Share

Bab 69 Kantin

Penulis: D Lista
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Eh, Aira sepertinya mau digendong sama kamu, Mas." Rahma menyerahkan Aira ke Sakha yang berdiri mematung.

"Sayang, aku nggak bisa gendong bayi. Kamu saja!" elak Sakha. Dia memang belum pernah menggendong bayi. Bahkan ada rasa takut nanti kalau tiba-tiba menangis dan meronta-ronta.

"Coba dulu, Mas. Gimana besok kalau punya bayi sendiri. Ayo latihan dulu!" Rahma menyunggingkan senyum. Ia memaksa suaminya duduk di sofa dekat pintu. Lalu ia membawa Aira sambil menggeret tiang infus mendekat.

"Gimana?" tanya Sakha gugup. Sejujurnya ia gugup karena Ana mengatakan Aira adalah anaknya. Ia takut ekspresinya ketahuan oleh Rahma. Tadi saja Arga sudah mencurigainya.

"Gini aja, dipangku sambil diajak ngomong atau dicium juga boleh." Tidak dipungkiri Sakha melihat binar di wajah Rahma. Depresi yang pernah dirasakan istrinya seolah lenyap dan sembuh hanya karena ada Aira. Mungkin mereka harus memprogram anak kembali meski saran dokter harus menunggu satu tahun dari keguguran sebelumnya.

"Alhamd
D Lista

Jangan lupa tinggalkan jejak love dan komennya ya. tetap semangat. makasih sudah baca ceritaku.

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 70 Bingung

    "Apa kamu sudah mengenal Mas Sakha sebelumnya, Na?" Uhuk, uhuk. Ana mengibas-ngibaskan tangannya berharap Arga paham maksudnya kalau ia tidak mengenal Sakha. Ia tidak mau kecurigaan Arga berujung kemarahan yang ditujukan padanya. "Minum dulu! Maaf membuatmu tersedak." Arga memandang heran wajah Ana yang gusar. "Lagian kamu gimana sih Mas tanyanya begitu. Jelas aku baru ketemu Mas Sakha sekarang." "Iya, maaf. Aku kira kamu sudah kenal duluan. Mas Sakha tuh punya masa lalu yang rumit." Ana terkesiap mendengarnya. Seketika jantungnya berdebar kencang. Ia menganggap Arga sudah mulai menebak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Ia harus bisa menghindari kecurigaan Arga. "Rumit gimana?" Ana mencoba mengorek informasi dari Arga dengan wajah polos seolah tidak tahu apa-apa. "Dia pernah terluka karena diputusin wanita. Katanya wanita itu mencintai laki-laki lain. Padahal Mas Sakha tulus banget sama wanita itu. Bahkan dia sudah menikah siri tanpa kehadiran keluarga kami. Lalu papa dan ma

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 71 Jodoh

    "Jadi, kamu fokus kerja dengan Mabk Rahma. Nanti biar aku atau Mas Sakha bantu cari ayah Aira." "Hah, nggak usah, Mas. Biarkan saja takdir yang akan mempertemukan mereka. Yang penting aku mau fokus menjadi reseller hebat dan sukses seperti Mbak Rahma." "Baguslah. Super mom," ucap Arga sambil mengangkat dua jempolnya. Ana tergelak melihat tingkah lucu Arga. Sejenak ia terhibur oleh ulah laki-laki yang mengenakan kaos kasual itu. Mereka tertawa bersama lalu kembali ke ruang rawat Aira dengan tak lupa membawa bungkusan makan untuk Rahma dan Sakha."Eh, kalian sudah selesai makan?" tanya Rahma yang melihat Ana dan iparnya masuk bareng. Rahma baru saja menidurkan Aira yang terlelap kembali setelah setelah minum susu. "Iya, Mbak. Ini saya bawakan makan buat Mbak Rahma sama Mas Sakha." Ana menyerahkan bungkusan berisi makanan. Ia meminta Rahma makan bersama suaminya. "Ayo, Mas temani aku makan sudah lapar banget nih," rengek Rahma dengan suara manja membuat Ana menatap keduanya dengan w

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 72 Rumahnya Kecil

    Bab 72Empat hari setelah dirawat di rumah sakit, Aira diperbolehkan pulang. Ana merasa lega sekali karena dia sudah bisa mulai kerja kembali besok. Ia tidak bisa membayangkan nasib ke depan jika tidak memulai pekerjaannya. Bahkan ia menghilangkan rasa malu dengan meminta izin Rahma untuk dibayar di awal lebih dulu. Rahma wanita berhati lembut itu justru dengan semangat mengiyakan permintaan Ana. Entah kenapa ia langsung saja percaya pada Ana. Bahkan hari ini kepulangan Aira pun Rahma yang jemput bersama Arga. "Mbak Rahma makasih banyak ya, malah merepotkan nih," ucap Ana malu-malu. "Santai saja, Na. Tadinya malah mau minta tolong Mas Sakha, tapi dia masih harus di kantor," balas Rahma sambil melihat Ana yang duduk di kursi belakang dari spion atas. Di sampingnya Arga fokus menyetir membelah jalanan ibukota yang ramai di siang hari jam istirahat. "Ini ke arah mana, Na?" Arga meminta petunjuk karena belum tahu tempat tinggap Ana. "Lurus terus, Mas. Pertigaan hotel itu ambil kanan.

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 73 Cemooh

    "Gimana, Mbak?" Arga memandang heran wajah kakak iparnya yang berbinar. Pasti kabar baik, pikirnya. "Beres, Ga. Papa dan mama setuju. Apalagi papa paling semangat malah." "Syukurlah." Arga bisa merasakan perubahan sikap papanya waktu muda. Kata mamanya waktu muda papanya angkuh dan sombong, bahkan sama orang kecil saja tak acuh. Entah kenapa sejak mengetahui musibah yang menimpa menantunya, papanya langsung berubah drastis. Setiap Arga bertanya alasannya, sang papa hanya menjawab ingin menebus kesalahan di masa lalu. Arga masih belum ngerti misteri itu. Apa karena papanya pernah menentang hubungan kakaknya dengan istri sirinya. Entahlah. "Na. Kamu sama Aira untuk sementara tinggal di rumahku dulu ya. Kamu bisa fokus kerja tanpa khawatir dengan Aira." Ana melebarkan matanya. Ia jelas terkejut bukan main. Tidak pernah disangka Ana akan tinggal dengan kekuarga ayah Aira. "Giman, Na? Kamu mau, kan?" "Maaf, Mbak. Ini terlalu berlebihan. Saya bisa kok besok berangkat kerja. Ada Mbok Da

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 74 Keterlaluan

    Bab 74"Astaga, jangan fitnah. Nanti tuan dan nyonya tahu kamu bisa dipecat." "Cih, kita tunggu saja. Kalau ada laki-laki yang tak ada angin tak ada hujan membawa wanita ke rumah pasti ada udang dibalik batu." ART itu menyeringai tipis atas kecurigaannya. Selesai bercengkerama dengan keluarga besar Sakha, Ana beristirahat di kamar tidur tamu. Ia menata barang-barangnya setelah Aira terlelap. Pintu kamar masih ia biarkan terbuka karena belum terbiasa tinggal di situ. Suara deru mobil memasuki pelataran rumah. Sakha baru saja pulang dari kantor. Dia mengucap salam lalu masuk ke rumah. Suasana sepi seperti biasa jam santai orang tuanya pasti duduk mengobrol di belakang. Saat melintasi kamar tidur tamu netranya memicing ke arah pintu yang terbuka. Tidak biasanya pintu itu terbuka, apa ada tamu keluarganya jauh yang datang menginap. Dia mendekati ambang pintu bersamaan dengan Ana yang melangkah ingi keluar kamar. "Astaghfirullah, Mas Sakha." "Ana?!" Sakha justru melangkah masuk ke kam

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 75 Ayahnya di mana?

    "Astaga Mas Sakha, Ana! Kalian benar-benar keterlaluan menghianati Mbak Rahma." Arga memilih diam terlebih dahulu. Ia ingin menyelidiki kebenarannya. Baru sekali ini ia memergoki kakaknya mendekati Ana. Meskipun di dalam Ana pasti bersama Aira, kakaknya tidak pantas masuk kamar itu. "Apa yang mereka berdua lakukan di kamar? Jangan-jangan mereka? Aargh, Mas Sakha kurang aj*r," umpat Arga dalam hati. Arga juga sebisa mungkin menutupi masalah ini dari Rahma supaya kakak iparnya tidak terpuruk kembali jika tahu yang sebenarnya. Menjelang makan malam, Ana mengikuti ajakan Rahma untuk makan di meja bersama keluarga besar Sakha. Ia sudah menidurkan dulu Aira sambil minum susu dari dot. "Mbak, saya makan di kamar aja ya. Nggak enak nih kalau makan bareng." Ana mencoba tawar menawar dengan Rahma. Namun wanita itu tetap kekeh mengenalkan Ana pada keluarga Sakha. "Ayo, santai saja! Papa dan mama orangnya ramah, kok." "Malam om, tante." Ana mencoba menyapa dengan kerendahan hatinya. Ia mera

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 76 Baik Hati

    Bab 76Keesokan harinya Ana sudah mulai bekerja membantu Rahma. Ia sudah selesai menyuapi Aira dan memberi minum susu. Setelah itu, Aira digendong sebentar sudah pulas dan ditidurkan di kasur kecil yang sibawa di ruang keluarga. Di sana sudah ada Gita yang menunggu sambil menonton televisi. Ana mengulas senyum melihat respon baik dan ramah yang ditunjukkan tuan rumah ini. Berbeda dengan ART dan satpam yang kurang menyukai dirinya, Ana tetap berlaku sopan pada mereka. Teringat percakapan semalam, Ana bersyukur tidak dicecar lebih jauh tentang ayah Aira. Ana menjawab kalau ayah Aira bekerja di ibukota dan ia sedang mencarinya. Tidak ada lagi pembicaraan mengenai masalah itu, makan malam pun berlangsung lancar. "Bu, nanti kalau Ai bangun, saya ada di sebelah ya," ucap Ana meminta izin meninggalkan Aira. "Tenang saja, nanti saya panggil kamu, Na. Di sini ada bibi juga yang bisa jagain Aira. Iya kan, Bi?" "Eh, hmm, iya Nyonya." Bibi hanya ngedumel sendiri sambil menatap sinis ke arah

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 77 Mobil Itu

    Bab 77"Ini kurang ke sini, proporsi kalimat dan gambar disesuaikan. Warnanya juga dibuat kontras agar lebih menarik. Masak kayak gini aja kamu nggak paham. Anak TK aja tahu warna apa aja yang menarik." Ana mendecis kesal Sakha membandingkannya dengan anak TK. Sepertinya laki-laki itu sengaja membuat dirinya tidak betah bekerja di sini. "Iya, Mas. Nanti saya otak-atik lagi. Terima kasih," ucap Ana penuh penekanan. Sakha hanya mengulas senyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Ana kesal. "Benar kan, Mas? Ana pasti bisa kerja dengan baik." "Iya, Sayang. Semoga kerjaanmu semakin ringan dibantu Ana. Aku berangkat dulu ya!Sakha mengecup kembali kening Rahma membuat ana memalingkan muka ke arah layar komputer. "Ishh, bukannya kasih apresiasi biar aku semangat malah meremehkan aku lebih jelek dari anak TK." "Na, kamu kenapa menggerutu begitu?" "Eh enggak, Mbak. Aku berusaha mengkombinasikan warna nih." "Sudah, jangan dimasukkan hati ucapan Mas Sakha. Dia itu baik hati kok. Cuma

Bab terbaru

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 137 Ending

    Bab 137 EndingSakha sudah seperti buka puasa. Sekian purnama tidak menyentuh istrinya, kerinduan pun berada di puncaknya. "Wajah Mas masih sakit, ini. Aku obatin, ya?""Nggak perlu, Rahma. Aku butuh obat rindu.""Mas!"Rahma sudah tidak bisa mengelak, ia pun merasakan rindu yang menggebu. Keduanya melewati malam panjang ditemani rembulan yang sinarnya menyusup dari celah gorden. Sentuhan lembut Sakha menyapa Rahma membuat hati wanita itu mengembang. Seulas senyum terukir di bibir merahnya."Tenang, Nak, Abi mau mengunjungimu."Sakha memperlakukan istrinya dengan lembut walau di dalam sana sudah menahan gair*h yang memuncak. Ia tidak ingin membuat trauma istrinya yang sedang hamil besar.Satu jam berbagi peluh membuat keduanya kelelahan. Sakha memberikan kecupan hangat di kening Rahma. Hingga wanita itu memejamkan mata menikmati ketulusan suaminya."Terima kasih, Sayang.""Terima kasih juga, Mas."Waktu kian berlalu, detik tergerus oleh menit hingga menit berganti menjadi jam. Purnama

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 136 Rindu

    Bab 136 Rindu "Percuma, Arga. Kakakmu dari dulu sudah begitu," imbuh Pak Ardi ketus."Ya Allah, Pa, Arga. Ini salah paham," lirih Sakha yang merasakan tubuhnya sudah lunglai."Apa?! Astaghfirullah, ini pasti salah paham.""Pa, Arga, tunggu!" teriakan Sakha tidak digubris dua lelaki beda generasi itu. Pak Ardi dan Arga sudah masuk mobil meninggalkan kediaman untuk menemui Rahma yang terbaring di rumah sakit."Astaga, Mas Sakha kenapa?" Dari dalam rumah keluar satpam yang sedari tadi dicari Sakha."Bapak kemana saja? Muka saya sudah babak belur kayak maling, nih," dengkus Sakha sambil menahan nyeri akbitan tamparan papanya dan juga pukulan Sakha."Ayo, Pak. Kita ke dalam dulu. Bi, Bibi. Tolong ambilkan air kompres untuk Pak Sakha!" "Hah, Mas Sakha kenapa?""Jangan banyak omong, cepat ambilkan."Bibi ART pun mengangguk. Gegas ia ke dapur mengambil air kompres."Maaf, Mas. Tadi saya membereskan kamar Mbak Rahma sama bibi." Satpam mengucap dengan sedikit takut membuat Sakha penasaran."Me

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 135 Pulang

    Bab 135 PulangPenerbangan Padang-Jakarta akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sakha memang sengaja belum mengabari orang rumah tepat hari apa pulangnya. Ia harus menyiapkan keperluan Cantika dan neneknya di rumah sakit ternama di Jakarta. Setelahnya, Toni yang akan menemani Cantika untuk proses operasi mata neneknya."Pak Toni tolong Cantika ditemani sampai keperluannya tidak kurang satupun," ucao Sakha sambil menyenderkan punggung di sofa tunggu bandara. Mereka masih menunggu bagasi."Siap, Pak. Oya, Pak Sakha yakin tidak perlu ditemani pulang sampau rumah terlebih dulu?" tanya Toni basa-basi."Ckkk, bukankah Pak Toni senang langsung bisa menemani Cantika?" Sakha justru balik bertanya membuat Toni terkesiap."Nanti kalau Cantika bingung di kota ini, Pak Toni yang repot, kan? Gadis itu nggak ada duanya,"ucap Sakha terkekeh."Dia gadis yang pintar, Pak. Nggak mungkin nyasar di kota ini," balas Toni sambil tersenyum."Pak Toni nggak takut Cantika nyasar, tapi takut dia k

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 134 Tuntas

    Bab 134 Tuntas"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Sakha."Seorang pimpinan petugas kepolisian menjabat tangan serta mengucap terima kasih pada Sakha di ruang kerjanya. Sebab Sakha telah membantu petugas kepolisian untuk menegakkan keadilan. Tuntas sudah tugas Sakha di kota ini."Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak. Saya harus menemui warga untuk m3nyampaikan hak-haknya,"ucap Sakha yang diangguki petugas. Sakha kembali menaiki mobilnya yang disopiri Toni menuju kediaman Pak Cokro. Di rumah orang terhormat di kampungnya itu telah berkumpul banyak warga. Ada juga karyawan Sakha yang sudah lebih dulu sampai di sana. Sementara itu, Cantika absen karena harus menemani neneknya melakukan diagnosis oleh dokter di rumah sakit."Kita sudah sampai, Pak." Toni menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Ia tahu betul Sakha dangat kelelahan beberapa hari terakhir. Sebab anak bosnya itu kejar target melumpuhkan musuh ayahnya. Beruntung Cantika bisa diajak kerja sama, pun Pak Cokro dengan senang hati mem

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 133 Tertangkap Tangan

    Bab 133 Tertangkap TanganSenja menampakkan warna jingga yang indah di cakrawala. Cantika segera pulang ke rumahnya karena sang nenek pasti lama menunggu. Seharusnya, ia pulang siang hari, tetapi demi membantu pihak keamanan untuk menggrebek Robert, kepulangannya molor."Nek, nek." Cantika mendapati neneknya tiduran di kamar. Gadis itu mendekat lalu mengusap lembut wajah sang nenek. Setitik bulir bening menetes membasahi pipi mulusnya. wanita ini telah merawatnya sejak kecil. Cantika yatim piatu, entah di mana orang tuanya kini iapun tidak tahu. Kata Sang nenek orang tuanya telah meninggal. Tapi sunggu misterius baginya."Ika. Kamu sudah pulang?""Iya, Nek. Ika mau siapin baju buat kita ke rumah sakit. Nenek akan diobati dokter di sana biar bisa melihat lagi."Ucapan Cantika tersendat karena isakan kecil menyusul."Bukannya tadi siang kamu sudah pulang?""Hah, enggak. Ika barusan pulang dari bekerja."Cantika sedikit heran, apa ada yang datang ke rumah. Kenapa neneknya merasa ia sudah

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 132 Mencuri Barang

    Bab 132 Mencuri barangSakha merencanakan strategi untuk menangkap Robert beserta anak buahnya. Dia telah mengumpulkan bukti-bukti dibantu oleh Pak Cokro dan Cantika. Bekerja sama dengan pihak berwajib, Sakha ingin pekerjaan di proyek pembangunan jalan tol berjalan lancar. Ia ingin segera pulang sebelum istrinya melahirkan. Janji di awal hanya pergi satu dua bulan. Hingga kini kehamilan Rahma terhitung masuk trimester tiga.Semalam ia menelpon istrinya."Sayang, maafkan aku baru sempat menelpon. Pekerjaan di sini sungguh menyita waktu. Sinyal juga susah karena lokasi di tengah hutan.""Ia Mas. Aku tahu, yang penting kamu sehat dan baik-baik saja di sana. Aku percaya Mas melakukan kerja keras di sana. Ada Pak Toni yang menemani, aku pun lega.""Iya, Sayang. Selesai proyek di sini, aku segera kembali ke Jakarta. Doakan tidak sampai melewatkan kelahiran anak kita, ya.""Iya, Mas.""Jam segini kok belum tidur, Sayang?""Hmm, akhir-akhir ini aku susah tidur, Mas. Nggak tahu, pikiran selalu

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 131 Tipuan

    Bab 131 TipuanHari berganti hari hingga menjadi minggu, Cantika berperan dengan tipuannya sebagai wanita penggoda Sakha. Dia bersikap manja saat bersama laki-laki itu. Sesekali meluncurkan rayuan saat di depan Robert. Toni sampai harus menahan diri untuk tidak tertawa saat melihat aksi mesra keduanya. Akting Sakha dan Cantika layak diberi apresiasi seperti bintang sinetron"Gimana, Sayang. Kita ambil saja proyek dengan Pak Robert. Track recordnya sudah tidak diragukan lagi. Bagi hasil keuntungannya juga besar. Ayolah, nanti setelah proyek selesai, kita bisa liburan ke pulau yang indah berdua," ungkap Cantika dengan gaya centilnya.Robert yang melihat dari balik meja kerjanya tersenyum menyeringai. Dia memang memerintahkan Cantika untuk merayu Sakha supaya bisa diajak kerja sama. Dengan nama perusahan Sakha, kerja ilegal Robert bisa disamarkan."Baiklah, saya perlu membaca surat kerjasamanya terlebih dulu Pak Robert. Paling lama tiga hari, saya akan memberi kabar hasilnya.""Jangan lam

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 130 Sepakat

    Bab 130 SepakatSetengah jam, Sakha dan Toni duduk di luar kamar yang dimasuki Cantika dan wanita yang sudah renta tadi. "Pak, gimana? Kenapa gadis itu belum keluar juga?"Sakha hanya mengedikkan bahu. Ia lalu beranjak dari duduk dan mendekati kamar. Berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit terbuka. Tampak di sana Cantika sedang membenarkan posisi yang nyaman untuk wanita tua tadi."Nek, istirahat saja. Ika baik-baik saja, kok.""Jadi gadis itu biasa dipanggil Ika. Pantas tidak ada yang kenal Cantika."Sakha mengembuskan napasnya kasar. Ia baru sadar kalau Cantika bekerja untuk menghidupi wanita tua yang pantas jadi neneknya itu.Beberapa menit kemudian, Cantika sudah turun dari ranjang dan berniat keluar. Sakha segera kembali ke kursi duduk bersama Toni."Gimana, Pak?" tanya Toni penasaran.Sakha hanya memajukan dagu ke arah pintu kamar di mana Cantika keluar dari sana."Kenapa kalian masih ada di sini? Sana pergi, jangan ganggu aku!"Cantika melenggang masuk ke sebuah ruangan ke

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 129B Ancaman

    Bab 129B Ancaman"Berhenti! Atau kalian babak belur keluar dari sini.""Ups, sial. Gadis ini kuat juga, Bos.""Awas!" pekik Sakha saat bogeman Cantika mengenai Rahang kiri Toni.Tidak keras tetapi mampu membuat nyeri di pipi Toni."Astaga, perempuan ini ganas sekali."Sakha jengkel sekaligus menahan tawa. Bisa-bisanya ia dan Toni dikalahkan perempuan."Oke,oke. Kami mundur. Sekarang katakan. Apa tujuanmu berbuat licik padaku, hah?"Sakha mencoba bernegosiasi. Ia tidak ingin salah melangkah dan akhirnya usahanya membela hak warga gagal."Aku jelas butuh uang. Jadi kalian pergi saja. Karena kedatangan kalian ke sini hanya akan membuat masalah bagiku.""Oke, berapa uang yang kamu butuhkan? Aku bisa mencukupi lebih banyak dari yang diberikan Robert. Kamu tahu dia bukan siapa-siapa. Dia mantan napi karena sudah menipu ayahku. Sekarang katakan butuh uang berapa kamu? 100juta, 200juta, setengah milyar?"Cantika terkesiap mendengar uang yang besarnya menggoda."Pak. Jangan gila! Pak Ardi tidak

DMCA.com Protection Status