Suara itu terdengar tegas. Sekalipun tidak menggunakan mic, semuanya mampu mendengar ucapan pria tersebut, termasuk Verena.Alhasil, semua orang pun menoleh ke sumber suara.Tak disangka oleh Verena maupun Gerald, yang berbicara adalah Keith sendiri!Tampak pria itu berdiri tidak jauh dari panggung, dan mata Keith yang berwarna abu tajam itu melirik Verena sesaat, sebelum kemudian dia menoleh pada Gerald.“T-Tuan Keith ….” Gerald tergagap menatap Keith yang menatapnya tajam.“Apa Anda berusaha untuk memperburuk hubungan saya dengan Kakak saya?”"A-apa?” Gerald kaget. “Bu-bukan maksud saya untuk itu, Tuan," ucap Gerald buru-buru. Sepertinya ia tidak menyangka bahwa Keith yang ia agung-agungkan sebagai penerus akan membela Verena. "Hanya saja, saya mengkhawatirkan kinerja Nona Verena! Kita belum melihat kontribusinya. Rasanya jika harus mengakui dia sebagai pengganti–""Dari sekian banyak orang yang berkontribusi terhadap Miller Group, Verena adalah orang kedua setelah ayahku yang palin
“Memang benar kerja sama itu dilaksanakan oleh Vera Jones, yang mana nama tersebut adalah nama singkatan yang digunakan Nona Verena selagi bekerja, Verena Miller Jones.”Keheningan menyambut ucapan Ashton tersebut, tapi Verena bisa melihat keterkejutan di mata para hadirin yang ada, baik yang tadi menolak dirinya maupun yang diam saja. Sesungguhnya, Verena merasa sedikit terhibur saat melihat bagaimana ibu tiri dan kroconya melotot, menunjukkan betapa syoknya mereka akan informasi terakhir.Menarik. Seharusnya Verena melakukan ini sejak lama.Atau tidak, karena dengan begitu Verena lebih cepat menjadi alat bagi sang ayah. Tindakan ini penting untuk dilakukan memang, tapi sang ayah bukanlah alasannya mengembangkan bakat dan koneksi.Setelah hening selama beberapa detik, keributan kembali meledak di antara para tamu. Kebanyakan bereaksi tidak percaya, mempertanyakan kenapa bisa Verena ada di balik nama besar Vera Jones dan apakah benar wanita itu yang membuat Miller Group selamat. Namu
“Ayo. Biar kukenalkan pada beberapa orang yang harus kamu ambil hatinya.”Verena masih mengamati lengan yang disodorkan padanya tersebut sebelum kemudian menyentuh lengan itu dan menariknya menjauh dari keramaian, agar tidak terlalu menjadi pusat perhatian.“Ada yang ingin aku tanyakan dulu,” ucap Verena kemudian. “Kamu–”Keith menatap sang kakak. “Aku tidak punya pacar,” katanya langsung, sebelum Verena sempat bertanya lebih lanjut. Bibirnya sedikit cemberut. “Jadi, berhenti menanyakan di mana dia.” Jeda sejenak. “Kan. Sudah kujawab.”Tanpa bisa ditahan, Verena memutar bola matanya sebagai respons ucapan adiknya.“Bukan itu yang ingin kutanyakan,” ucap Verena. Wanita itu menghela napas. “Dasar sok tahu.”Lagi pula, bukannya pertanyaan itu tadi menyinggung Keith? Apakah adiknya itu berpikir bahwa Verena akan menanyakan pertanyaan yang sama setelah kejadian tadi?Memang di mata Keith, dia sangat-sangat tidak tahu diri ya?“Hm?” Keith sedikit mengerutkan keningnya. “Lalu?”Verena sebena
Eric Gray awalnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat.Pria itu sendiri sudah lama tidak bertemu Verena, bahkan bisa dibilang menghindar. Mungkin beberapa orang menyadarinya, termasuk Valency. Perihal bisnisnya di Evermore belakangan berkaitan dengan wanita itu, alih-alih diurus oleh Verena seperti sebelum-sebelumnya.Semua karena obrolan mereka setelah malam itu.Sejauh ini, semuanya lancar. Menurutnya.Karena ia tidak harus mengejar wanita yang dijadikan syarat oleh ibunya agar bisa menduduki posisi pewaris serta tidak perlu mempertanggungjawabkan malam panas itu karena wanita yang ingin ia tahan di sisinya justru menolaknya dengan keras. Eric bisa berfokus pada urusan bisnis tanpa distraksi atau gangguan.Ya. Semuanya lancar. Sebelum ia melihat Verena Jones menuruni panggung didampingi oleh dua orang pria yang tampak memperebutkannya."Bagaimana bisa ... dia di sini?" Pria itu bergumam pada dirinya sendiri. Ia baru saja sampai di aula pesta beberapa menit yang lalu, atas undanga
"Dia bahkan mampu membuat saya melamarnya hanya dengan satu malam saja.""Tuan Gray!" Verena menyergah. Apa-apaan pria ini!? "Jaga ucapan Anda. Mohon jangan membuat salah paham."Kemudian, wanita itu menoleh pada Keith yang tidak banyak bicara di sampingnya."Tuan Gray ini adalah klien yang sempat bekerja sama denganku di Evermore," jelasnya dengan nada profesional, sebelum Eric Gray membuat situasi makin tidak nyaman. Sendirinya, Verena memutuskan untuk mengurusi kemunculan pria ini dengan dingin.Tidak peduli betapa keras jantungnya berdebar saat ini.Untungnya, kali ini adiknya, Keith, menanggapi. Sekalipun dengan nada datarnya seperti semula."Nama Anda cukup familier di telinga saya belakangan ini, tapi baru kali ini saya bertemu dengan Anda," ucap Keith. "LuxGray. Apakah benar?"Eric memasukkan salah satu tangannya ke kantong celana, mengamati Keith selama beberapa saat yang singkat sebelum menjawab."Benar. Namun, sayang sekali, saya tidak familier dengan Anda, Tuan Miller." Er
"Dasar jalang! Kamu benar-benar persis seperti ibumu!"Verena hampir yakin setelah mengatakan itu, Kimberly akan menerkamnya. Namun, untungnya hal tersebut tidak terjadi. Adik tirinya itu hanya berdiri di depan pintu dengan dada naik turun dan wajah memerah karena marah.Sementara itu, Verena diam, menimbang situasi dengan tenang.Memikirkan apa yang membuat Kimberly tiba-tiba menghampirinya di toilet dan mengatainya seperti itu.Apakah ini kelanjutan dari berdebatan mereka tadi? Atau ada kejadian lain yang memicu?Sekalipun begitu, Verena tidak menyukai nada suara Kimberly yang tengah menghina ibunya."Hujatanmu mulai terdengar membosankan, jujur saja," ucap Verena dengan nada dingin. Bila sudah seperti ini, sorot matanya tidak jauh berbeda dengan Aster, memancarkan dominasi yang sama. "Karenanya, sekali lagi kamu membawa-bawa ibuku, putri Aster Miller atau bukan, aku akan benar-benar menghajarmu, Kim."Dalam kondisi normal, mungkin ucapan itu akan membawa dampak sesuai yang diharapk
"Dia milikku! Kami sudah dijodohkan sejak awal!"Verena cukup terkejut dan heran dengan informasi terbaru ini. Namun, ia tidak terlalu menunjukkannya. Verena juga tidak menampilkan rasa penasarannya akan Kimberly dan Eric begitu saja. Wanita itu cukup mahir menyembunyikannya, sekalipun ia harus menahan diri sepenuh hati."Jadi dia alasanmu memamerkan tubuhmu malam ini?" ucap Verena dengan nada ringan. "Eric Gray, huh?""Jangan pura-pura tidak tahu!" sentak Kimberly. Wajahnya masih merah dan bibirnya bergetar karena emosi. "Kamu pasti sengaja menggodanya, iya, kan?!"Verena memutar bola matanya.Menggoda Eric? Wanita ini bahkan berusaha menjauh dari pria itu demi kewarasan dan kesehatan pikirannya!Lagi pula, Verena tidak pernah sekalipun menampilkan sisi menggoda atau sejenisnya di hadapan Eric. Kecuali malam itu--Tidak. Pada malam itu pun Verena tidak menggoda Eric. Bahkan tentang adegan ranjang yang melibatkan tubuh polosnya sekalipun. Tidak dihitung.Sial. Tidak bisakah Tuhan meng
"Tuan Gray, apakah Anda mengenal Verena?"Tepat setelah mengatakan itu, Kimberly merasakan Olivia, sang ibu, menyenggolnya. Diiringi dengan tatapan yang seakan berbunyi, 'Apa kamu gila? Kenapa membawa-bawa anak haram itu di sini!?'Tapi Kimberly tetap menatap Eric. Menunggu jawaban."Ah. Keluarga Miller." Eric berucap setelahnya. "Tentu saja. Kalian mengenal gadis itu, bukan?"Satu nama. Hanya perlu satu nama untuk membuat Eric bereaksi. Padahal sejak tadi ibunya dan Bibi Bea sudah berbusa menggiring obrolan agar Eric dan Kimberly bisa berkenalan. Sialan.Beberapa minggu yang lalu, Olivia datang padanya dengan semangat menggebu, mengusulkan sebuah rencana perjodohan antara Kimberly dan keponakan Beatrice, teman sosialitanya yang dekat dengan sang ibu. Rencana tersebut disusun oleh Olivia sendiri, dan diamini oleh Beatrice.Awalnya, Kimberly hendak menolak. Tapi ia langsung goyah saat mendengar status si pria. Lalu menyanggupi di tempat begitu saja ketika melihat foto Eric Gray.Pria
"Ada apa? Katakan."Akan tetapi, alih-alih menjawab pertanyaan Eric Gray, respons pertama Verena selain menahan napas adalah memundurkan badannya. Sekalipun sudah tidak ada ruang yang cukup di balik punggungnya.Setelah itu, baru Verena menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Meskipun, tampaknya sia-sia. Entah kenapa otak Verena terasa macet karena posisi mereka saat ini.Apakah ini berarti Verena sedang terintimidasi? Wanita itu berpikir.Karena makin dekat Eric berada, semakin sulit baginya untuk berpikir jernih.Apalagi ketika Eric kembali memangkas jarak di antara mereka."Hm?" Pria itu tersenyum miring, menikmati situasi saat ini.Sementara itu, pandangan Verena terpaku pada wajah pria itu yang kini hanya terpisah beberapa inci darinya. Bau parfum Eric yang khas semakin menambah kerumunan dalam pikirannya tanpa bisa dicegah. Diam-diam, Verena merutuk dalam hati."Mundur," ucap wanita itu pada akhirnya. Ia enggan mengakui bahwa posisi ini mengusiknya. "Sofa di be
"Aku hanya sedikit mengingatkan saja, Sayang. Semua yang dilakukan, akan ada dampaknya."Hening sejenak. Verena dalam diam mengamati ekspresi kedua saudara tirinya. Wajah Keith tetap datar senantiasa. Pria itu tidak tampak tersinggung atau marah pada sindiran Eric. Berbeda dengan Kimberly yang saat ini tengah menatapnya.Iya. Menatap Verena."Saya setuju dengan Anda, Tuan Gray. Memang semua perbuatan itu ada dampaknya. Setiap akibat, pasti ada sebabnya," ucap Kimberly. Gadis itu mengalihkan pandangan pada Eric dan tersenyum manis. "Ah ya. Selamat ulang tahun, Tuan Eric Gray. Semoga Anda menikmati malam yang indah ini."Senyum Kimberly menjadi lebih lebar setelah mengucapkan kalimat terakhir tersebut.Sejujurnya, Eric tengah menahan diri agar tidak berekspresi terkejut atau heran dengan reaksi Kimberly tersebut. Ini adalah pertama kalinya Kimberly menunjukkan sisinya yang berbeda.Sebelumnya, gadis yang merupakan putri bungsu Aster Miller tersebut selalu menampilkan sikap malu-malu d
"Lebih baik aku mencari--""Sayang. Kamu di sini rupanya."Verena terkejut ketika tangan Eric Gray melingkari pinggulnya dan langsung menarik wanita itu mendekat, menempel pada sisi tubuh Eric. Sontak, selama sedetik, tubuhnya menegang karena tidak biasa sebelum kemudian rileks lagi.Verena kemudian melirik pada pria di sampingnya. Sosok itu sedang tersenyum pada Verena. Tidak terlalu lebar, tapi mampu membuat wajahnya yang arogan itu tampak beberapa kali lebih tampan.Ia harus mengakuinya kali ini. Memang pesona Eric si pria menyebalkan itu memang tidak main-main.Alhasil, daripada mengomel, Verena ikut masuk ke dalam sandiwara Eric. Meski tanpa menghiasinya dengan romansa berlebihan."Hai," ucapnya. "Kapan datang?""Beberapa menit yang lalu. Kita harus menemui ibuku setelah ini," balas Eric. Lalu ia mendekatkan diri pada telinga Verena untuk berbisik, "Wanitaku ini sungguh keras kepala rupanya."Verena hanya tersenyum tipis menanggapinya."Selamat malam, Tuan Gray."Tatapan mata bir
"Apakah aku perlu membereskan adik tirimu juga setelah ini?"Ada alasannya Eric Gray menanyakan itu.Sekalipun tidak mendapatkan konfirmasi secara terang-terangan dengan kata 'ya' atau penyebutan sebuah nama, sikap Keith malam itu sudah cukup menjadi jawaban siapa oknum yang mengusik Verena beberapa waktu yang lalu.Bahkan nyaris mencelakainya.Verena sendiri punya dugaan kalau ayahnya tahu, tapi tidak bertindak. Entah dengan alasan apa. Mungkin saja memang Aster Miller menyayangi putri bungsunya atau bisa juga ada alasan lain.Yang jelas, kini Verena tahu kalau Eric pun sudah mengantongi nama itu. Dan merunut dari obrolan yang ada, tampaknya Kimberly cemburu buta pada kedekatan Verena dan Eric Gray.Gadis bodoh. Jelas saja Kimberly kalut mendapati sumber kedudukan dan pria yang ia incar direbut oleh anak haram seperti Verena. Begitu yang wanita cantik ini pikirkan.Apalagi hari ini muncul berita soal Verena dan Eric. Karenanya, Verena wajib waspada."Tetap pada peranmu saja.""Perank
"Wah ... sepertinya ada perubahan rencana." "Bukan bisnis kan, Ve? Maafkan aku." "Tunggu, ini depan rumahku? Kapan?" Pertanyaan Ashton yang beruntun itu membuat Verena sakit kepala hingga ia harus menutup matanya. Foto apa ini? Jelas-jelas Verena tidak berciuman dengan siapa pun, apalagi dengan Eric Gray. Di depan rumah kakak sepupunya. Di malam hari, begitu turun dari mobil seperti yang tertulis dalam teks berita. Mereka ini sedang menulis fiksi ya? Kenapa sangat mengada-ada? Verena membuka matanya dan melihat layar tablet sekali lagi. Iya tidak berciuman, tapi memang sudut pengambilan gambar menunjukkan seakan-akan Verena sedang mendapatkan kecupan selamat malam dari Eric Gray. Ck, kenapa juga waktu itu Eric harus mengimpitnya di samping mobil!? "--Ve!" "Apa?" Verena menjawab ketus ketika panggilan Ashton terdengar beberapa kali. Pria itu langsung menciut. "Ponselmu berbunyi." Meski begitu, Ashton kembali melanjutkan. "Jangan marah-marah. Aku tidak akan menggoda
Seperti sudah kebiasaan Eric Gray, usai melakukan gebrakan, pria itu kembali tidak menemui Verena selama beberapa hari."Apakah pria itu sedang bermain tarik ulur denganku?" batin Verena. Ia kesal karena dirinya tidak bisa memprediksi tingkah Eric selama ini.Apakah pria itu akan tiba-tiba muncul di kantornya sekali lagi? Atau mungkin mereka akan berpapasan di mansion keluarga Miller?Bagaimana dengan ajakan makan malam yang kerap kali dilontarkan oleh Eric?Ah, apa kali ini, Eric kemungkinan muncul dengan Kimberly di hadapan Verena?Tidak ada yang tidak mungkin."Kamu tampak tidak fokus," komentar Ashton. Pria itu sudah mulai masuk lagi, meski masih mengenakan perban di tangannya. Akan tetapi, asisten sementara Verena tetap bekerja agar Ashton tidak terlalu memforsir dirinya."Aku baik-baik saja," balas Verena. Ia mengambil berkas dari tumpukan di depannya dan mulai mengecek. "Cuma butuh kopi, sepertinya.""Kamu sudah minum dua gelas kopi hitam hari ini."Verena mendesah pelan. "Aku
"Bukankah Nona Verena Miller menyukai pria lembut yang penuh perhatian?"Kalimat itu membuat Verena berpikir keras untuk memahami maksud di balik kalimat yang diucapkan oleh Eric. Sampai akhirnya, ketika mata Verena bertemu dengan sepasang manik biru itu, Verena tahu apa yang sedang Eric bicarakan."Kamu--!"Verena tidak tahu dari mana Eric Gray mendapatkan informasi tersebut, tapi Verena bisa merasakan wajahnya memerah karena malu dan marah.Namun, Verena tidak akan dengan mudah mengakui bahwa, ya, ia pernah jatuh pada pesona kakak sepupunya. Wanita itu berusaha memasang wajah minim ekspresi, sekalipun pipinya sudah memerah.Eric kembali melirik pada sosok di sebelahnya, sembari menyeringai tipis.Perasaannya agak campur aduk.Di sisi lain, ia terhibur melihat bagaimana pipi Verena bersemu seperti itu. Tapi Eric membenci alasan di baliknya.Karena jika sudah begini, jelas bahwa Verena memang punya perasaan lebih pada Ashton Miller.Sial. Padahal Eric cuma menebak saja. Melihat bagaim
"Aku agak lapar. Tadi tidak makan banyak. Suapi calon suamimu ini. Verena.""Lebih baik kamu turunkan aku di sini." Verena langsung menukas. Dalam hati, ia sudah berkali-kali merutuk.Sepertinya pikiran orang ini memang kurang sehat. Apa memang semua orang kaya senang seenaknya begini? Ayah Verena pun demikian. Apakah--"Tidak perlu marah. Katakan saja kalau memang kamu mau menolak." Eric berkata ringan sembari kembali menjalankan mobilnya. Pria itu tampak terhibur, terlihat dari bagaimana ia merapatkan bibirnya agar tidak tersenyum lebih lebar. "Tidak perlu sekeras itu.""Hanya saja, kan tanganku sibuk menyetir. Kalau kamu berkenan, mungkin kamu bisa membantuku."Tangan Verena terkepal. Apa rencana pria ini sekarang? Strategi ini berbeda dari yang biasanya. Verena terbiasa dengan Eric yang mendebat dan memaksanya. Kalau begitu, Verena sudah menguasai cara meresponsnya.Tapi Eric Gray yang tenang dan sama sekali tidak memojokkannya begini terasa aneh. Verena harus mengatur ulang car
"Bekalmu. Biar ada makanan masuk ke perut. Nanti."Hal itu membuat Verena makin bingung. Apalagi saat Eric mengangsurkan satu kantong makanan berisi burger dan kentang goreng di pangkuannya.Tak lupa, pria itu juga memberikan sebotol air mineral untuk Verena."... Sikapmu agak mengkhawatirkan," ucap Verena."Ini akan tampak normal jika kamu berhenti memandangku sebagai lawan atau karakter jahat, sebenarnya."Verena mendengus. "Kapan aku melakukan itu?" balasnya. Tangannya menyentuh kantong di pangkuannya untuk mengecek isinya, tapi sama sekali tidak tergerak untuk makan. Perutnya masih terasa tidak nyaman. "Statusmu adalah partner bisnis sekarang.""Tapi itu tidak membuatmu berhenti bersikap waspada, bukan?" Eric berkata sembari menjalankan mobilnya. "Kamu bahkan tidak memberitahuku di mana alamat rumahmu.""Itu informasi personal.""Dan itu membuktikan kalau kamu masih mewaspadaiku." Eric melirik pada wanita di sampingnya. Verena masih belum menyentuh makanan yang ia belikan, tapi E