Nayla menitikan air mata, selepas kepergian Siska. Entah harus dengan cara apa lagi agar bisa meluluhkan hati mertuanya. Ia bingung sendiri dibuatnya karena Siska tidak pernah sekalipun memberi tahu apa salah dan Kuranya ia selama ini. Tak lama Fery datang, ia senang saat mendapati istrinya sudah tersadar. Ia langsung menghampiri dan memeluk sang istri. "Alhamdulillah, kamu sudah sadar, sayang." ujar Fery. Lalu ia pun mulai menyadari sesuatu, jika istrinya menangis. Buru-buru Nayla menyeka air matanya."Kamu kenapa? Apa ada yang sakit? Mana? coba beri tahu mas bagian mana yang sakit." Fery terus saja menelisik seluruh tubuh Nayla, takut-takut ada bagian yang sakit. Nayla menghentikan Fery yang menelisik seluruh tubuhnya."Sudah, Mas. Tidak ada yang sakit, kok. Mas tenang saja." ujar Nayla dengan memaksakan tersenyum. Fery menatap Nayla dengan perasaan khawatir sekaligus lega karena sang istri tidak kenapa-kenapa. Sungguh, Fery teramat takut untuk kehilangan Nayla. Ia belum siap.
Nayla sama sekali tidak bisa tidur, apalagi saat pikiranya mengingat kejadian tadi saat dengan sengaja Santi mengunci dirinya di kamar mandi.Saat itu dirinya baru saja selesai masak, baru saja dirinya mau menghubungi Fery kapan pulang tiba-tiba tubuhnya malah didorong masuk menuju kamar mandi dan langsung dikunci.Berulang kali dirinya berterika minta untuk dibukakan pintunya. Namun teriaknnya itu sama sekali tidak didengar. Malah ia memang berpura-pura tidak dengar.Nayla langsung menggelengkan kepalanya, ia berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu. Karena walau bagaimanapun Santi adalah sahabat sekaligus madunya. Setidaknya dulu mereka pernah dekat saking dekatnya orang yang melihat mereka berdua dikira sepasang saudara. Padahal mereka hanyalah dua orang asing yang dipertemukan dalam ikatan persahabatan."Santi, padahal aku benar-benar menyayangimu, aku sudah menganggap kamu keluarga. Tapi kenapa balasan seperti ini? kenapa?" tanya Nayla bermonolog sendiri. Nayla menghela napa
Semenjak bangun tidur hingga Ia di kantor, fokus pikiran Fery bercabang. Ia terus mengingat kejadian semalam di mana sang istri tengah menelepon dengan seseorang yang tidak ia ketahui. Apalagi saat dengan jelas-jelas indra pendengarannya mendengar, Nayla begitu tertawa senang. Padahal yang dia tahu istrinya itu tidak pernah sembarangan tertawa kecuali saat bersama dirinya. Lalu siapakah orang tersebut? Sehingga ia berani merebut tawa istrinya dari dirinya.Andai hari ini tidak ada meeting penting, mungkin saja hari ini akan mengikuti kemana perginya sang istri dia begitu penasaran.Berhubung waktu meeting masih ada waktu 1 jam, membuat ia berinisiatif untuk menelepon Nayla. Namun sayangnya beberapa kali ia menghubungi Nayla tidak ada satupun panggilan yang dijawab. Tentunya ini membuat Fery semakin bertanya-tanya, ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh istrinya.Karena panggilan tidak terjawab terus membuat Ferry menelepon ke rumah, di dalam pikirannya ia mengira mungkin saja N
Nayla sudah sampai di rumah sakit. Tanpa diduga dokter Raka sudah menunggu dirinya di depan loby. Nayla memang pergi pagi-pagi namun ia datang terlambat. Ia sengaja karena ia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk menenangkan dirinya sementara.Nayla sedikit berlari untuk sampai ke Dokter Raka. Ia menyesali karena sudah datang terlambat. Tentunya ini diakibatkan oleh kemacetan ibu kota.Dengan terengah-engah Nayla meminta maaf pada dokter Raka karena ia datang terlambat."Assalamualaikum dokter Raka. Maaf aku terlambat. Di jalan macet," ujar Nayla meminta maaf."Waalaikumsalam, sebenarnya aku mau marah sama kamu. karena kita janji bertemu pukul sepuluh dan ini sudah hampir pukul sebelas. Dokter Wiliam hampir saja meninggalkan rumah sakit jika seandainya aku tidak mencegahnya." tutur Raka.Nayla merasa bersalah hingga ia tidak hentinya meminta maaf. Raka yang tidak tega pun hanya bisa menarik napas. Ia maklumi keadaan kota Jakarta yang memang begitu macet setiap waktu."Maaf, harusn
Setengah jam lamanya Nayla melakukan pemeriksaan bersama dokter Wiliam. Sebenarnya ia merasa risi harus melakukan pemeriksaan tanpa suami tercinta. Meskipun ini hanyalah pengobatan tapi tetap saja ia merasa tidak enak diri."Bagaimana Dok dengan hasilnya?" tanya Nayla setelah serangkai pemeriksaan selesai dilakukan.Dokter Wiliam tidak langsung menjawab, ia malah sibuk dengan penanya. "Akan aku jelaskan, Sekarang kita keluar. Aku menjelaskannya di depan dokter Raka. Setidaknya dia adalah dokter kamu jadi dia harus tahu dengan keadaan kamu sekarang."Seketika Nayla merasa cemas, dari tutur bahasa dokter Wiliam terdengar begitu Serius. Ia takut terjadi sesuatu hal yang buruk padanya. "Apa tidak bisa dijelaskan langsung, Dok?" "Bisa, cuma biar nanti aku tidak perlu menjelaskan dua kali."Nayla pun nurut. Meski ia sudah begitu penasaran dengan hasil pemeriksaan kali ini. Besar harapannya untuk sembuh. kalau pun tidak memungkinkan ia ingin sekali diberi kesempatan untuk mengandung dan
Sesuai janji, Santi pergi menuju tempat di mana ia dan Nayla sering bertemu bersama. Namun, tujuan utamanya bukan untuk mencari Nayla melainkan untuk menemui seseorang yang sedari kemarin terus saja menghubungi dirinya.Dan saat ini ia tengah duduk sendiri di dalam kafe Seraya memasang wajah yang ditekuk. Berulang kali ia juga melihat ke arah tangan kirinya di mana Jam berlogo mahal itu terpasang dengan cantik. Ia seperti dikejar waktu atau mungkin dia terlalu kesal menunggu seseorang yang tak kunjung datang.Dia menghitung dalam hati jika seandainya dalam hitungan 20 detik orang yang ia tunggu tidak kunjung datang maka dia benar-benar akan meninggalkan kafe tersebut.Santi merupakan orang yang paling anti dalam menunggu seseorang apalagi jika ia harus berjam-jam menunggu."Sialan! Sebenarnya dia itu mau apa sih ganggu aku lagi? Padahal aku sudah memberikan apa yang dia mau, kenapa dia bertingkah lagi?" ucapnya terdengar putus asa dan kesal terhadap orang yang ingin Ia temui sekaran
Santi merutuki kesalahannya karena malah mengiyakan tawaran dari pria tersebut yang tak lain mantan kekasihnya—Morgan.Baginya Morgan adalah pria terlicik yang berhasil menjerat dirinya. Dia juga orang yang sudah membuat ia harus ada dalam masalah besar. Ia menggunakan identitasnya untuk meminjam uang hingga ia yang harus dikejar-kejar bank.Padahal Morgan adalah seorang CEO tapi dia memang sengaja ingin menjebak dirinya. Bukan hanya itu saja, dia pun sering kali memaksa dirinya untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. “sial! Dasar Morgan gila! Brengsek!” Umpat Santi seraya memukul kemudi setir. Santi menunduk meletakan dahinya pada setir, ia terus merutuki dirinya malah suka rela menyerahkan dirinya pada Morgan. Namun jika tidak seperti itu maka ia dipastikan akan kehilangan Fery. Sedangkan ia tidak ingin kehilangan Fery untuk kedua kalinya, Karena baginya hanya Fery cinta satu-satunya.Tidak ingin terus memikirkan kejadian hari ini, Santi memutus untuk pulang saja. Namun, s
Nayla menangis tersedu-sedu di dalam kamar saat untuk pertama kalinya Fery memperlakukan dirinya secara kasar, ia kira suaminya itu akan percaya padanya namun dugaannya salah hanya dengan melihat sebuah foto yang gimana di foto tersebut ada dirinya dan seorang pria.kemarahan peri kali ini begitu besar Iya bahkan sampai pergi dari rumah dan entah ke mana.Nayla hanya bisa meratapi nasibnya di tengah penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan di tengah hati dan batinnya menghadapi suami nyaselama hidup 25 tahun, ini adalah keputusan dirinya yang fatal. Di mana dia dengan sukarela meminta suaminya untuk menikah namun sayangnya, pilihannya salah. Dia memilih seorang wanita yang berhati iblis bermuka dua dan berhati kejamIa kira jika suaminya menikah lagi, ia akan lebih tenang hidupnya. ia akan lebih Fokus dalam pengobatannya ternyata malah sebaliknya. Bukannya fokus ia justru terbebani oleh sikap suami, mertua dan madunya. Mereka seolah-olah sengaja ingin membuat Dirinya stres.Di tengah