Kini tanpa sengaja Nayla dan Santi bertemu di depan halaman kantor polisi. Jika Nayla bersama Raka lain halnya dengan Santi. Ia memilih untuk pergi sendiri. Sebab setelah dari kantor polisi ia bermaksud untuk kembali mendatang rumah Morgan. Tatapan Santi pada Nayla terlihat begitu penuh aura kebencian. Entahlah semakin melihat Nayla bahagia justru Santi merasa tidak senang. Ia akan senang jika kemalangan menghampiri Nayla."Kau datang sendiri?" Tanya Nayla berbasa-basi. Santi menatap sinis ke arah Nayla yang baru saja bertanya padanya."Jangan so akrab. Apa peduli kamu?" Ketus Santi dan ia langsung saja masuk.Melihat respons Santi yang ketus seperti itu membuat Raka menatap Nayla. Dan tatapan itu seperti sebuah isyarat 'kenapa malah bertanya padanya?'"Wanita seperti dia gak perlu kamu baik-baikin. Karena akhirnya dia ngelunjak!'' tutur Raka."Dia kan teman ku. Terlepas bagaimana sikapnya ya, itu terserah dia. Aku hanya ingin menunjukkan padanya jika aku tidak membencinya. Selamany
"Kalian berdua memang pasangan cocok. Sama-sama sok tahu dan sama-sama jadi orang so penting. Jangan pernah ngurusin kehidupan orang lain. Lebih baik urusin saja hidup kalian."Santi tanpa rasa malu sedikitpun berbicara begitu kerasnya. Padahal posisi mereka masih ada di dalam kantor polisi. Tentunya, membuat orang yang ada di sana menoleh pada mereka.Padahal, Nayla dan Raka mereka sengaja memelankan suara mereka.Saat Santi keluar meninggalkan Nayla dan Raka. Nayla langsung mengejar Santi. Ia masih ingin berbicara pada Santi. "Santi tunggu!" Panggil Nayla dan membuat Santi berhenti dengan malas..Santi mendesah lalu menengok pada Nayla yang baru saja sampai di hadapannya."Kamu mau apa lagi, sih? Jangan bilang kamu mau ikut sok campur urusanku?" Terka Santi seraya menyilangkan kedua tangannya di atas perut."Aku bukan mau ikut campur, aku hanya ingin memastikan sesuatu saja sama kamu "."Mau mastiin apa lagi, hah? Aku gak punya banyak waktu!""Aku hanya ingin mendengar langsung dar
Hari berlalu begitu cepat dan kini tibalah acara pernikahan antara Nayla dan Raka tiba. Sementara kasus kematian Morgan ditutup, polisi tidak bisa mendapatkan bukti jika Morgan dibunuh. Oleh karena itu polisi menetapkan jika kematiannya murni karena kecelakaan. Di mana ia terjatuh dari lantai dua rumahnya.Saat ini, Nayla tengah duduk di depan cermin. Melihat penampilannya yang sangat berbeda. Ia pun tidak menyangka akan menikah lagi meskipun pernikahan ini ia lakukan agar ia memiliki keturunan. Tapi percayalah Nayla bahagia dengan pernikahan ini. Karena ia sudah yakin telah mencintai Raka.Mungkin iya dirinya terlalu terobsesi untuk menjadi seorang wanita sempurna. Di mana ia mampu mengandung dan melahirkan. Tapi... Apakah salah memiliki obsesi tinggi seperti itu? Bahkan ia rela nyawanya jadi taruhan asalkan keinginan terbesarnya bisa terwujud."Ya Tuhan, aku niatkan pernikahan ini karena Engkau. Maka aku mohon permudahkan urusanku, " harap Nayla.Sebenarnya, Raka sudah mewanti-wanti
Dari data terakhir transaksi yang dilakukan oleh Siska. Membuat Fery terkejut. Ia bertanya-tanya untuk apa ibunya tinggal di hotel? Yang lebih mengejutkan hotel yang tengah Siska tempati berada di Bandung.Fery hanya bisa mengerutkan keningnya heran. Ia tidak bisa mengambil keputusan atas dasar apa ibunya pergi ke Bandung dan dengan siapa?Untuk membuat ibunya pulang, dengan terpaksa Fery memblokir kartu kredit milik ibunya itu. Ia butuh penjelasan kenapa sang ibu pergi tanpa sepengetahuan dirinya serta pergi dengan melakukan transaksi hampir lima puluh juta."Ada apa dengan ibu? Kenapa dia berubah? Apa mungkin ibu punya kekasih?" Gumam Fery meyakini praduga yang diucapkan Santi tempo hari.Sementara itu, tepatnya di kota Bandung. Siska tengah dipusingkan karena kartu kredit nya tidak bisa digunakan. Padahal ia harus membayar tagihan sang kekasih yang baru saja ia kencani satu bulan lalu. Kekasih yang ia kenal dari teman-temannya.Usia mereka memang terpaut dua puluh tahun. Tapi tida
Saat ini Raka dan Nayla tengah berada di satu kamar yang sama. Ada kecanggungan yang tiba-tiba mereka rasakan.Bahkan keduanya ini terasa seperti mimpi, tidak pernah terpikirkan sebelunya mereka ada di tiitk seperti ini. terutama bagi Raka. Hatinya yang selalu tertutup rapat untuk sosok manusia bernama wanita, hingga di usianya yang sudah mengijak tiga puluh tahun belum pernah sekalipun mersakan yang namnaya jatuh cinta. Hanya Nayla, la wanita pertama dan terakhir yang insya allah ia cintai selamanya.Meskipun ia tahu cintanya hanya dia seorang yang merasakannya, padahal kenyataannya Nayla pun merasakan hal yang sama hanya saja Nayla belum berani untuk mengatakan yang sejujurnya. "Nay,'' "Raka," meraka langsung saling mentapa saat mereka memanggila secara bersamaan. Lagi rasa canggung kembali hadir."kamu duluan," ucap Raka"Kamu aja duluan," ujar Nayla."Enggak, kamu aja dulu mau ngomong apa." ucap lagi Raka."Kamu sekarang pemimpinku, maka kamu duluan yang bicara," ujar Nayla.Rak
Setelah Nayla berpakaian ia langsung saja keluar dari kamar mandi. Rupanya, Raka tengah berdiri di depan pintu dengan penuh kecemasan. Nayla hanya bisa tersenyum kikuk, menyadari jika dirinya terlalu lama di kamar mandi. "Katanya tinggal lima menit lagi, ini sudah berapa lama? Apa yang sedang kamu lakukan di dalam." Tanya Raka. Namun Raka malah terdiam saat melihat sesuatu yang aneh pada Nayla."Tunggu! Kenapa kau terlihat pucat? Kau baik-baik saja kan?" Raka hendak memegang dahi Nayla namun Nayla menghindar."Aku sudah punya wudhu, nanti batal kalau di sentuh. Kamu jangan khawatir, aku gak apa-apa." Bohong Nayla seraya berusaha menahan rasa sakit di area perutnya."Jangan bohong, Nay. Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Apa kau lupa, aku seorang dokter? Sekarang kita salat terlebih dahulu. Nanti kamu aku periksa." ujar Raka.Nayla lupa, jika suaminya memang seorang dokter. Tentunya ia akan tahu walaupun hanya melihat dari raut muka saja. Jika dirinya memang sedang tidak baik
Raka menepati perkataannya, ia benar-benar membelikan kursi roda untuk Nayla. Nayla awalnya menolak karena baginya ini terlalu berlebih tapi dengan sedikit paksaan akhirnya ia nurut.Nayla tahu Raka ingin yang terbaik untuk dirinya. Jadi ia sangat menghargai bentuk perhatian Raka padanya. Usai pemeriksaan Raka hanya bisa menghela napas panjang. Sebisanya ia akan menyembunyikan apa yang terjadi dengan keadaannya.Peluang untuk hamil hanyalah 70:30 dan 30 persen itu adalah keajaiban. Keajaiban jika sang istri bisa hamil."Bagaimana aku menjelaskan ini pada Nayla? Dia pasti akan kecewa. Tapi, jika aku terus menutupinya pada akhirnya ia akan terus berharap dan berakhir dengan keadaannya yang semakin parah." Gumam Raka berbicara sendiri.Saking bingungnya, kepalanya terasa sakit. Tangannya pun sibuk memijat pangkal hidungnya.Clek....Terdengar suara pintu terbuka, Raka langsung mendongak. Dengan jelas ia bisa melihat Nayla yang terlihat pucat datang bersama perawat yang membantu mendorong
Santi yang baru saja datang, ia terkejut saat melihat Fery dan Siska tengah bertengkar. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dipertengkarkan oleh anak dan ibu itu.Namun, sebelum ia bertanya apa yang terjadi. Santi berniat untuk menyapa terlebih dahulu Siska."Ibu, kau sudah pulang," perkataan tiba-tiba itu membuat pertengkaran Siska dan Fery terhenti. Siska menoleh pada Santi. Sayangnya, ia sudah kepalang kesal pada Fery hingga ia pun menampakkan raut tidak suka. Bahkan terkesan tidak peduli."Ayo Fery, cepat aktifkan kembali kartu kredit ibu." "Tunggu! Butuh proses untuk kembali mengaktifkannya. Harusnya ibu tidak usah khawatir kalau kartu punya ibu aku blokir. Bukankah ibu punya kekasih tajir? Lihatlah mobil punyanya saja Alparth keluaran terbaru. Hidup ibu pasti terjamin." "Jangan banyak bicara Fery. Ini itu bukan masalah dia kaya atau tidak. Yang ibu masalahkan di sini, ibu hanya ingin mengambil hak ibu. Ayahmu membangun perusahaan ini dari nol bersama ibu. Jadi, seharusny
Fery begitu menyesal saat melihat Nayla hidup bahagia. Tawanya yang jarang ia lihat saat hidup dengannya, kini justru terlihat dengan jelas saat Nayla hidup dengan pria lain.Kenapa dulu dia menyia-nyiakan wanita sebaik Nayla? Kenapa dia begitu bodohnya melepaskan permata demi sebongkah batu yang sama sekali tidak ada nilainya?Ia memejamkan matanya, merasa percuma penyesalan yang ia rasakan sekarang. Sebab penyesalannya tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.Siska yang sedari tadi ada di samping Fery, memegangi pundaknya. Ia menyadarkan Fery untuk segera pergi."Anggap saja ini adalah karma untuk kita, karena kita sudah menyakiti Nayla. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan ini semua. Sekarang lebih baik kita pergi. Mari kita tata ulang hidup kita dari nol'' tutur Siska."Fery tahu, Bu. Tuhan benar-benar membayar kontan kejahatan yang sudah kita lakukan pada Nayla," ucap Fery menimpali Perkataan Siska.Sekali lagi, Fery menghela napas berat sejurus kemudian la dan Sis
Raka hanya bisa tertunduk rapuh, saat dokter yang menangani Nayla mengatakan jika Nayla harus dioperasi. Bayinya harus secepatnya dilahirkan sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Ia berharap semoga ini adalah jalan terbaik. Ia berharap banyak semoga istri dan anaknya bisa selamat. Sebab ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika bayi mereka harus tiada. Tentunya membuat down sang istri dan ia tidak mau itu terjadi.Lampu tanda operasi sudah padam, itu artinya operasi yang dijalani Nayla sudah selesai. Namun, ia sama sekali tidak mendengar suara tangisan bayi. Terdengar sunyi senyap. Ini membuat Raka khawatir. Ditambah dokter tidak kunjung membuka pintu ruangan operasi. Maureen yang melihat Raka gelisah langsung menghampiri sang anak."Tenang Raka, semuanya pasti akan baik-baik saja, berdoalah." Tutur Maureen seraya mengusap-usap punggung Raka."Raka tidak bisa tenang, Ma. Raka belum tahu keadaan istri dan anak Raka." Jawab Raka begitu lemah."Ya, mama tahu. Mama juga khawatir. Ta
Raka khawatir dengan keadaan Nayla, ia sungguh takut. Jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Nayla. Baginya Nayla adalah hidupnya, ia tidak akan bisa hidup dengan tenang jika terjadi sesuatu yang buruk padanya. Semenjak tahu dirinya hamil, Nayla begitu senang. Ia bahkan mengikuti setiap apa yang dilarang oleh Raka. Termasuk ia dilarang kecapean. Ia dilarang keluar rumah. Ia cukup bedrest di kamar saja.Nayla tahu apa yang dilakukan Raka semata-mata demi keselamatan dirinya. Ia tahu suaminya itu begitu mencintai dirinya, tentunya tidak ingin ada sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Nayla justru merasa tersanjung, ia kini menyadari jika cinta suaminya begitu besar. Namun, di balik kebahagiaannya itu. Nayla memendam sesuatu yang sangat besar. Apa itu? Dia harus bisa menahan rasa sakit. Ya, sewaktu-waktu perutnya Akan terasa sakit, bahkan pernah keluar darah meksipun hanya Sedikit. Dan selama itu pula ia tidak pernah mengatakan pada Raka.Nayla yakin jika dirinya mengadu Raka akan
Nayla tersadar dari pingsannya. Saat matanya sudah terjaga ia mencari sosok suaminya. Nayla mengerutkan kening saat melihat suaminya tengah duduk melamun. Terlihat seperti ada beban yang tengah dipikulnya.Nayla pun very untuk mencari tahu. Nayla beranjak, ia lalu berjalan ke arah Raka seraya mendorong stan infusan.Saking larut dalam lamunan, membuat kehadiran Nayla yang ada di depan matanya sama sekali tidak disadarinya.Nayla pun ikut terduduk di samping Raka, kemudian menepuk pelan pundak Raka hingga Raka terlonjak kaget."Mas," Panggil Nayla seraya menepuk pelan pundak Raka.Raka yang terkejut, semakin terkejut saja melihat Nayla tiba-tiba duduk di sampingnya."Ya Tuhan, sayang Kenapa kamu bangun? Ayo kembali lagi ke ranjang," ujar Raka ia pun hendak menggendong Nayla namun ditahan."Turunin Mas, enggak usah digendong. Aku bisa jalan sendiri," Protes Nayla namun tidak didengarkan oleh Raka."Pokoknya kamu jangan dulu banyak gerak, ya,""Aku udah sehat, Mas. Jangan berlebihan. Lag
Pagi ini, entah kenapa Nayla merasa malas untuk melakukan aktivitas apapun. Yang ia mau hanyalah diam dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Raka datang ke kamar, ia melihat sang istri tengah berbaring dengan berselimutkan selimut tebal berwarna biru laut.Tak biasanya memang, hingga Raka pun dibuat keheranan. Raka duduk di samping Nayla. Ia lalu ikut menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut Yang sama. Tak lupa sebuah pelukan mendarat di sana hingga Nayla pun dibuat kaget.Kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang."Astaghfirullah, mas. Aku kaget." Keluh Nayla seraya membalikkan tubuhnya lalu balas memeluk Raka.Akhir-akhir ini aroma tubuh Raka seperti candu baginya, ini membuat Nayla enggan untuk menjauh dari Raka. Raka sama sekali tidak keberatan saat Nayla selalu saja menempel padanya. Justru ia merasa senang, setidaknya hubungan mereka akan semakin lengket."Mas," panggil Nayla pada Raka."Hmmm," balas Raka."Pernikahan kita sudah lama, tapi kenapa aku tidak hamil
Setelah menunggu selama dua Minggu lamanya, akhirnya hasil dari tes DNA mereka keluar.Alex dan Raka menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA pada Nayla. Mereka ingin nayla yang membacanya. Agar tidak dikira melakukan kecurangan."Buka dan bacalah hasilnya," ujar Alex seraya menyerahkan amplop tersebut."Kenapa harus aku?" Tanya balik Nayla."Biar kamu jadi orang pertama yang tahu. Karena kalau aku sudah yakin jika kamu memang adik perempuan ku, Naina."Tanpa rasa ragu, Nayla pun ngambil amplop tersebut lalu membaca hasil dari tes tersebut.Nayla terlihat serius, membaca hasil tes DNA tersebut. Matanya terus memindai satu persatu kata-kata yang tertulis di sana. Hingga matanya pun berakhir di bagian akhir yang tertulis di sana 99,99% cocok. Itu artinya mereka memang saudara.Kertas yang dipegang nayla Langsung terjatuh. Disertai dengan tubuhnya ikut limbung, beruntung Raka ada di samping sang istri jadi ia bisa langsung menahan tubuh Nayla.Air mata Nayla luruh, ia lalu menatap Alex ya
Nayla langsung mendorong tubuh Alex yang ingin memeluk dirinya. Lagi pula ia masih bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Alex malah mengatakan dirinya adalah adiknya."Lex, kamu jangan kurang ajar. Di depan suamiku kau mau memelukku? Dan kamu juga mas, kenapa malah diam saja?" Cerocos Nayla pada Raka.Raka beranjak, ia berusaha untuk menenangkan Nayla agar tidak salah paham."Tenang sayang, sekarang kamu duduk dulu. Biar aku jelaskan semuanya." Titah Raka dan Nayla pun mengikuti instruksi dari Raka tersebut."Alex terpisah dari adik perempuannya dua puluh dua tahun lalu, saat itu Alex berusia sepuluh tahun sedangkan adik perempuannya berusia tahun. Dan kau mau tahu siapa yang melakukan hal ini? Dia adalah orang tua Fery. Orang tua Fery menculik adik perempuannya Alex. Setelah itu harta kedua orang tua Alex pun tiba-tiba beralih tangan atas nama ayah Fery," sejenak Alex terdiam ia berusaha untuk menelan salivanya terlebih dahulu."Lalu hubungannya dengan aku apa, Mas,?"tanya Nayl
Setelah kejadian di Maldives , hidup Fery dan Siska jadi kacau. Mereka terus saja diteror oleh Alex. Alex tidak akan berhenti mengganggu mereka jika mereka mau memberi tahu di mana keberadaan adik perempuannya.Sedangkan Santi, hidupnya pun tidak kalah kacau ia jadi buronan, karena bukti kejahatannya sudah diserahkan oleh Alex pada polisi. Bukan hanya itu saja, Santi pun diusir oleh Fery saat ia tahu jika bayi yang ada di kandungan Santi bukanlah miliknya. Sedangkan kehidupan Nayla, ia kembali bisa berdamai dengan keadaan. Raka menepati janjinya, ia tidak izinkan Fery untuk mendekati Nayla lagi.Pernah suatu ketika, Fery datang pada Nayla. Ia memaksa agar Nayla ikut dengannya dan memintanya untuk meninggalkan Raka. Namun, Raka mengancam Fery sehingga ia tidak pernah berani lagi mendatangi Nayla. Paling dia hanya mengawasi Nayla dari kejauhan saja.Seperti saat ini misalnya, Fery terus saja memperhatikan nayla. Rasa cintanya kini sudah berubah menjadi sebuah obsesi semata. Semakin la
Orang yang baru saja menahan Alex adalah Raka. Sejak sepuluh menit yang lalu. Raka sudah merasakan ada hal yang akan terjadi pada Alex dan Siska. Dan inilah kejadiannya. Dari kejauhan Raka melihat Alex mencekik Siska.Sekuat tenaga Raka berlari agar secepatnya dapat menghentikan tingkah Alex yang mungkin saja bisa membuat Siska mati."Apa yang kamu lakukan alex? Dia bisa mati!" Raka berkata seraya menarik tubuh Alex untuk menjauh dari tubuh Siska. Napasnya Alex sudah terlihat begitu ngos-ngosan. Karena menahan amarahnya. Sementara Siska dia terus saja terbatuk-batuk. Kemudian, Siska tidak hentinya memaki Alex."Kau gila Lex! Kau hampir membuat aku kehilangan nyawaku. Dasar penipu!""Ini adalah balasan untuk orang jahat seperti kamu!" Alex mengambil sesuatu dari saku celananya. Ternyata ia ngambil dompet, ia mengeluarkan uang seratus ribuan dari sana dan melemparkannya tepat di wajah Siska."Pergi dari sini! Aku sudah muak terus bersandiwara. Sekarang kau tunggu saja apa yang akan ter