Nayla menangis tersedu-sedu di dalam kamar saat untuk pertama kalinya Fery memperlakukan dirinya secara kasar, ia kira suaminya itu akan percaya padanya namun dugaannya salah hanya dengan melihat sebuah foto yang gimana di foto tersebut ada dirinya dan seorang pria.kemarahan peri kali ini begitu besar Iya bahkan sampai pergi dari rumah dan entah ke mana.Nayla hanya bisa meratapi nasibnya di tengah penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan di tengah hati dan batinnya menghadapi suami nyaselama hidup 25 tahun, ini adalah keputusan dirinya yang fatal. Di mana dia dengan sukarela meminta suaminya untuk menikah namun sayangnya, pilihannya salah. Dia memilih seorang wanita yang berhati iblis bermuka dua dan berhati kejamIa kira jika suaminya menikah lagi, ia akan lebih tenang hidupnya. ia akan lebih Fokus dalam pengobatannya ternyata malah sebaliknya. Bukannya fokus ia justru terbebani oleh sikap suami, mertua dan madunya. Mereka seolah-olah sengaja ingin membuat Dirinya stres.Di tengah
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, belum ada tanda-tanda Fery akan pulang. Nayla sudah khawatir dibuatnya. Berulang kali ia melihat ke luar dari balik jendela. Namun sosok yang ia tunggu tak kunjung pulang. "Mas, kamu ke mana? Kenapa belum pulang?" ujar Nayla dengan gelisah. Ia lalu mencoba untuk menghubungi Fery, berharap kali ini telepon darinya diangkat. Percuma! Telepon darinya tetap tidak diangkat oleh Fery."Ya Allah, Mas. Kamu ke mana? Kamu salah paham sama aku. Apakah hanya dari sebuah foto saja kamu percaya jika aku memiliki pria lain? Tidak Mas. Aku tidak seperti itu." gumam Nayla seraya menatap layar handphone sesaat setelah melakukan panggilan tidak diangkat.Tak lama, Nayla mendengar suara sebuah mobil berhenti di depan rumah. Buru-buru Nayla melihatnya, ia berharap itu adalah suaminya. Ternyata benar itu adalah mobil suaminya. Senyuman lebar pun terlukis di bibirnya. Nayla hendak menyambut kepulangan Fery. Namun sebelum ia keluar terlebih dahulu men
semalaman Nayla tidak bisa tidur, sungguh yang ia lakukan hanyalah terus menatap ke arah suaminya yang terbaring tidur di atas kasur. Rasanya ia enggan berkedip, enggan melepaskan barang sedikit pun menatap sang suami.Dia tidak tahu, bagaimana caranya agar hubungan mereka bisa kembali utuh atau mungkin, dirinya harus bilang jika pria yang ada di foto itu adalah dokter barunya. Yang menangani pengobatannya tapi Nayla menggeleng, Nayla tidak ingin mengatakan apapun pada suaminya, ia ingin suaminya tahu sendiri siapa sosok yang ada di dalam foto tersebut.Memang, sampai saat ini suaminya terus membencinya. Dia ikhlas, jika seperti itu, artinya suaminya memang benar-benar belum mengenali dirinya namun meskipun demikian rasa cintanya kepada Fery tidak pernah pudar, tidak pernah sirna yang ada malah semakin dalam dan besar saja.Adzan subuh berkumandang, seperti biasa-biasanya ia selalu membangunkan Fery. Karena mereka selalu salat berjamaah bersama. kali ini ia sebenarnya ragu ragu u
kemarin sore Nayla mendapatkan undangan dari dokter Samuel, dokter yang dulu menangani pengobatannya. sebuah undangan yang diberikan kepada Raka lalu disampaikan kepadanya. awalnya Nayla ragu untuk datang ke acara undangan anniversary pernikahan dokter Samuel yang ke 32 tahun itu. merasa tidak enak setidaknya dokter Samuel begitu berjasa untuk pengobatan kankernya ini. Tidak enak pula jika dirinya tidak datang.Lagi-lagi ia terpaksa tidak bisa meminta izin kepada Ferry, karena hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Hanya saja Nayla memberitahu kepada Bi Sri dan Neti jika dirinya akan ke rumah dokter Samuel untuk menghadiri undangan anniversary pernikahan dokter Samuel."Bi aku pergi dulu ya. Mau ke rumah dokter Samuel ada acara di sana. Enggak datang gak enak karena udah diundang.""Pergi sendiri, Nyah?" tanya Bi Sri saat dirinya melihat taksi di depan."Iya, aku pergi sendiri saja, naik taksi. Enggak apa-apa.""Nyonya kan punya sopir pribadi, masa ke mana-mana harus naik taksi
Santi dan Siska mengendap-ngendap masuk ke dalam kamar Nayla. Sungguh kelakuan mereka seperti seorang maling yang tengah melancarkan aksinya.Siska bertugas untuk melihat situasi dan keadaan sedangkan Santi, ia ditugasi untuk menukar semua obat yang biasa dikonsumsi oleh Nayla.Saat ia hendak mengambil obat yang ada di dalam nakas laci, benda yang ia cari tidak ada. Padahal dia yakin obat-obatan tersebut berada di sana.Santi terdiam, lalu ia berpikir untuk mencari kembali di mana Nayla menaruh obat-obatan milikinya.Sementara itu Siska terus saja meminta Santi agar cepat-cepat melancarkan aksinya itu."Santi udah belum?" tanya Siska setengah berbisik dari balik pintu."Tunggu, Bu. obatnya nggak ada. Santi cari dulu.""kenapa bisa gak ada! Pas awal kamu lihatnya di mana, coba ingat-ingat lagi. "Aku gak salah ingat, Bu. Pertama kali ada di nakas. Tapi obat tersebut tidak ada sekarang.""ya udah cepet cari! Jangan banyak bicara kita ini lagi dikejar waktu, takut Nayla atau Ferry pulang
"Raka, tadi kenapa kamu ngomong seperti itu sama para tamu? Bagaimana jika nanti mereka salah paham dan berpikir yang tidak-tidak." ucap Nayla saat mereka hanya berduaan saja balkon rumah dokter Samuel."Tenang saja, mereka tidak akan salah paham. mereka kan hanya tamu, enggak kenal kamu juga, jadi nggak akan ganggu apa-apa.""Menurutmu mungkin tidak akan berpengaruh apa-apa, tapi aku yang udah berpengalaman. Jika seandainya kita ngomong macam-macam sama namanya ibu-ibu sudah dipastikan omongan itu akan merambat ke semua dan akhirnya nanti banyak yang salah paham."Raka tertawa saat mendengar penjelasan dari Nayla. Menurut Raka ini terdengar lucu dan terlalu mendramatisasi. "Tenang saja, oke! Kamu gak usah terlalu dipikirkan biar jadi urusan aku."Nayla pun menghela nafas berat. "Ya sudahlah terserah kamu aja. Tapi kalau ada berita apa-apa jangan salah kan aku. Masih mending digosipin sama anak perawan, lah ini sama istri orang.""Tapi gak masalah tuh, kalau aku digosipinnya sama kamu
"Aku antara kamu pulang, ya." pinta Raka kepada Nayla.Nayla tersenyum sebelum menjawab tawaran dari Raka. "Tidak usah, terima kasih nanti merepotkan. lagi pula ini acaramu.""Ini acara ayahku, bukan aku." balas Raka kemudian."Itukan sama aja. Kamu anaknya itu artinya kamu pun harus selalu ada didekat mereka. Secara gitu ini adalah anniversary pernikahan kedua orang tuamu yang pasti tamu akan bertanya-tanya mana hasil dari pernikahannya selama 32 tahun," ujar dengan terkekeh.'kau ini, ternyata kamu bisa juga melawak. Aku kira hidup kamu itu selalu serius tidak ada bercanda-candanya.""Monoton banget dong hidupku kalau terus dibawa serius, bisa cepet tua aku." "Udah, ya aku pulang. Ini udah siang lagi pulang aku juga belum salat.""Salat di sini saja ada musola, kok. biar nanti pulang ke rumah sudah dalam keadaan selesai salat."Nayla berpikir sejenak lalu seraya melihat jam tangan di tangan kirinya , waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang lebih 30 menit. Apalagi dia mau beli
Acara sudah selesai qobla Magrib, semua tamu undangan sudah meninggalkan kediaman dokter Samuel dan kini dokter Samuel, Nyonya Maureen dan juga Raka tengah duduk bersama seraya menunggu waktu maghrib tiba.Raka tiba-tiba merasa tidak enak perasaan, saat mendapatkannya tatapan penuh intimidasi, dirinya seolah-olah sudah melakukan kesalahan besar dan hendak diadili. Raka pasrah."Mama kenapa sih kok menatap Raka sampai segitunya. Raka punya salah apa?" tanya Raka pada Nyonya Maureen."Kamu nanya Mama kenapa? kamu nggak sadar kesalahan apa yang kamu perbuat?" ungkap Nyonya Mauren dengan sengitnya.Raka menggeleng cepat, ia merasa tidak punya salah apapun sama Mama. Karena merasa seharian ini dirinya nggak melakukan apa-apa. Selain menikmati acara anniversary Mama sama Ayahnya.Nyonya Maureen menepuk keningnya, lalu ia mendesah dan melemparkan tatapan pada dokter Samuel untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.''Ayah aja yang ngomong, kalau mama yang ngomong bisa-bisa Mama meledak!""
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter