Valency menatap Jayden dengan manik berkaca-kaca. Meski mereka sudah menikah, bahkan sudah menghabiskan banyak hal bersama. Akan tetapi, sebagai seorang wanita muda, hatinya tetap tersentuh ketika dilamar dengan cara semanis ini. Bianglala, pemandangan malam kota Evermore, dan seorang pria tampan yang kini berlutut di hadapannya dan melamarnya.Senyuman lebar pun terlukis di wajah Valency. “Mau …,” jawab gadis itu dengan suara lirih. Kepalanya mengangguk berkali-kali seraya dia memeluk leher Jayden dengan erat. “Aku mau menikah denganmu, Jay!”Jayden pun membalas pelukan istrinya itu. Dia membenamkan wajahnya di tengkuk leher Valency, menikmati aroma familier yang menenangkan dari wanita tersebut.Saat keduanya memisahkan diri, Jayden menyelipkan sebuah cincin permata di jari manis Valency. Cincin itu diukir dengan begitu indah dan teliti, dengan desain yang luar biasa unik. “I-ini–” Valency menatap Jayden, lalu menatap cincinnya lagi. “Apa ini desainmu?” Dia mengenali kekhasan desa
Pengakuan Jayden sukses membuat semua orang menatapnya dengan syok. Selain fakta bahwa Valency merupakan putri sang desainer legendaris, Victoria Lambert, ternyata dia juga istri Jayden Spencer!Rentetan pertanyaan pun muncul.“Istrimu, Tuan Spencer?! Bagaimana kalian bisa bertemu?! Apakah sebelum masalah Jewellry Corp, kalian sudah memiliki hubungan!? Atau itu saat dimulainya hubungan kalian!?”“Kenapa tidak ada yang pernah mendengar mengenai pernikahanmu, Tuan Spencer? Kenapa menyembunyikannya!?”“Apa ada alasan tertentu kenapa Anda menyembunyikan hal ini!?”Pertanyaan-pertanyaan ini membuat Jayden menjawab, “Pernikahan kami memang telah disahkan negara, tapi resepsi akan diadakan d
Valency terperangah, menatap keduanya dengan raut keterkejutan yang tak mampu disembunyikan. Bagaimana bisa mantan kekasihnya itu bisa memiliki kedekatan tertentu dengan seorang Eric Gray!Valency yang kaget pun menoleh ke arah Jayden, kemudian mendapati ekspresi suaminya itu berubah menjadi sangat gelap melihat kedua pria itu berdiri berdampingan dengan menunjukkan kedekatan yang menurutnya tidak wajar. Jadi, Eric dan Felix bekerja sama!? Emosi Valency kembali buruk. Tangannya mengepal kuat ketika dengan penuh amarah, Valency menghampiri kedua pria tersebut. Valency langsung menghampiri Felix dan mendesis, “Apa yang kamu kira sedang kamu lakukan?!”Bukannya gentar, Valency justru melihat sebuah seringai terbit di wajah Felix, “Menurutmu? Kamu pikir, aku akan takut pada suamimu?” Valency mendongak menatap ke arah Felix. Tatapan yang diselimuti api amarah itu seolah tengah menabuh genderang perang. “Tentu saja. Memangnya, sejak kapan pengecut sepertimu memiliki keberanian?” Wajah
“APA?! Ini gila!” seru salah seorang pengunjung. “Jadi, Felix Smith adalah putra Jayden Spencer?!” timpal pengunjung lainnya.“Ini tidak bisa dipercaya! Felix Smith adalah putra yang selama ini disembunyikan dari publik!?” “Berarti, benar dia merebut kekasih putranya sendiri?! Aku tidak menyangka Jayden Spencer adalah pria seperti itu!” Pengakuan Jayden sukses membuat geger sesi wawancara. Orang-orang tampak shok, kasak-kusuk para pengunjung yang menonton mulai ramai mengomentari fakta tersebut. Mereka menatap Jayden dengan tatapan seolah Jayden adalah manusia paling hina di muka bumi! Sekaligus menatap kasihan pada Felix yang selama ini disembunyikan dan tak pernah diakui. Berita panas seperti ini adalah ‘makanan’ yang paling diincar jurnalis. Para wartawan pun semakin menyerbu Jayden dan Valency dengan lebih banyak pertanyaan. “Tuan Spencer, ini sungguh mengejutkan! Jadi benar, Anda telah merebut kekasih putra Anda sendiri? Putra yang selama ini disembunyikan dan tidak pernah d
Valency menghela napas. Dengan nada menyesal, ia berujar, “Aku sungguh tidak enak padamu, Verena. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu.” “Jangan terlalu dipikirkan. Bukankah kita adalah teman?” Ucapan Verena membuat Valency semakin bersyukur memiliki teman sepertinya. “Terima kasih, dan maaf karena sering menyusahkanmu.” Kemudian, terdengar suara seseorang memanggil Verena. Wanita itu merendahkan suaranya dan lantas berkata, “Esther memanggilku, aku harus pergi.”Setelah telepon dimatikan, Valency pun menjatuhnya tubuhnya di atas ranjang. Pikirannya menerawang, meratapi situasi Jayden yang jadi seperti ini karena dirinya. Valency bergumam pelan, “Kalau bukan karena aku, Jayden tidak akan terpuruk seperti sekarang ….” Valency merasa sangat bersalah. Jayden sudah mengorbankan banyak hal demi menutupi aib keluarganya. Andai saja bukan karena dirinya, Eric pasti tidak akan bekerja sama dengan Felix untuk menyerang Jayden, sampai memojokkannya untuk mengakui aib tersembunyi keluarga
Di ujung telepon yang lain, Eric terdiam dan menampakkan wajah serius.Awalnya, Eric mengira kalau hubungan Valency dan Jayden hanya terjalin akibat rasa sakit hati gadis itu kepada Felix, juga karena keinginan Jayden untuk memiliki talenta luar biasa Valency demi perusahaannya. Itulah alasan mereka bekerja sama di matanya.Namun, setelah melihat Jayden mengakui kenyataan demi menghentikan Valency pergi bersama dirinya, Eric merasa ada yang tidak beres. Seakan ada sebuah informasi penting yang dia lewatkan.Mungkinkah hubungan Jayden dan Valency tidak sesederhana sebuah kerja sama? Atau mereka sungguh saling jatuh cinta setelah menikah?Eric menggelengkan kepala. Tidak penting baginya memikirkan hal ini. Lagi pula, kalau memang Valency mencintai Jayden setela
Malam kian pekat ketika Valency mendengar suara deru mobil dari arah luar. Wanita itu mengernyitkan alis. Ini bukan suara mobil Jayden. Sambil meraih remote dan mematikan tv, Valency bergumam, “Siapa yang bertamu malam-malam begini?”Penasaran, Valency pun beranjak dari sofa dan melangkah menuju ke arah pintu. Akan tetapi, sebelum tangan Valency menggapainya, pintu tersebut bergerak pertanda seseorang dari luar membukanya lebih dulu. BRAKK! Pintu dibuka dari luar dengan kasar, membuat Valency tersentak hingga mundur beberapa langkah. “Siapa yang–”“Di sini kamu rupanya, wanita rendahan!”Valency terkejut, lalu mengangkat pandang untuk melihat identitas tamu tak diundang itu. Ternyata, itu adalah Rosa yang datang dengan amarah membara. “Dasar tidak tahu diri!” teriak Rosa sambil menatap nyalang ke arah Valency. Wanita paruh baya itu berjalan cepat menghampiri Valency. Valency menatap ngeri, emosi yang meledak-ledak membuat Rosa terlihat seperti monster yang sedang mengamuk. “Ap
Rosa mematung di tempatnya, dia tidak percaya dengan apa yang putranya baru saja katakan.Dengan alis tertaut, wanita itu menuding Jayden. “Jayden! Felix adalah darah dagingmu sendiri! Teganya kamu berkali-kali menolak untuk mengakuinya!” ucap Rosa. “Kamu sungguh mengecewakanku!”Mendengar ucapan ini, Jayden mendengus. “Bukankah aku memang selalu mengecewakan di matamu? Tidak seperti Felix yang bisa dirimu kendalikan seperti boneka?”Ucapan Jayden membuat Rosa mendelik. “Kamu–” Namun, tampak wanita itu tidak bisa membalas ucapan sang putra.Bagi Rosa, tiap dari anak yang dia lahirkan adalah miliknya dan harus bergerak sesuai keinginannya. Bahkan, tiap dari anaknya harus tetap mengabdi padanya tanpa syarat, sama seperti Angela dan Richard yang menurut padanya tanpa terkecuali.Di sisi lain, Jayden, yang tumbuh besar dengan kakek-neneknya, selalu melawannya. Setiap kali Rosa menuntutnya melakukan sesuatu, kalau menurut Jayden itu salah, dia akan menolak sang ibu. Dulu, sebelum menikah,