Dion terbang jauh-jauh dari Makassar ke Jakarta setelah mendapatkan informasi dari salah satu orang kepercayaannya yang dia percayakan untuk mengawasi Nindi.Walaupun sudah bercerai dari wanita itu dan sebentar lagi akan memiliki anak, rupanya Dion belum bisa berpindah kelain hati.Dion masih terus mengawasi gerak gerik mantan istrinya itu.Bel pintu rumah Nindi berbunyi. Wanita itu dengan malas namun penasaran akhirnya membukakan pintu.Betapa terkejutnya setelah melihat siapa yang datang, pria yang telah mematahkan hatinya beberapa bulan yang lalu.“Untuk apa kamu datang ke mari?” hardik Nindi, dadanya bergemuruh, percikan-percikan amarah itu mulai muncul.“Aku merindukanmu, Nin,” jujur Dion.“Bullshit! Pergi dari sini, kamu adalah orang yang tak ingin aku temui seumur hidupku!” ucap Nindi penuh emosi.Nafasnya mulai tersengal, bola mata memerah menahan marah.“Nindi tolong dengarkan aku!” kata Dion.“Tidak! Aku tidak ingin mendengar apapun darimu! Pergi!”Nindi langsung masuk ke dal
Di kediaman kedua orang tua Damaira, tamu masih berdatangan meski acara telah usai. Tamu-tamu itu adalah kerabat jauh yang menyempatkan diri untuk datang dan ingin menghabiskan waktu beberapa hari di Purwokerto.Seperti tak ada waktu untuk bersama, Damaira dan Mahesa cukup bersabar, keduanya masih ikut duduk dan bercengkrama.Momen seperti ini jarang terjadi, keluarga besar berkumpul dan bercengkrama bersama. Lelah memang tapi juga bahagia.“Kamu kapan, Sa?” tanya salah satu kerabat dari Jogja.“Iya, kapan? Sudah pantas jadi bapak,” sambung yang lain.Jelas saja sudah pantas, karena anak-anak kecil itu terus berkerumun padanya, Ezra, Celine, di tambah Keysha. Ketiga anak itu tak memberi Isa ruang untuk sekedar beristirahat.“Aku santai saja, Budhe. Masih muda,” jawab Isa dengan santai.“Santai terus nanti keterusan. Atau mau Budhe kenalkan dengan gadis Jogja? Yang sepadan denganmu. Kamu kan lulusan luar negeri, kalau dia S2, cantik dan sholehah, dari keluarga baik-baik,ayahnya dosen,”
Kembali pada Dion yang mendapat pengusiran di rumah mantan istrinya. Sebelum pergi pria itu mengatakan maksud kedatangannya datang ke rumah kepada mantan ibu mertuanya.“Ibu, sekarang aku akan pergi dari sini, tapi aku akan kembali lagi. Tolong ibu merestui hubungan kami. Aku masih mencintai Nindi, Bu–”“Mencintai? Mencintai macam apa, Dion?” ibu Nindi yang bernama Linda itu memotong kalimat Dion.Wanita paruh baya itu tampak bersungut-sungut, kemudian kembali melanjutkan kalimatnya.“Kamu tega menikah di belakang Nindi, kemudian menceraikannya setelah istri keduamu hamil, tapi sekarang dengan mudahnya kamu mengatakan bahwa kamu mencintai anak saya? Siapa yang akan percaya, Dion?”“Maafkan aku ibu, tapi aku terpaksa melakukan itu–”“Demi ibumu? Demi keluargamu?” Dion terdiam.“Jika memang seperti itu lalu bagaimana nasib Nindi kedepannya jika kalian benar-benar rujuk?” imbuh Linda.“Sudahlah, lebih baik kamu pulang saja.”Dion tidak ingin memaksakan kehendaknya, karena hasilnya akan pe
Isa mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang ibu, kemudian bertanya, “memangnya ada apa dengan Dina, Bu?”Sebelum kembali berbicara, Lestari memindai sekitar memastikan bahwa tidak ada Dina di dekat mereka.“Ada apa Bu sepertinya serius sekali?” Isa kembali bertanya karena sudah tidak sabar menunggu jawaban dari ibunya.“Kamu tidak sedang menjalin hubungan dengan Dina, ‘kan?”Isa semakin tidak tahu arah pembicaraan ibunya.“Hubungan?”“Masa kamu nggak paham maksud Ibu sih, Sa?” Nada bicara Lestari terdengar kesal.“Kamu itu pria normal bukan? Bisa-bisanya pertanyaan seperti itu saja kamu nggak paham,” imbuh Lestari.Isa tersenyum, dia barulah paham arah pembicaraan ibunya. “Mana ada, Bu. Kami nggak ada hubungan apa-apa.”“Syukurlah!” Lestari terlihat bernafas lega.Isa heran dengan tingkah ibunya. “Memangnya ada apa, Bu?”“Pokoknya Ibu nggak setuju kamu sama Dina sudah titik itu aja.”“Memangnya siapa juga yang mau sama dia?” Isa kembali menimpali ucapan ibunya.“Biasanya seorang
Suasana pagi kali ini sangat berbeda untuk Isa, Dina, Negan, dan yang lainnya, udara yang dingin dan sedikit berkabut.Dina membuka lebar pintu jendelanya, udara sejuk masuk ke dalam kamar.“Bbbrrr! Dingin, Tante,” keluh Celine seraya meringkuk memeluk kaki yang dilipat. “Bangun, sudah siang. Kamu lihat itu, Kak Key baru pulang jalan-jalan.”Arah pandang Celine pun berpindah ke Keysha. Sontak, gadis kecil itu pun bangkit dari tidurnya.“Kakak habis jalan-jalan?”“Iya,” jawab Keysha singkat.“Sama siapa? Kok aku nggak diajak?”“Sama Papi, kamu masih tidur, dibangunin ngolet doang.”“Yaaahhh.” Wajah Celine lihat kecewa.“Tante juga ikut?” Celine bertanya kepada Dina. Wanita itu pun menggeleng. Saat Keysha terbangun dia bahkan belum tidur.Dina memandang pegunungan yang indah dan sedikit berkabut. Pikirannya menerawang, lagi-lagi isi tempurung kepalanya dipenuhi oleh Isa.“Ayo cepat mandi, Celine. Terus sarapan.”“Iya, Tante.”Sepulang berjalan-jalan sebentar dengan Keysha, bisa langsung
“Bukannya gadis cilik itu…siapa yang namanya aku lupa,” gumam seorang pria yang tak sengaja melihat Celine di traffic light.“Berarti itu Dina, dong?” Sekarang pria itu benar-benar mengamati wanita yang asyik mengobrol dengan anak kecil itu.Saat Dina menoleh ke arah Celine pria itu pun tersenyum. “Benar, Dina ternyata. Takdir macam apa ini, bisa-bisanya aku melihatmu di sini. Ini baru namanya ketidaksengajaan,” monolog pria itu lagi.Lampu Traffic light pun berganti warna menjadi hijau. Dina kembali memacu kendaraannya, melanjutkan perjalanan.Tak ingin kehilangan kesempatan, pria itu pun mengikuti ke mana Dina pergi. Ternyata Dina pergi ke sebuah restoran cepat saji, kebetulan saja pria itu juga belum makan siang.Pria itu menggunakan kesempatan agar bisa mendekati Dina.“Kamu mau tambahan apa, Celine? Burger? Kentang goreng?”“Aku boleh minta itu, Tante?” Celine meyakinkan pendengarannya seraya menunjuk gambar menu yang terpampang nyata di atas, takut Dina hanya salah berucap.“Bo
Isa datang ke rumah Negan untuk mengantar oleh-oleh dan cinderamata balasan dari kehadiran saat acara pernikahan yang dibawa dari Purwokerto.“Lho, Sa. Ada apa? Bukannya kamu baru sampai di Jakarta.”“Iya Bang, aku datang ke sini untuk mengantar ini.”Isa memberikan buah goodie bag besar kepada Negan.“Kenapa repot-repot, ayo masuk dulu.” Negan mengajak mantan adik iparnya untuk masuk ke dalam rumah lebih dulu.“Kata ibu harus segera diserahkan karena ada makanan yang harus segera diamankan, kalau tidak nanti akan cepat basi.” Jawab isya seraya masuk ke dalam rumahNegan menyuruh Celine untuk memanggil Dina dan membuatkan minum untuk Isa.Dari dalam kamar diam-diam Dina mencari tahu siapa yang datang.Suara ketukan pintu terdengar dari dalam kamar Dina.“Tante, ada Papi, kata ayah Tante disuruh buatkan minum,” kata Celine dari balik pintu.Hati kecil Dina tidak ingin bertemu dengan Isa. Dia pun memilih untuk pura-pura tidur. Terdengar suara pintunya dibuka kemudian ditutup lagi. Terny
Hari resepsi akhirnya tiba, satu per satu undangan telah datang ke gedung serbaguna yang sudah dipersiapkan untuk acara.Hari ini Dina terlihat ayu dengan pakaian bridesmaids-nya bersama Citra. Karena memiliki posisi yang sama, dua wanita itu pun mendadak menjadi akrab.Citra tak henti-hentinya menanyakan tentang Negan. “Kamu tertarik dengan masku?” tanya Dina yang mulai kesal dengan keaktifan Citra.“Lumayan,” jujur gadis berusia 24 tahun itu.“Kamu masih muda, bisa dapatkan pria yang lebih baik dari masku. Masku itu duda beranak 2, memang kamu siap jika harus merawat mereka?” Pertanyaan Dina kali ini membuat Citra kesulitan menelan salivanya. Sejenak gadis itu membayangkan dia merawat dua bocah yang sedang usil-usilnya itu. Citra menggeleng dan mengusap lengan atas tangan kirinya, merinding.Dina langsung tertawa pelan melihat tingkah Citra yang apa adanya.“Merawat satu anak aja berat, apalagi merawat dua anak yang lagi aktif-aktifnya,” Dina semakin menambahkan bumbu dalam ucapann
Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc
“Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad
Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki
Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng
Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”
“Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma
Pagi ini Mahesa disibukan dengan serangkaian pekerjaan, padahal saat ini waktu subuh baru saja berlalu dan matahari belum terbit. Beberapa hari ini pria itu sedikit kurang tidur. Setelah menikah entah mengapa rezeki terus mengalir tiada henti. Proyek sana-sini.“Ini, Mas.” Damaira memberi secangkir kopi sebagai penyemangat lagi.“Terima kasih, Sayang.” Mahesa menarik tangan istrinya, kemudian memberi kecupan hangat sebagai doping.Damaira selalu saja diberi kejutan dengan sikap manis Mahesa. Pria itu benar-benar membuatnya seperti ratu yang spesial.Tak ingin kalah, Damaira pun membalas serangan Mahesa. Sebulan bersama pria itu membuat hidupnya semakin berwarna.“Kalau begitu aku keluar dulu, masak.” Mahesa mengangguk.Damaira menyerah beberapa hal tentang kerumahtanggaan seperti bersih-bersih, laundry, dan lain sebagainya, kecuali masak.Memasak baginya harus dilakukan sendiri, agar kelak anak-anak dan suaminya selalu merindukan masakannya.Meski tinggal bersama mertua, sudah pasti
Tak hanya Indra yang meluapkan emosi pada Nindi tapi juga Linda. Nindi terpojok sebagai tersangka. Janda itu menangis tersedu. Indra seakan belum puas dan terus memarahi anaknya.Ketegangan itu masih terus terjadi hingga bel rumah itu berbunyi mengalihkan perhatian semua orang yang ada di dalam rumah itu.Dengan kesal Indrawan membuka pintu, melihat siapa yang datang sontak membuat pria paruh baya itu kembali naik darah.“Ini biang keroknya datang, dasar pria tak bertanggung jawab, brengsek!” Indra langsung memaki Dion yang tak tahu apa-apa.Pria itu hanya mengerutkan kedua alisnya, mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi.“Ada apa, Yah? Siapa biang kerok.” Linda dan Nindi datang menyusul Indra ke ruang tamu.“Ngapain kamu datang ke sini? Bosan hidup, hah?” Sama halnya dengan suaminya, Linda pun langsung menghardik Dion.Nindi sendiri masih berusaha menenangkan diri setelah mendapat amarah dari kedua orang tuanya.Dion menatap iba pada mantan istrinya, entah apa yang baru saja te
Isa tak juga menjabat tangan Dina dan hanya terus menatapnya.“Kenapa hanya menatapku seperti itu?” Dina kembali angkat suara.“Ayo kita berjabat tangan dan kita kembali seperti dulu.” Dengan segenap jiwa dan hatinya Dina menahan sakit. Wanita itu terus memberi sugesti positif pada dirinya sendiri bahwa pasti rasa sakit itu hanya akan menyelimuti berlangsung untuk beberapa waktu saja. Asalkan mengalihkan semuanya pada pekerjaan dan hal lainnya pasti akan segera sirna dengan sendirinya.Dina tersenyum samar dan mulai menarik tangannya. Dia sungguh tidak mengerti kemauan pria yang ada di depannya.Dina menarik nafas dengan maksud menarik ingusnya agar tidak keluar. Dia menahan tangis sekuat tenaga.“Ya sudah ayo kita pulang. Orang-orang pasti menganggapku orang gila karena duduk di sini berjam-jam.Dina meraih tangan Isa dan menarik pria itu agar segera beranjak dari duduknya. Tapi Isa justru menahan tangan Dina.“Ayo kita menikah!” seru Isa.Ucapan Isa sontak membuat Dina membulatkan