali ini ia memergoki kakaknya mendekati Ana. Meskipun di dalam Ana pasti bersama Aira, kakaknya tidak pantas masuk kamar itu.

"Apa yang mereka berdua lakukan di kamar? Jangan-jangan mereka? Aargh, Mas Sakha kurang aj*r," umpat Arga dalam hati.

Arga juga sebisa mungkin menutupi masalah ini dari Rahma supaya kakak iparnya tidak terpuruk kembali jika tahu yang sebenarnya.

Menjelang makan malam, Ana mengikuti ajakan Rahma untuk makan di meja bersama keluarga besar Sakha. Ia sudah menidurkan dulu Aira sambil minum susu dari dot.

"Mbak, saya makan di kamar aja ya. Nggak enak nih kalau makan bareng." Ana mencoba tawar menawar dengan Rahma. Namun wanita itu tetap kekeh mengenalkan Ana pada keluarga Sakha.

"Ayo, santai saja! Papa dan mama orangnya ramah, kok."

"Malam om, tante." Ana mencoba menyapa dengan kerendahan hatinya. Ia mera
D Lista

Jangan lupa tinggalkan jejak love dan komentar ya. makasih.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 76 Baik Hati

    Bab 76Keesokan harinya Ana sudah mulai bekerja membantu Rahma. Ia sudah selesai menyuapi Aira dan memberi minum susu. Setelah itu, Aira digendong sebentar sudah pulas dan ditidurkan di kasur kecil yang sibawa di ruang keluarga. Di sana sudah ada Gita yang menunggu sambil menonton televisi. Ana mengulas senyum melihat respon baik dan ramah yang ditunjukkan tuan rumah ini. Berbeda dengan ART dan satpam yang kurang menyukai dirinya, Ana tetap berlaku sopan pada mereka. Teringat percakapan semalam, Ana bersyukur tidak dicecar lebih jauh tentang ayah Aira. Ana menjawab kalau ayah Aira bekerja di ibukota dan ia sedang mencarinya. Tidak ada lagi pembicaraan mengenai masalah itu, makan malam pun berlangsung lancar. "Bu, nanti kalau Ai bangun, saya ada di sebelah ya," ucap Ana meminta izin meninggalkan Aira. "Tenang saja, nanti saya panggil kamu, Na. Di sini ada bibi juga yang bisa jagain Aira. Iya kan, Bi?" "Eh, hmm, iya Nyonya." Bibi hanya ngedumel sendiri sambil menatap sinis ke arah

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 77 Mobil Itu

    Bab 77"Ini kurang ke sini, proporsi kalimat dan gambar disesuaikan. Warnanya juga dibuat kontras agar lebih menarik. Masak kayak gini aja kamu nggak paham. Anak TK aja tahu warna apa aja yang menarik." Ana mendecis kesal Sakha membandingkannya dengan anak TK. Sepertinya laki-laki itu sengaja membuat dirinya tidak betah bekerja di sini. "Iya, Mas. Nanti saya otak-atik lagi. Terima kasih," ucap Ana penuh penekanan. Sakha hanya mengulas senyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Ana kesal. "Benar kan, Mas? Ana pasti bisa kerja dengan baik." "Iya, Sayang. Semoga kerjaanmu semakin ringan dibantu Ana. Aku berangkat dulu ya!Sakha mengecup kembali kening Rahma membuat ana memalingkan muka ke arah layar komputer. "Ishh, bukannya kasih apresiasi biar aku semangat malah meremehkan aku lebih jelek dari anak TK." "Na, kamu kenapa menggerutu begitu?" "Eh enggak, Mbak. Aku berusaha mengkombinasikan warna nih." "Sudah, jangan dimasukkan hati ucapan Mas Sakha. Dia itu baik hati kok. Cuma

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 78 Belanja

    Bab 78Ana selesai mandi telah berganti dengan pakaian santai dan sopan. Ia hendak keluar menggantikan Gita momong Aira. Baru beberapa langkah kaki menginjak ruang tamu, ada Sakha yang berjalan bergandengan dengan Rahma. Ana segera menghentikan langkahnya dan menundukkan pandangan. "Aku buatin minum dulu ya, Sayang." Rahma melepaskan tangannya yang mengamit mesra lengan Sakha. Ia lalu mendekati Ana supaya menemani mamanya di depan. "Aira sama mama dan papa di teras, Na." "Iya, Mbak." Rahma berlalu, menyisakan Sakha dan Ana yang saling bersitatap dalam keheningan. Ana melangkah kembali dan menundukkan kepala di depan Sakha. "Bagaimana kerjaanmu hari ini?" tanya Sakha dengan suara datar. "Lancar, Mas." "Syukurlah. Aira gimana?" Ana terkesiap. Ia tidak menyangka Sakha akan menanyakan kabar anaknya. "Baik, Mas. Hari ini tidak rewel." "Kalau sudah sehat betul, sebaiknya kalian kembali ke rumah." Mendengar ucapan Sakha dengan wajahnya yang serius membuat Ana harus menelan ludahnya

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 79 Terungkap

    Bab 79"Nanti malam antar aku belanja bulanan bisa, Mas?" Sakha menyeruput minuman hangat yang membuat tenggorokannya lega. "Tentu, Sayang. Tapi ada imbalannya," celetuk Sakha dengan kerlingan mata kanannya. "Apa?" tanya Rahma penasaran. "Aargh! Mas Sakha!" "Kasih imbalannya dulu ya." Sakha sudah membuat istrinya seolah terbang ke awan. Sentuhan penuh cinta menemani keduanya meneguk nikmatnya dunia. "Mas mandi dulu!" protes Rahma. Namun laki-laki itu tidak mengindahkan omongannya. "Habis ini pasti mandi." Gelak tawa keluar dari mulut Sakha yang melihat istrinya kesal dan mengerucutkan bibir. Tidak ada penolakan hingga akhirnya keduanya larut dalam aktivitas yang menjadi candu. Sakha memberikan sebuah kecupan di kening istrinya sebagai tanda kasih sayangnya yang mendalam. Malam tiba, sehabis salat Isya Rahma sudah bersiap dengan gamis marun kesukaannya dipadukan jilbab floral. Sementara itu Ana juga mengenakan dress lengan panjang selutut. Rambutnya sebahu dibiarkan tergerai.

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 80 Bertemu Empat Mata

    Bab 80Kepalan tangan Sakha menonjok meja hingga mengeluarkan darah segar. "Mas Sakha!"pekik Ana ngilu. "Lalu gimana kondisi Ratih, Na?' Mendapat pertanyaan itu, Ana hanya bergeming. Pikirannya terbang mengingat keadaan menyedihkan kakaknya. Tak terasa air mata luruh membasahi pipinya. Ia menangis tersedu hingga membuat Sakha kebingungan. Sakha jelas tidak tahu apa-apa, karena mengira Ratih sudah bahagia dengan laki-laki lain. "Tenanglah, Na. Ceritakan padaku, apa yang terjadi dengan kakakmu?' Menunggu beberapa menit, Ana kembali tenang setelah minum segelas air yang disodorkan Sakha. “Mbak Ratih depresi, Mas. Dia sempat dirawat di rumah sakit, tapi aku nggak punya biaya cukup. Aku berusaha mengumpulkan biaya supaya Mbak Ratih bisa dirawat rutin. Surat keterangan tidak mampu bisa kami pakai tapi pengobatannya tidak bisa rutin. Sekarang kondisinya hanya suka meracau nggak jelas. Mbak Ratih selalu bilang minta maaf karena telah menyakiti. Entah siapa yang disakiti.” Kini gantian S

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 81 Ternyata

    Bab 81“Arga! Kenapa kamu bisa ada di sini?”tanya Ana gugup. Ia takut Arga melihat dirinya bersama Sakha. “Kebetulan tadi lewat trus lihat kamu jalan kaki. Ayo naik, aku antar.” “Tidak usah, terima kasih, Ga.” Ana mencoba menolak. Ia ingin segera menghindar dari laki-laki yang pernah mencurigainya itu. “AKu tidak terima penolakan. Buruan naik, atau perlu aku gendong?” Ancaman Arga berhasil juga. Dengan berdecak kesal, Ana terpaksa menuruti pintanya. Arga melajukan motornya bukan ke arah kontrakan Ana, tetapi justru masuk ke sebuah restoran besar. Ana heran tetapi tidak bisa menghentikan Arga yang seenak jidat memaksanya. “Ga, kita mau kemana?” tanya Ana heran seraya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru restoran. Baru kali ini, Ana mengunjungi restoran tergolong mewah ini. Ia mengekori saja Langkah Arga. Laki—laki itu memesan ruang VIP membuat nyali Ana semakin menciut. “Nggak usah taku, ayo masuk!’ “Tapi, Ga.” Ana ragu melangkah masuk ke sebuah ruangan kosong dengan pintu b

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 82 Lebih Sakit

    “Apa katamu?! Jadi benar Aira anak Mas Sakha?” “Ya, Aira anak Mas Sakha.” Ana beranjak dari duduknya dan berniat pergi meninggalkan Arga yang masih mematung di tempat. Aura kemarahan jelas terlukis di wajah laki-laki itu. Pun tangannya turut terkepal di atas meja. "Tunggu!" teriak Arga. Laki-laki itu geram hingga tangannya meraih kasar lengan Ana. "Aargh, sakit Ga!" pekik Ana yang lengannya sudah dicengkeram erat oleh tangan Arga. "Lebih sakit mana, ini dengan yang akan dirasakan Mbak Rahma kalau suaminya bersama wanita lain?!" terang Arga dengan tatapan tajam hingga terasa menusuk jantung Ana. Rembesan titik bening pun mulai mengumpul di pelupuk mata. "Siapa sebenarnya di sini yang sakit? Mbak Rahma? Bagaimana dengan Mbak Ratih?" Dada Ana meletup-letup ingin meneriakkan kalimat yang hanya tertahan dihati. Ia tidak ingin menjadikan kakaknya yang depresi sebagai kambing hitam. Biarlah yang diketahui Arga dirinya yang ingin mendekati Sakha. "Aira butuh ayah, bukan? Jangan dekati M

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 83 Sindiran

    "Mbok Darmi mana, Mbak?" Ana melongok ke pintu kamarnya tetapi tertutup. "Kamu mau masuk? Ini kuncinya dititipin aku. Mbok Darmi mulai jualan keliling sejak kamu dan Aira tinggal di rumah orang kaya itu." "Astaghfirullah, Mbak. Mbok Darmi jualan keliling lagi." Aira yang sempat beranjak kini terduduk kembali dengan kedua tangan meraup wajah. Tak lama kemudian terdengar isakan hingga membuat Rita terkejut. "Kamu kenapa, Na?" Ana tak menjawab justru semakin tergugu. Dadanya sesak, bukan hanya karena kasian dengan wanita tua yang dianggapnya sebagai keluarga seolah neneknya sendiri. Akan tetapi, Ana sedih karena hanya dengan Mbok Darmi ia bisa berkeluh kesah. Ia biasa mendapat pelukan dari wanita itu disaat kondisi terpuruk seperti saat ini. Rita duduk di samping Ana sambil mengusap punggungnya. "Apa kamu ada masalah? Aku siap mendengarkan, Na. Atau kamu butuh bantuan apa saja, aku juga siap bantu." Ana membuka kedua tangannya yang menutupi wajah. Reflek ia menghambur ke pelukan R

Bab terbaru

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 137 Ending

    Bab 137 EndingSakha sudah seperti buka puasa. Sekian purnama tidak menyentuh istrinya, kerinduan pun berada di puncaknya. "Wajah Mas masih sakit, ini. Aku obatin, ya?""Nggak perlu, Rahma. Aku butuh obat rindu.""Mas!"Rahma sudah tidak bisa mengelak, ia pun merasakan rindu yang menggebu. Keduanya melewati malam panjang ditemani rembulan yang sinarnya menyusup dari celah gorden. Sentuhan lembut Sakha menyapa Rahma membuat hati wanita itu mengembang. Seulas senyum terukir di bibir merahnya."Tenang, Nak, Abi mau mengunjungimu."Sakha memperlakukan istrinya dengan lembut walau di dalam sana sudah menahan gair*h yang memuncak. Ia tidak ingin membuat trauma istrinya yang sedang hamil besar.Satu jam berbagi peluh membuat keduanya kelelahan. Sakha memberikan kecupan hangat di kening Rahma. Hingga wanita itu memejamkan mata menikmati ketulusan suaminya."Terima kasih, Sayang.""Terima kasih juga, Mas."Waktu kian berlalu, detik tergerus oleh menit hingga menit berganti menjadi jam. Purnama

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 136 Rindu

    Bab 136 Rindu "Percuma, Arga. Kakakmu dari dulu sudah begitu," imbuh Pak Ardi ketus."Ya Allah, Pa, Arga. Ini salah paham," lirih Sakha yang merasakan tubuhnya sudah lunglai."Apa?! Astaghfirullah, ini pasti salah paham.""Pa, Arga, tunggu!" teriakan Sakha tidak digubris dua lelaki beda generasi itu. Pak Ardi dan Arga sudah masuk mobil meninggalkan kediaman untuk menemui Rahma yang terbaring di rumah sakit."Astaga, Mas Sakha kenapa?" Dari dalam rumah keluar satpam yang sedari tadi dicari Sakha."Bapak kemana saja? Muka saya sudah babak belur kayak maling, nih," dengkus Sakha sambil menahan nyeri akbitan tamparan papanya dan juga pukulan Sakha."Ayo, Pak. Kita ke dalam dulu. Bi, Bibi. Tolong ambilkan air kompres untuk Pak Sakha!" "Hah, Mas Sakha kenapa?""Jangan banyak omong, cepat ambilkan."Bibi ART pun mengangguk. Gegas ia ke dapur mengambil air kompres."Maaf, Mas. Tadi saya membereskan kamar Mbak Rahma sama bibi." Satpam mengucap dengan sedikit takut membuat Sakha penasaran."Me

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 135 Pulang

    Bab 135 PulangPenerbangan Padang-Jakarta akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sakha memang sengaja belum mengabari orang rumah tepat hari apa pulangnya. Ia harus menyiapkan keperluan Cantika dan neneknya di rumah sakit ternama di Jakarta. Setelahnya, Toni yang akan menemani Cantika untuk proses operasi mata neneknya."Pak Toni tolong Cantika ditemani sampai keperluannya tidak kurang satupun," ucao Sakha sambil menyenderkan punggung di sofa tunggu bandara. Mereka masih menunggu bagasi."Siap, Pak. Oya, Pak Sakha yakin tidak perlu ditemani pulang sampau rumah terlebih dulu?" tanya Toni basa-basi."Ckkk, bukankah Pak Toni senang langsung bisa menemani Cantika?" Sakha justru balik bertanya membuat Toni terkesiap."Nanti kalau Cantika bingung di kota ini, Pak Toni yang repot, kan? Gadis itu nggak ada duanya,"ucap Sakha terkekeh."Dia gadis yang pintar, Pak. Nggak mungkin nyasar di kota ini," balas Toni sambil tersenyum."Pak Toni nggak takut Cantika nyasar, tapi takut dia k

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 134 Tuntas

    Bab 134 Tuntas"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Sakha."Seorang pimpinan petugas kepolisian menjabat tangan serta mengucap terima kasih pada Sakha di ruang kerjanya. Sebab Sakha telah membantu petugas kepolisian untuk menegakkan keadilan. Tuntas sudah tugas Sakha di kota ini."Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak. Saya harus menemui warga untuk m3nyampaikan hak-haknya,"ucap Sakha yang diangguki petugas. Sakha kembali menaiki mobilnya yang disopiri Toni menuju kediaman Pak Cokro. Di rumah orang terhormat di kampungnya itu telah berkumpul banyak warga. Ada juga karyawan Sakha yang sudah lebih dulu sampai di sana. Sementara itu, Cantika absen karena harus menemani neneknya melakukan diagnosis oleh dokter di rumah sakit."Kita sudah sampai, Pak." Toni menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Ia tahu betul Sakha dangat kelelahan beberapa hari terakhir. Sebab anak bosnya itu kejar target melumpuhkan musuh ayahnya. Beruntung Cantika bisa diajak kerja sama, pun Pak Cokro dengan senang hati mem

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 133 Tertangkap Tangan

    Bab 133 Tertangkap TanganSenja menampakkan warna jingga yang indah di cakrawala. Cantika segera pulang ke rumahnya karena sang nenek pasti lama menunggu. Seharusnya, ia pulang siang hari, tetapi demi membantu pihak keamanan untuk menggrebek Robert, kepulangannya molor."Nek, nek." Cantika mendapati neneknya tiduran di kamar. Gadis itu mendekat lalu mengusap lembut wajah sang nenek. Setitik bulir bening menetes membasahi pipi mulusnya. wanita ini telah merawatnya sejak kecil. Cantika yatim piatu, entah di mana orang tuanya kini iapun tidak tahu. Kata Sang nenek orang tuanya telah meninggal. Tapi sunggu misterius baginya."Ika. Kamu sudah pulang?""Iya, Nek. Ika mau siapin baju buat kita ke rumah sakit. Nenek akan diobati dokter di sana biar bisa melihat lagi."Ucapan Cantika tersendat karena isakan kecil menyusul."Bukannya tadi siang kamu sudah pulang?""Hah, enggak. Ika barusan pulang dari bekerja."Cantika sedikit heran, apa ada yang datang ke rumah. Kenapa neneknya merasa ia sudah

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 132 Mencuri Barang

    Bab 132 Mencuri barangSakha merencanakan strategi untuk menangkap Robert beserta anak buahnya. Dia telah mengumpulkan bukti-bukti dibantu oleh Pak Cokro dan Cantika. Bekerja sama dengan pihak berwajib, Sakha ingin pekerjaan di proyek pembangunan jalan tol berjalan lancar. Ia ingin segera pulang sebelum istrinya melahirkan. Janji di awal hanya pergi satu dua bulan. Hingga kini kehamilan Rahma terhitung masuk trimester tiga.Semalam ia menelpon istrinya."Sayang, maafkan aku baru sempat menelpon. Pekerjaan di sini sungguh menyita waktu. Sinyal juga susah karena lokasi di tengah hutan.""Ia Mas. Aku tahu, yang penting kamu sehat dan baik-baik saja di sana. Aku percaya Mas melakukan kerja keras di sana. Ada Pak Toni yang menemani, aku pun lega.""Iya, Sayang. Selesai proyek di sini, aku segera kembali ke Jakarta. Doakan tidak sampai melewatkan kelahiran anak kita, ya.""Iya, Mas.""Jam segini kok belum tidur, Sayang?""Hmm, akhir-akhir ini aku susah tidur, Mas. Nggak tahu, pikiran selalu

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 131 Tipuan

    Bab 131 TipuanHari berganti hari hingga menjadi minggu, Cantika berperan dengan tipuannya sebagai wanita penggoda Sakha. Dia bersikap manja saat bersama laki-laki itu. Sesekali meluncurkan rayuan saat di depan Robert. Toni sampai harus menahan diri untuk tidak tertawa saat melihat aksi mesra keduanya. Akting Sakha dan Cantika layak diberi apresiasi seperti bintang sinetron"Gimana, Sayang. Kita ambil saja proyek dengan Pak Robert. Track recordnya sudah tidak diragukan lagi. Bagi hasil keuntungannya juga besar. Ayolah, nanti setelah proyek selesai, kita bisa liburan ke pulau yang indah berdua," ungkap Cantika dengan gaya centilnya.Robert yang melihat dari balik meja kerjanya tersenyum menyeringai. Dia memang memerintahkan Cantika untuk merayu Sakha supaya bisa diajak kerja sama. Dengan nama perusahan Sakha, kerja ilegal Robert bisa disamarkan."Baiklah, saya perlu membaca surat kerjasamanya terlebih dulu Pak Robert. Paling lama tiga hari, saya akan memberi kabar hasilnya.""Jangan lam

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 130 Sepakat

    Bab 130 SepakatSetengah jam, Sakha dan Toni duduk di luar kamar yang dimasuki Cantika dan wanita yang sudah renta tadi. "Pak, gimana? Kenapa gadis itu belum keluar juga?"Sakha hanya mengedikkan bahu. Ia lalu beranjak dari duduk dan mendekati kamar. Berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit terbuka. Tampak di sana Cantika sedang membenarkan posisi yang nyaman untuk wanita tua tadi."Nek, istirahat saja. Ika baik-baik saja, kok.""Jadi gadis itu biasa dipanggil Ika. Pantas tidak ada yang kenal Cantika."Sakha mengembuskan napasnya kasar. Ia baru sadar kalau Cantika bekerja untuk menghidupi wanita tua yang pantas jadi neneknya itu.Beberapa menit kemudian, Cantika sudah turun dari ranjang dan berniat keluar. Sakha segera kembali ke kursi duduk bersama Toni."Gimana, Pak?" tanya Toni penasaran.Sakha hanya memajukan dagu ke arah pintu kamar di mana Cantika keluar dari sana."Kenapa kalian masih ada di sini? Sana pergi, jangan ganggu aku!"Cantika melenggang masuk ke sebuah ruangan ke

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 129B Ancaman

    Bab 129B Ancaman"Berhenti! Atau kalian babak belur keluar dari sini.""Ups, sial. Gadis ini kuat juga, Bos.""Awas!" pekik Sakha saat bogeman Cantika mengenai Rahang kiri Toni.Tidak keras tetapi mampu membuat nyeri di pipi Toni."Astaga, perempuan ini ganas sekali."Sakha jengkel sekaligus menahan tawa. Bisa-bisanya ia dan Toni dikalahkan perempuan."Oke,oke. Kami mundur. Sekarang katakan. Apa tujuanmu berbuat licik padaku, hah?"Sakha mencoba bernegosiasi. Ia tidak ingin salah melangkah dan akhirnya usahanya membela hak warga gagal."Aku jelas butuh uang. Jadi kalian pergi saja. Karena kedatangan kalian ke sini hanya akan membuat masalah bagiku.""Oke, berapa uang yang kamu butuhkan? Aku bisa mencukupi lebih banyak dari yang diberikan Robert. Kamu tahu dia bukan siapa-siapa. Dia mantan napi karena sudah menipu ayahku. Sekarang katakan butuh uang berapa kamu? 100juta, 200juta, setengah milyar?"Cantika terkesiap mendengar uang yang besarnya menggoda."Pak. Jangan gila! Pak Ardi tidak

DMCA.com Protection Status