Beranda / Romansa / Istri untuk Papa / Bab 84 - Bertemu Dengan Keluarga Besar

Share

Bab 84 - Bertemu Dengan Keluarga Besar

Penulis: Aurel Ntsya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-02 08:00:54
"Apa Anda benar-benar ingin menemuinya sekarang? Anda masih dalam keadaan belum sehat sepenuhnya, bagaimana jika nanti saja," saran Adrian.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman keluarga Besar Brian. Rumah sang kakek yang menjadi tempat tinggal Bibi Megan, juga beberapa keluarga besarnya yang masih berada di sana. Ini kali pertama Brian menginjakkan kakinya kembali di rumah ini, setelah sang Ayah meninggal.

"Lihat, siapa yang datang!"

"Aku tidak salah lihat 'kan? Sepertinya aku harus memeriksa kesehatan mataku."

"Hei, Bro. Kau tidak sedang bermimpi 'kan? Keajaiban apa yang telah terjadi hingga membawamu sampai di sini?"

"Lihatlah, Apakah ini adalah CEO kita? Aku pikir dia sudah tidak ingat dengan keluarganya, dia bahkan memasukkan pamannya sendiri ke dalam jeruji besi hanya karena kesalahan sepele."

Brian tidak mempedulikan ocehan dari para sepupu serta bibinya yang ternyata sedang bersantai di taman depan rumah. Brian melaluinya begitu saja, karena tujuan Brian buka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri untuk Papa   Bab 85 - Apa yang Harus Dilakukan?

    "Maaf, karena Bibi kau harus merasakan semua ini," ujar Bibi MeganBrian berjalan menuruni tangga sendirian, kata-kata Bibi Megan seakan masih terputar di kepalanya. Brian merasa itu sudah cukup. Brian sudah menemukan jawabannya, tapi entah mengapa ia jadi merasa tak enak hati. Seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya."Apa kau kemari untuk membuat Bibi Megan berhenti bekerja? Kau benar-benar ingin melihat kami mati kelaparan?"Salah satu sepupunya menghalangi langkah kaki Brian. Mendengar apa yang dikatakan Brian sebelum menemui Bibi Megan, membuat ia berpikir kalau Brian akan membuat Bibi Megan berhenti bekerja."Ck, mengganggu saja!" decak Brian yang kini merasa kesal. Rasa mengganjal yang tadi dirasakannya menguap begitu saja setelah melihat wajah tengik sepupunya itu. Belum lagi sepupu serta bibinya yang lain memandangi mereka dari jarak cukup jauh, mereka seolah menunggu apa yang akan dikatakan Brian."Berapa usiamu sekarang?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Istri untuk Papa   Bab 86 - Keberadaan Luna

    Di lain tempat, seorang perempuan tampak menyeka keringatnya karena sudah terlalu lama duduk. Meski begitu, ia tidak juga beranjak dari tempatnya. Ia menunggu kedatangan seseorang."Nak, lebih baik kau istirahat dulu. Suamimu masih belum pulang, tunggulah di rumah," seorang wanita paruh baya menegur perempuan tersebut yang sekarang duduk di halte, menunggu kedatangan sang suami."Aku akan menunggu di sini saja, Mak. Lagipula, di sini juga terasa lebih sejuk," jawabnya sembari mengusap permukaan perutnya yang sudah besar. "Kau ini, sangat sulit diberitahu," decaknya. Wanita paruh baya itu lalu menghampiri Luna, menemaninya sembari mengusap-usap perut Luna. Iya, perempuan itu adalah Luna."Sebentar lagi kau akan melahirkan, dan suamimu masih berada di kota. Seharusnya dia mengambil cuti dulu dan menemanimu," ucapnya."ini baru masuk delapan bulan Mak, masih ada satu bulan lebih," jelas Luna."Tetap saja, kita tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri untuk Papa   Bab 87 - Menemukanmu

    "Papa! Papa mau kemana?" Bintang terus mengikuti langkah kaki Brian yang berjalan ke sana-kemari."Bintang, apakah Bintang sudah memberitahu Ayah dokter kalau hari ini Bintang tidak ke sekolah?" tanya Brian yang justru balik bertanya pada Bintang, tanpa menjawab pertanyaan Bintang.Ini masih sangat pagi, dan seharusnya Bintang sudah berangkat ke sekolah. Namun, yang ada adalah Bintang yang datang ke rumah Brian dan terus mengikutinya.Brian dan Dokter Rio memang sudah menjadi tetangga saat Bintang tidak ingin jauh dari Brian, jadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan Dokter Rio saat itu adalah, membeli rumah yang ada di dekat rumah Brian. Meskipun harganya jadi tiga kali lipat lebih mahal, namun itu demi Bintang yang juga tidak mau jauh dari Papanya.Karena itulah, Adrian terkadang merasa kesal saat mendengar Brian menyebut-nyebut mengenai jadwal untuk dia bertemu Bintang. Padahal mereka bisa bertemu setiap harinya, Brian hanya perlu membuka paga

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • Istri untuk Papa   Bab 88 - Di Bawah Tangisan Semesta

    Hari sudah berganti, dan Luna masih melakukan hal yang setiap harinya ia lakukan. Duduk di halte, menunggu. "Luna, bukankah Baim tidak akan datang dalam waktu dekat? Mengapa masih menunggunya, lebih baik pulanglah ke rumah, sebentar lagi akan turun hujan." Seorang perempuan yang baru pulang dari ladang datang menghampiri Luna."Kamu terus duduk di sini setiap hari, apa kamu tidak capek? Lebih baik istirahat di rumah saja, kalau kamu merasa bosan karena tidak ada teman ngobrol, kamu datang saja ke warung, adik perempuan aku selalu ada di sana.."Sumber mata pencaharian utama penduduk di desa ini adalah dari hasil berkebun dan juga menanam tanaman jangka pendek di ladang. Sehingga, mereka lebih banyak menghabiskan waktu bekerja di kebun atau di ladang dari pada di rumah."Tidak apa-apa Lis, aku lebih suka di sini saja, lebih sejuk," jawab Luna."Yasudah, aku pulang dulu. Ingat, cepat balik ke rumah. Sebentar lagi akan turun hujan, langit u

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri untuk Papa   Bab 89 - Cerita Kita

    Brian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang ada di dalam rumah, meski terlihat sederhana, namun di sini benar-benar nyaman. Akan tetapi, bukan itu yang sekarang mengganggu pikiran Brian. Kemana saja Brian selama ini, membiarkan istrinya tinggal sendirian, merasakan kesulitan sendirian, di saat Luna tengah mengandung anaknya. Brian benar-benar dipenuhi rasa bersalah.Seandainya Brian tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan sempat menaruh rasa benci pada Luna, semua ini pasti tidak akan terjadi. Luna tidak akan menderita sendirian, karena Brian pasti akan menemukannya saat itu juga. 'Semua ini, salahku!' pikir Brian."Brian!""Brian!"Brian terkejut, sontak ia menoleh ke arah Luna yang duduk di dekatnya. Padahal mereka hanya berjarak beberapa sentimeter, mengapa Luna harus berteriak segala."Aku bicara padamu! Mengapa hanya diam saja." Luna melotot, kesal saat ia bercerita panjang lebar tapi Brian hanya diam, sibuk dengan pikirannya sendiri."Maaf, sayang. Aku tidak menden

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Istri untuk Papa   Bab 90 - Sangsi

    Suasana di rumah pemangku adat sedang ramai-ramainya, para warga berkumpul untuk memastikan berita burung yang sudah menyebar.Luna, perempuan yang baru pindah ke kampung mereka, diberitakan melakukan pelanggaran adat. Tantu saja hal ini menjadi buah bibir yang mengantarkan banyak warga menuju rumah pemangku adat, untuk memastikan bagaimana kebenarannya.Luna memang sudah dikenal oleh beberapa orang, termasuk orang tuanya, mengingat Luna dan orang tuanya pernah tinggal di kampung ini sewaktu Luna masih kecil. Dan Luna baru kembali lagi menampakkan diri selama beberapa bulan ini, dengan Luna yang berstatus sebagai istri dari Baim yang bekerja di kota."Jadi, Nak Luna bisa jelaskan dulu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya sang pemangku adat, "apakah berita itu benar, bahwa kamu selingkuh disaat suami kamu sedang bekerja di kota?""Kami tidak selingkuh, dia istri saya!" tegas Brian.Brian tidak suka mendengar nama Luna disertakan sebagai istri dari pria lain, karena Luna hanyalah istrin

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Istri untuk Papa   Bab 91 - Pejanjian Kita

    Brian duduk termenung, memandangi permukaan jari manisnya, dimana sebuah cincin mengikat di sana. Cincin pernikahannya dengan Luna."Aku begitu mencintaimu Luna, hingga melupakan satu hal. Bahwa aku akan melepaskanmu setelah kamu menemukan sosok pria yang bisa kamu jadikan rumah yang nyaman, yang akan melindungimu setiap saat," gumam Brian."Apakah sekarang sudah waktunya?""Apakah, dia orang yang akhirnya kamu pilih?"Brian menghela napas, perasaannya tak menentu. Apakah Brian bisa melepaskan Luna untuk orang lain? Bagaimana dengan anak yang dikandung Luna, bukankah itu anak Brian?"Anda hanya membuang-buang waktu di sini, saat istri Anda sedang kesakitan karena merasa keram pada perutnya."Adrian yang sedari tadi menatap Brian dari jarak yang cukup jauh, memutuskan untuk langsung menghampiri Brian. Adrian ingin merasa kasihan, namun disisi lain Adrian juga merasa kesal dengan sikap tidak sabaran Brian. Hingga ia terus menerus s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Istri untuk Papa   Bab 92 - Persiapan Kembali ke Rumah

    Ucapan permohonan maaf dan juga pelaksanaan sangsi atas pelanggan hukum adat yang telah dilakukan oleh Luna dan Baim, berlangsung dengan lancar. Penanaman seratus pohon tanaman selesai hanya dalam sekejap, karena dilakukan oleh puluhan orang pengawal gabungan milik Brian dan juga Baim."Terima kasih, sudah menjaga Luna disaat aku tidak ada di sampingnya," ucap Brian."Hm, aku harap kau tidak melakukan itu lagi. Atau kau akan benar-benar kehilangan Luna selamanya!""Sekarang, Luna adalah adikku. Jadi, jangan mencoba untuk menyakitinya, atau kau tidak akan bertemu lagi dengannya!"Brian hanya tersenyum, karena tanpa Baim mengancam seperti itu pun, Brian tidak akan pernah menyakiti Luna. Brian tidak akan pernah melepas Luna dari genggamannya."Aku dengar, kau sudah menikah. Apakah itu pernikahan yang sengaja tidak kau ungkap ke publik?"Brian cukup tahu dengan Baim sebagai sesama rekan kerja, jadi seharusnya Brian mendapatkan undangan atas pernikahan Baim. Namun, Brian bahkan tidak perna

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10

Bab terbaru

  • Istri untuk Papa   Bab 97 - Perayaan

    Baru saja matahari terbit, jelas bersinar sang surya, saat itu berjalanlah seorang perempuan, berdiri di ujung tangga di atas sana. Pandangannya mengarah ke bawah, melihat kesibukan orang-orang yang begitu ramai.Setiap sudut ruangan telah dihiasi dengan bunga mekar yang begitu segar, mengeluarkan aroma harum yang menyerbak ke penjuru rumah. Ribuan hiasan berkilau layaknya permata yang menyejukkan mata. Sorot lampu bercahaya keemasan menyinari setiap ruang. "Sayang, mengapa berdiri di sini, hm?" Dengan lembut, melingkarkan tangannya di perut sang istri. Dagunya bertumpu pada bagian pundak, membuat pipi mereka saling bersentuhan."Brian, kamu meninggalkan Bara sendirian?" tanya Luna, menoleh untuk melihat wajah sang suami yang masih diselimuti rasa kantuk."Ada Bintang yang menemaninya, sayang. Bara juga belum bangun. Sekarang jawab pertanyaan aku, mengapa berdiri di sini?" tanya balik Brian yang masih menuntut jawaban atas pertanyaannya.

  • Istri untuk Papa   Bab 96 - Dialog Kenangan

    "Mengapa tidak pernah mengatakan padaku, bahwa Bibi Megan yang selama ini mengancam kamu?" sesal Brian, menyayangkan sikap Luna yang menyembunyikan kejahatan Bibi Megan selama ini. Sehingga Brian tetap berpikir kalau Bibi Megan adalah orang yang sangat baik."Maaf, Bibi Megan mengancam aku. Dan, aku tidak ingin kehilangan rumah itu, karena hanya itulah satu-satunya peninggalan orang tuaku," cicit Luna, turut merasa bersalah."Jadi kamu rela menukar aku dengan rumah panggung itu?" tanya Brian yang berpura-pura merajuk, namun sebenarnya ia hanya bergurau saja.Luna tertawa, beberapa hari ini Brian sering mengungkit-ungkit kalau Luna rela menukar suaminya demi harta. Hal itu membuat Luna merasa geli sendiri, apalagi mengingat wajah Brian yang seolah begitu kesal saat mengatakan itu. Seolah Brian tidak memiliki harga sedikit pun jika dibandingkan dengan rumah panggung peninggalan orang tua Luna."Bukan seperti itu, sayang." Luna mengusap wajah Brian y

  • Istri untuk Papa   Bab 95 - Obrolan Pengantar Tidur

    "Jadi, sebenarnya Adrian menyadari perasaan Sely, tapi dia memilih acuh dan pura-pura tidak tahu?" tanya Luna, masih tidak menyangka."Hm," jawab Brian bergumam, ia semakin erat memeluk perut Luna sembari melabuhkan beberapa kecupan.Saat sebelum tidur, Brian lebih sering mensejajarkan tubuhnya tepat di depan perut Luna, agar ia lebih muda mengusap-usap perut Luna saat tiba-tiba Luna merasa keram. Sebelum itu, Brian juga selalu menyempatkan diri untuk memberi pijatan di seluruh tubuh Luna, karena Luna yang hampir setiap saat mengeluh karena merasa pegal pada seluruh tubuhnya."Sayang, jawab yang benar. Jangan hm, hm, saja," protes Luna sembari meminta Brian untuk menatapnya."Iya, sayang. Adrian tahu kalau Sely suka sama dia.""Terus, kenapa dia diam saja? Mengapa tidak mengungkapkan perasaannya? Atau, jangan bilang Adrian menunggu Sely yang mengungkapkan perasaan lebih dulu." Luna tidak habis pikir jika memang Adrian melakukan itu.

  • Istri untuk Papa   Bab 94 - Berkumpul

    "Seperti yang saya duga, Anda yang akan telat."Brian berpura-pura tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian. Brian baru keluar dari kamar utama setelah selesai mandi, dan ternyata sudah banyak orang yang menunggunya."Kau seperti tidak tahu saja, orang yang lagi melepas rindu itu seperti apa," balas Dokter Rio yang juga berada di sana."Memangnya, Anda tahu?" balas Adrian yang balik bertanya."Sepertinya, kau juga tidak tahu."Meski hubungan Adrian dan Dokter Rio sudah tidak seburuk dulu, namun yang sekarang tidak bisa juga disimpulkan sebagai hubungan yang terjalin dengan baik. Karena mereka belum bisa mengobrol dengan santai, dan lebih sering berdebat."Mengapa malah kalian yang jadi berisik!" tegur Sely saat Adrian dan juga Dokter Rio masih juga berdebat, "kalian tidak dipanggil ke sini untuk memperdebatkan hal yang tidak jelas!"Adrian dan Dokter Rio sontak menutup rapat mulut mereka. Namun, mereka saling melem

  • Istri untuk Papa   Bab 93 - Kerinduan Yang Terbayarkan

    Luna masih berdiri di tempatnya, meragukan pengelihatannya atas sambutan yang baru saja ia dapatkan saat turun dari mobil. Luna bahkan merasa kalau kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul."Selamat datang kembali, sayang." Brian memeluk Luna dari belakang, melingkarkan tangan di perut besar Luna, mengusapnya pelan."Selamat datang di rumah, Baby," bisik Brian.Namun, Luna masih juga diam. Ia hanya berfokus pada sosok anak kecil yang begitu ia rindukan, Bintang. Dia ada di sana, menyambut Luna dengan sebuah buket bunga yang jauh lebih besar dari tubuhnya."Mama…." lirih Bintang, berjalan dengan pelan menghampiri Luna dengan membawa buket bunga besar itu."Mama…." Luna tak sanggup lagi, ia melepaskan diri dari Brian, merentangkan tangan, menunggu Bintang datang dalam dekapannya."Mama kemana saja? Bintang menunggu Mama, Bintang rindu dengan Mama, Bintang hanya ingin Mama Luna, bukan Bibi Sely. Maafkan Bintang, Mama." Bint

  • Istri untuk Papa   Bab 92 - Persiapan Kembali ke Rumah

    Ucapan permohonan maaf dan juga pelaksanaan sangsi atas pelanggan hukum adat yang telah dilakukan oleh Luna dan Baim, berlangsung dengan lancar. Penanaman seratus pohon tanaman selesai hanya dalam sekejap, karena dilakukan oleh puluhan orang pengawal gabungan milik Brian dan juga Baim."Terima kasih, sudah menjaga Luna disaat aku tidak ada di sampingnya," ucap Brian."Hm, aku harap kau tidak melakukan itu lagi. Atau kau akan benar-benar kehilangan Luna selamanya!""Sekarang, Luna adalah adikku. Jadi, jangan mencoba untuk menyakitinya, atau kau tidak akan bertemu lagi dengannya!"Brian hanya tersenyum, karena tanpa Baim mengancam seperti itu pun, Brian tidak akan pernah menyakiti Luna. Brian tidak akan pernah melepas Luna dari genggamannya."Aku dengar, kau sudah menikah. Apakah itu pernikahan yang sengaja tidak kau ungkap ke publik?"Brian cukup tahu dengan Baim sebagai sesama rekan kerja, jadi seharusnya Brian mendapatkan undangan atas pernikahan Baim. Namun, Brian bahkan tidak perna

  • Istri untuk Papa   Bab 91 - Pejanjian Kita

    Brian duduk termenung, memandangi permukaan jari manisnya, dimana sebuah cincin mengikat di sana. Cincin pernikahannya dengan Luna."Aku begitu mencintaimu Luna, hingga melupakan satu hal. Bahwa aku akan melepaskanmu setelah kamu menemukan sosok pria yang bisa kamu jadikan rumah yang nyaman, yang akan melindungimu setiap saat," gumam Brian."Apakah sekarang sudah waktunya?""Apakah, dia orang yang akhirnya kamu pilih?"Brian menghela napas, perasaannya tak menentu. Apakah Brian bisa melepaskan Luna untuk orang lain? Bagaimana dengan anak yang dikandung Luna, bukankah itu anak Brian?"Anda hanya membuang-buang waktu di sini, saat istri Anda sedang kesakitan karena merasa keram pada perutnya."Adrian yang sedari tadi menatap Brian dari jarak yang cukup jauh, memutuskan untuk langsung menghampiri Brian. Adrian ingin merasa kasihan, namun disisi lain Adrian juga merasa kesal dengan sikap tidak sabaran Brian. Hingga ia terus menerus s

  • Istri untuk Papa   Bab 90 - Sangsi

    Suasana di rumah pemangku adat sedang ramai-ramainya, para warga berkumpul untuk memastikan berita burung yang sudah menyebar.Luna, perempuan yang baru pindah ke kampung mereka, diberitakan melakukan pelanggaran adat. Tantu saja hal ini menjadi buah bibir yang mengantarkan banyak warga menuju rumah pemangku adat, untuk memastikan bagaimana kebenarannya.Luna memang sudah dikenal oleh beberapa orang, termasuk orang tuanya, mengingat Luna dan orang tuanya pernah tinggal di kampung ini sewaktu Luna masih kecil. Dan Luna baru kembali lagi menampakkan diri selama beberapa bulan ini, dengan Luna yang berstatus sebagai istri dari Baim yang bekerja di kota."Jadi, Nak Luna bisa jelaskan dulu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya sang pemangku adat, "apakah berita itu benar, bahwa kamu selingkuh disaat suami kamu sedang bekerja di kota?""Kami tidak selingkuh, dia istri saya!" tegas Brian.Brian tidak suka mendengar nama Luna disertakan sebagai istri dari pria lain, karena Luna hanyalah istrin

  • Istri untuk Papa   Bab 89 - Cerita Kita

    Brian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang ada di dalam rumah, meski terlihat sederhana, namun di sini benar-benar nyaman. Akan tetapi, bukan itu yang sekarang mengganggu pikiran Brian. Kemana saja Brian selama ini, membiarkan istrinya tinggal sendirian, merasakan kesulitan sendirian, di saat Luna tengah mengandung anaknya. Brian benar-benar dipenuhi rasa bersalah.Seandainya Brian tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan sempat menaruh rasa benci pada Luna, semua ini pasti tidak akan terjadi. Luna tidak akan menderita sendirian, karena Brian pasti akan menemukannya saat itu juga. 'Semua ini, salahku!' pikir Brian."Brian!""Brian!"Brian terkejut, sontak ia menoleh ke arah Luna yang duduk di dekatnya. Padahal mereka hanya berjarak beberapa sentimeter, mengapa Luna harus berteriak segala."Aku bicara padamu! Mengapa hanya diam saja." Luna melotot, kesal saat ia bercerita panjang lebar tapi Brian hanya diam, sibuk dengan pikirannya sendiri."Maaf, sayang. Aku tidak menden

DMCA.com Protection Status