Sesuatu yang Fery lihat adalah istrinya tercinta. Awalnya ia ingin keluar dari mobil, namun urungkan dirinya memilih melihat dari jarak jauh, sang istri tengah menggendong seorang bayi.Fery dapat melihat dengan jelas wajah berbinar di wajah sang istri. Tiba-tiba hatinya terasa teriris. Memiliki bayi adalah harapan istrinya sejak dulu. Tapi ... kini harapan itu seolah-olah kandas, seolah-olah terkikis tidak ada lagi harapan untuk bisa memilikinya.Tak terasa air mata Fery luluh, ia paling tidak tega jika melihat istrinya menggendong seorang bayi. Lalu ia teringat akan perlakuannya pada Nayla dengan penyesalan ia mengusap wajahnya.''Maafkan aku Nayla. Maafkan. Bukan maksudku berbuat kasar sama kamu. Harusnya Mas bisa ngontrol diri," ujarnya seraya terus menatap sang istri.Padahal ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menyakitinya. Fery terus saja memperhatikan istrinya dari jarak jauh. Sejenak ia melihat ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 sore."Kenapa dia keluar gak
Pulang dari rumah sakit, Nayla terlebih dahulu mampir ke tempat pedagang kaki lima, yang menjajalkan makanan favoritnya. Selain itu juga, Nayla selalu merasa betah karena di sana pemilik lapak memiliki seorang bayi perempuan yang baru berusia dua bulan. Nayla senang karena bisa merasakan menggendong dan mengajak bermain bayi."Neng ini bayinya lucu banget, cantik pula. Jadi mau satu kaya gini." Ujar Nayla seraya menatap gemes.Siti, ibu muda si penjual angkringan itu tidak tahu jika Nayla sakit hingga dari mulutnya keluar kalimat yang membuat Nayla mengingat kenyataan. Jika dirinya tidak bisa mengandung, atau mungkin bisa cuma tidak tahu kapan waktu itu tiba."Makanya Kak cepat nyusul. Siti tahu orang kaya seperti ibu itu kebanyakan nunda dulu kehamilan, padahal menurut Siti lebih baik punya anak satu dulu setelah itu baru pakai ..... "Siti menggantung ceritanya saat tak sengaja penglihatannya melihat perubahan ekspresi pada wajah Nayla. Seketika Siti merasa bersalah. Apa mungkin
Fery sudah hampir 3 jam menunggu Nayla. Namun, orang yang ia tunggu tidak kunjung pulang. Fery gelisah apalagi dihubungi beberapa kali handphone-nya tidak kunjung aktif. Padahal Fery yakin tadi saat dirinya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu Nayla seperti hendak pergi dari sana, tempat Nayla membeli makanan favoritnya.Santi dan Siska si duo racun itu terus menatap Fery. Ada tatapan penuh benci dari sorot mata keduanya. Bukan benci pada Fery melainkan benci terhadap sikap Fery yang begitu perhatian pada Nayla. Siska terus saja menggerutu serta memaksa pada Santi agar secepatnya mengambil hati Fery. Bagaimana pun caranya Siska ingin sekali menyingkirkan Nayla dari hidup Fery. "San, cepatlah ambil hati Fery. Ibu sudah muak dengan drama yang selalu diperlihatkan anak ibu sama istri kesayangannya itu." Ujar Siska dengan nada bicara yang benar-benar muak."Butuh proses, Bu. Setidaknya Nayla punya waktu tiga tahun hidup bersama mas Fery. Sedangkan aku? Baru beberapa hari, mmm tiga ha
Nayla bahagia karena sikap Fery kembali seperti dulu lagi. Perhatian bahkan tidur kembali di kamarnya meski terkadang ia meminta Fery untuk tetap berbuat adil. Karena sekarang istrinya bukanlah dirinya saja melainkan ada Santi juga.Semenjak hubungannya dengan Fery membaik. Kebencian Siska dan Santi semakin besar saja. Bahkan keduanya sering menunjukkan secara terang-terangan. Saat tidak ada Fery mereka kasar, baik sikap maupun kata-katanya. Nayla mencoba untuk bersabar. Dalam menghadapi Santi dan Siska. Meskipun berulang kali tersakiti tidak pernah sekalipun Nayla dendam. Karena menurutnya ini masih dibatas wajar. Namun saat mereka bertindak jauh dan merugikan dirinya jangan harap dia diam saja. Dia akan memberontak karena ia bukanlah perempuan lemah.Oke, sekarang dia diam. Diam bukan berarti kalah apalagi menyerah. Dia hanya mencari waktu dan memberi kesempatan pada keduanya kalau-kalau mereka berubah. Namun jika tidak, maka langkah selanjutnya yang akan ia ambil. Melawan.Nayla s
Santi langsung saja mendekat ke arah Ferry, ia langsung bergelayut manja di lengan Fery. Sementara itu, Ferry terus saja celingukan mencari sesuatu dan sudah dipastikan ia telah mencari perempuan yang ia cinta.Bahkan ocehan Santi tidak ia hiraukan, karena fokus perhatiannya terus mencari sosok wanita yang ia cinta.Hingga saat Santi merasa capek dengan ocehannya, tiba-tiba saja Fery berkata menanyakan keberadaan Nayla hingga membuat mood Santi seketika hancur. ia merasa tidak dihargai oleh Fery."Nayla ke mana? Kenapa aku tidak melihatnya? Biasanya juga dia yang selalu menyambut aku pulang," tanya Fery dan sungguh ini membuat Santi tidak suka.Santi yang tadinya bergelayut manja di lengan Fery seketika itu juga langsung melepaskan. Ia membuang napas kasar lalu menatap sang suami dengan tatapan tidak suka. "Kenapa Mas malah menanyakan Nayla? Kan ada aku. Ada atau tidak ada Nayla sama saja. Mas lupa aku juga istri kamu?""Yang bilang lupa siapa? Enggak ada kan? Lagian Mas hanya menanya
Nayla sudah tidak sadarkan diri, hal itu membuat Nayla tidak lagi merespons panggilan dari BI Sri yang sedari tadi memanggil namanya.Bi Sri dan Neti terus saja berpikir mencari cara untuk membuka pintu kamar mandi tersebut. Ingin mendobrak mereka tidak memiliki tenaga ekstra untuk bisa mendobraknya. Alhasil mereka memberanikan diri untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Nayla."Kita gak bisa diam saja, Bi. Nyonya kita ada di dalam dan membutuhkan bantuan kita." ujar Neti protes pada Bi Sri karena mereka hanya bisa diam tanpa bisa melakukan apa pun."Bibi juga tahu. Tapi kan masalahnya kita udah diancam sama Nyonya Santi.""Kita gak boleh takut sama dia, Bi. Dia hanyalah orang baru.. Sedangkan Nyonya Nayla, kita sudah mengenalnya lama.""Terus kita harus gimana?""Lapor sama Tuan Fery." ucap spontans dari Neti.Bi Sri langsung melotot terkejut dengan ide dari Neti. Namun sebelum Bi Sri hendak protes Neti keburu menyelanya dan menjelaskan maksud dari perkataannya."Dengar
Santi dan Siska kembali ke dapur. Mereka berdua ingin melihat keadaan Nayla. Bukan ingin berempati atau bersimpati tapi melainkan ingin mengejek keadaan Nayla. Ingin menertawakannya juga. Sepertinya bagi kedua wanita ini penderita Nayla adalah kebahagiaan mereka.Sementara itu Fery masih berusaha untuk mendobrak pintu kamar mandi, yang entah kenapa mendadak sulit didobrak. Saking kesal dan marahnya, Fery pun mengerahkan tenaganya hingga akhirnya pintu tersebut bisa terbuka. Maka dengan terbukanya pintu, Fery bisa melihat dengan jelas jika sang istri terkulai di lantai kamar mandi. Fery langsung menghampiri dan meraih tubuh lemah Nayla."Astaghfirullah, Nayla!" pekik Fery.Fery berusaha untuk membangunkan Nayla dengan menepuk-nepuk pipinya. Lalu menggoyang-goyangkan bahunya namun tidak ada respons apa pun. Tidak ingin terjadi sesuatu pada istrinya, Fery langsung menggendong Nayla dan langsung membawanya ke kamar mereka. Saking khawatirnya Siska yang mendadak so peduli dan mencemaskan
Dengan terburu-buru, Fery melangkah lebar saat menuruni anak tangga. Ia sudah tidak sabar ingin menemui Sri dan Neti. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Saat tiba di lantai satu, Fery berteriak memanggil nama Sri dan Neti. Merasa namanya terpanggil membuat Sri dan Neti segera mungkin menghampiri sang majikan."Bi Sri!, Neti! Kemarilah, cepat!" teriak Fery.Sri dan Neti kini sudah ada di hadapan Fery dengan kepala yang tertunduk."Iya Tuan, ada apa panggil kami berdua?" tanya Sri seraya kepalanya semakin tertunduk.Dengan tatapan penuh intimidasi, Fery menatap keduanya. "Kalian masih nanya ada apa? Aku yakin kalian tahu alasan kenapa memanggil kalian berdua ke sini."Sri dan Neti semakin menundukkan kepala. Mereka bingung kebohongan apa lagi yang harus mereka ciptakan. Sebab tidak mungkin jika mereka mengatakan yang sebenarnya. Jika Nayla sebenarnya bukan terkunci tapi sengaja dikunci. Tentunya dalang di balik ini semua adalah Santi sang madu."Aku tanya sebenarnya apa yang terjadi
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter