Saat ini Raka dan Nayla tengah berada di satu kamar yang sama. Ada kecanggungan yang tiba-tiba mereka rasakan.Bahkan keduanya ini terasa seperti mimpi, tidak pernah terpikirkan sebelunya mereka ada di tiitk seperti ini. terutama bagi Raka. Hatinya yang selalu tertutup rapat untuk sosok manusia bernama wanita, hingga di usianya yang sudah mengijak tiga puluh tahun belum pernah sekalipun mersakan yang namnaya jatuh cinta. Hanya Nayla, la wanita pertama dan terakhir yang insya allah ia cintai selamanya.Meskipun ia tahu cintanya hanya dia seorang yang merasakannya, padahal kenyataannya Nayla pun merasakan hal yang sama hanya saja Nayla belum berani untuk mengatakan yang sejujurnya. "Nay,'' "Raka," meraka langsung saling mentapa saat mereka memanggila secara bersamaan. Lagi rasa canggung kembali hadir."kamu duluan," ucap Raka"Kamu aja duluan," ujar Nayla."Enggak, kamu aja dulu mau ngomong apa." ucap lagi Raka."Kamu sekarang pemimpinku, maka kamu duluan yang bicara," ujar Nayla.Rak
Setelah Nayla berpakaian ia langsung saja keluar dari kamar mandi. Rupanya, Raka tengah berdiri di depan pintu dengan penuh kecemasan. Nayla hanya bisa tersenyum kikuk, menyadari jika dirinya terlalu lama di kamar mandi. "Katanya tinggal lima menit lagi, ini sudah berapa lama? Apa yang sedang kamu lakukan di dalam." Tanya Raka. Namun Raka malah terdiam saat melihat sesuatu yang aneh pada Nayla."Tunggu! Kenapa kau terlihat pucat? Kau baik-baik saja kan?" Raka hendak memegang dahi Nayla namun Nayla menghindar."Aku sudah punya wudhu, nanti batal kalau di sentuh. Kamu jangan khawatir, aku gak apa-apa." Bohong Nayla seraya berusaha menahan rasa sakit di area perutnya."Jangan bohong, Nay. Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Apa kau lupa, aku seorang dokter? Sekarang kita salat terlebih dahulu. Nanti kamu aku periksa." ujar Raka.Nayla lupa, jika suaminya memang seorang dokter. Tentunya ia akan tahu walaupun hanya melihat dari raut muka saja. Jika dirinya memang sedang tidak baik
Raka menepati perkataannya, ia benar-benar membelikan kursi roda untuk Nayla. Nayla awalnya menolak karena baginya ini terlalu berlebih tapi dengan sedikit paksaan akhirnya ia nurut.Nayla tahu Raka ingin yang terbaik untuk dirinya. Jadi ia sangat menghargai bentuk perhatian Raka padanya. Usai pemeriksaan Raka hanya bisa menghela napas panjang. Sebisanya ia akan menyembunyikan apa yang terjadi dengan keadaannya.Peluang untuk hamil hanyalah 70:30 dan 30 persen itu adalah keajaiban. Keajaiban jika sang istri bisa hamil."Bagaimana aku menjelaskan ini pada Nayla? Dia pasti akan kecewa. Tapi, jika aku terus menutupinya pada akhirnya ia akan terus berharap dan berakhir dengan keadaannya yang semakin parah." Gumam Raka berbicara sendiri.Saking bingungnya, kepalanya terasa sakit. Tangannya pun sibuk memijat pangkal hidungnya.Clek....Terdengar suara pintu terbuka, Raka langsung mendongak. Dengan jelas ia bisa melihat Nayla yang terlihat pucat datang bersama perawat yang membantu mendorong
Santi yang baru saja datang, ia terkejut saat melihat Fery dan Siska tengah bertengkar. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dipertengkarkan oleh anak dan ibu itu.Namun, sebelum ia bertanya apa yang terjadi. Santi berniat untuk menyapa terlebih dahulu Siska."Ibu, kau sudah pulang," perkataan tiba-tiba itu membuat pertengkaran Siska dan Fery terhenti. Siska menoleh pada Santi. Sayangnya, ia sudah kepalang kesal pada Fery hingga ia pun menampakkan raut tidak suka. Bahkan terkesan tidak peduli."Ayo Fery, cepat aktifkan kembali kartu kredit ibu." "Tunggu! Butuh proses untuk kembali mengaktifkannya. Harusnya ibu tidak usah khawatir kalau kartu punya ibu aku blokir. Bukankah ibu punya kekasih tajir? Lihatlah mobil punyanya saja Alparth keluaran terbaru. Hidup ibu pasti terjamin." "Jangan banyak bicara Fery. Ini itu bukan masalah dia kaya atau tidak. Yang ibu masalahkan di sini, ibu hanya ingin mengambil hak ibu. Ayahmu membangun perusahaan ini dari nol bersama ibu. Jadi, seharusny
Semenjak kejadian itu, hubungan antara Fery, Santi dan Siska semakin renggang. Tidak pernah tegur sapa bahkan lebih parahnya lagi Siska sudah tidak tinggal di rumah Fery.Siska memilih untuk tinggal bersama Alex padahal status mereka bukanlah suami istri. Tapi, Siska tidak peduli baginya Alex sekarang adalah alasan dirinya untuk bahagia.Sementara Santi, ia harus kembali membujuk Fery. Hubungan mereka kembali ke awal. Di mana Fery berubah dingin. Ia akan dekat dengan Santi jika ia ingin mengelus perutnya Santi. Yang mana Fery masih mengira jika bayi yang ada di dalam kandungan Santi adalah bayinya.Santi stres, ia tidak tahu harus dengan cara apalagi agar mendapatkan maaf Fery. Ia tidak rela hubungan mereka kembali renggang, susah payah ia berhasil bersatu. Karena tipuannya yang mengatakan jika bayi dalam kandungannya adalah milik Fery padahal bukan.Santi melihat Fery tengah duduk di ruang kerjanya seraya melamun. Hingga kedatangan dirinya tidak disadari oleh Fery. Dengan perlahan Sa
Alex tersenyum senang saat, ia berhasil untuk memanfaatkan Santi demi terwujudnya misinya. Ia merasa beruntung sebab dirinya memiliki alat bukti kejahatan Santi.Alex sendiri adalah sepupu jauh dari Morgan sekaligus orang kepercayaannya. Apa yang Morgan rasakan selalu ia ceritakan padanya. Termasuk, tentang kehamilan Santi. Morgan merasa jika itu adalah bayi miliknya.Lalu hubungan Alex dengan keluarga Fery tentunya ini masalah dendam. Ia sengaja memanfaatkan Siska dan Santi untuk mencapai kemenangannya. Dan satu fakta lainnya jika Alex bukanlah orang jahat. Dia pria baik namun bersembunyi di balik balas dendam."Setelah semuanya beres, aku akan merasa lega. Meskipun aku tahu cara aku mendapatkannya salah. Lantas tidak ada cara lain, jika pun aku meminta secara baik-baik, yakin seribu persen mereka tidak akan mengembalikannya. Tapi, inilah janjiku. Jika harta keluargaku bisa kembali padaku. Maka semuanya akan aku sumbangkan. Aku hanya akan mengawali dari nol membangun perusahaan ayah.
Hari ini Fery memutuskan untuk ke rumah sakit. Ia tahu betul jadwal check up Nayla. Meskipun ia sudah lama tidak pernah ikut jadwal check up, tapi ia tidak lupa.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Bahkan untuk jam check up saja Fery masih ingat betul. Dia sengaja tiba lebih cepat dari Nayla. Sebab niatnya ia akan mencegat Nayla lalu saat itu pula langsung meminta maaf dengan apa yang telah ia lakukan padanya.Memarahinya sampai meragukan kepercayaan nya pada Nayla. Ia merasa malu sendiri.Tepat pukul sepuluh, ada mobil yang berhenti di depan rumah sakit. Intinya setiap mobil yang berhenti pasti tidak luput dari perhatiannya. Dan ia yakin kali ini tidak akan salah. Dugaannya benar jika mobil tersebut, mobil yang ditumpangi Nayla. Ia pun hendak menghampiri. Namun, langkahnya langsung terhenti tatkala ia melihat Raka. Wajah Fery semakin terlihat muram saat melihat Nayla dan Raka begitu mesra.Nayla merangkul lengan Raka, sesekali Nayla menyenderkan kepalanya
Nayla menatap Raka, ia hendak mencari jawaban kenapa Fery bisa ada di sini. Raka hanya bisa mengangkat sebelah bahunya lalu mengayunkan tangannya pertanda jika nayla harus menanyakan langsung pada Fery."Mas Fery ada apa mencari ku?" Tanya Nayla. Fery langsung saja menoleh.Tahu sudah ada nayla, Fery pun segera menghampiri Nayla. Ia awalnya ingin memeluk Nayla, namun nayla kepalang menjauh."Maaf mas, kita bukan mahram. Kita tidak bisa sembarangan bersentuhan." Tuturan Nayla.Rasanya Fery ingin protes, karena Nayla melarangnya untuk memeluk dengan alasan bukan mahram. Tapi, sudah jelas tadi ia melihat nayla dan Raka bergandengan dengan mesra. Kenapa mereka bisa?Sayangnya, perasaan ingin protes tersebut ia tahan. Sebab ia tidak ingin membuat mood Nayla malah rusak dan memilih untuk tidak mau bicara dengan dirinya."Maaf mas lupa, jika sekarang kita tidak memiliki hubungan apapun lagi." Ucap Fery begitu lemah."Jadi, ada apa kamu mau menemui ku?" Tanya Nayla langsung pada intinya."Bis