Ayudisha terus menatap perutnya yang masih datar dengan perasaan linglung dan tak percaya. Selama dua kehidupan, ini adalah pertama kalinya ia merasakan menjadi seorang ibu. Ini rasanya seperti mimpi indah yang telah dilapisi oleh madu yang sangat manis.Sejak semalam ia hanya menutup matanya tapi tak kunjung juga tertidur terlelap. Ia masih tak percaya keajaiban benar-benar datang padanya. Ia ingat ketika menikah bersama Tanjung selama puluhan tahun, tak ada satupun anak yang lahir di antara mereka. Sedangkan saat bersama Bayan, dengan rentang waktu pernikahan yang begitu singkat, mereka akan memiliki seorang anak yang akan lahir tak lama lagi.'apakah ini benar-benar nyata?''apakah ini bukan mimpi?''apakah aku benar-benar akan menjadi seorang ibu?'Pertanyaan-pertanyaan itu terus terngiang dalam pikirannya. Seolah menghantui setiap sendi dalam hidup Ayudisha. Terkadang Ayudisha akan menampar atau mencubit dirinya sendiri untuk memastikan bahwa rasa sakit itu benar-benar ada. Sehin
Ayudisha tersenyum bahagia, selama beberapa hari ini ia mendapatkan semua hal yang ia mau. Bayan akan langsung mengabulkan semua permintaannya dengan senang hati. Bahkan laki-laki itu terlihat begitu bahagia saat melakukannya."Apa lagi yang kamu inginkan, ayo sebutkan. Aku akan mengabulkannya untukmu."Melihat antusiasme Bayan, ayu pun berusaha mencari sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Terkadang momen semacam ini memang sering dimanfaatkan untuk meminta sesuatu yang tak pernah didapatkan ketika masih gadis. Dengan alasan hamil dan ngidam maka suami dengan senang hati memaklumi semua permintaannya."Aku ingin memeluk Raka!"Mendengar permintaan istrinya, Bayan langsung terdiam. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras."Tidak, tidak boleh. Yang lain!""Sian?""Apalagi yang itu.""Kalau begitu bolehkah aku memelukmu?" ucap Ayudisha lembut.'tidak! Istriku semakin hari semakin pandai merayu. Aku tak bisa mengimbanginya'Telinga Bayan langsung memerah. Ia merasa telah kembali lagi saa
"Kapan kamu akan pergi?" ucap Bayan malas."Kenapa kakak berbicara seolah-olah kakak tidak senang melihatku di rumah. Sepertinya kakak berharap aku cepat-cepat pergi ke perbatasan."Bayan pun memutar matanya dengan bosan. Ia lelah melihat Raka yang tak kunjung pergi juga. Apalagi saat ini Bayan ingin segera membawa Ayudisha masuk ke kamar dan beristirahat. Ia ingin Ayudisha dapat istirahat dengan cukup dan sehat secara lahir batin, agar saat anaknya berumur 3 bulan nanti ia dapat berolahraga tanpa rasa was-was."Kamu telah berpamitan selama hampir 5 jam dan kamu masih belum berangkat juga. Kamu tak melihat istriku sudah terlihat lelah dan pucat, aku ingin membawanya segera masuk ke kamar dan beristirahat.""Ck, bilang saja kakak ingin bermesraan di kamar dengan kakak ipar.""Memang!" ucap Bayan tak menyangkal. "Kamu saja yang tidak peka, sejak tadi aku memberimu kode untuk cepat pergi tapi hingga sekarang tidak pergi-pergi juga."Mendengar hal itu Raka merasa sedih, ia sudah tidak men
Sepanjang perjalanan hampir semua orang menatap ke arah Amor dengan tatapan takjub dan mengagumi. Raka mungkin terlihat tampan dan menarik, tapi pesona Amor begitu mematikan hampir mirip dengan adiknya Ayudisha. Apalagi Amor merupakan orang yang sangat jarang terlihat oleh masyarakat di Malaka. Hal ini dikarenakan Amor terlalu sering pergi berlayar keluar pulau.Raka pun melihat Amor dengan tatapan heran. Menurutnya Amor memang luar biasa, tapi sikap orang-orang di sekelilingnya tentu saja membuat tidak nyaman. Apalagi dengan wajah seperti itu, kemanapun ia melangkah akan diperhatikan oleh orang lain."Apakah kakak Amor tidak merasa risih dengan tatapan orang-orang yang menatap kemanapun kakak Amor pergi?"Mendengar hal itu Amor pun tersenyum singkat. Ia menepuk bahu Raka dengan begitu santai."Aku terlahir tampan dan berpenampilan menarik, jadi wajar saja jika orang-orang melihatku dengan tatapan kagum. Sebagai orang tampan aku sudah terbiasa dilihat oleh orang banyak."Kalimat itu t
Menghilangnya Amor dan Raka tak membuat Bayan merasa senang. Karena selain dua orang itu, ada beberapa orang lagi yang terus memonopoli istrinya. Orang-orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah ayah dan para sepupunya. Hal itu membuat Bayan merasa jengah dan ingin membawa istrinya pergi dari rumah.Tuan Gada menyadari bahwa anaknya sedang marah padanya. Akan tetapi ia tak peduli karena sudah terbiasa melihat wajah marah Bayan. Baginya Bayan tak lebih penting dari menantu dan calon cucunya."Ayu, makanlah madu ini. Ini adalah madu pegunungan dengan banyak khasiat, salah satunya mengurangi rasa mual pada ibu hamil." ucap Tuan Gada antusias."Aku juga membawa hati Rusa yang telah digoreng. Aku dengar kakak ipar suka makan hati Rusa, jadi aku langsung menggorengnya untuk kakak." ucap Sian.Hampir semua orang yang ada di rumah ini memanjakan Ayudisha dengan membabi buta. Tentu saja hal itu membuat Bayan senang dan menganggap keluarganya begitu perhatian. Namun setelah beberapa hari ia p
Setelah 1 bulan berada di rumah besar keluarga Bayan, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah kembali ke rumah Dinas. Hal ini dikarenakan tugas Bayan sebagai seorang prajurit telah diaktifkan kembali, hingga ia harus mulai bekerja dan kembali ke rutinitas seperti biasanya.Sekarang hampir semua barang telah ditaruh di atas kereta. Mereka seharusnya sudah berangkat beberapa jam yang lalu, hanya saja keluarga Bayan terlalu enggan untuk melihat Ayudisha kembali ke rumah Dinas. Mereka berharap dapat merawatnya hingga Ayudisha dapat melahirkan dengan selamat. Akan tetapi tugas negara adalah sesuatu yang selalu menjadi prioritas bagi seorang prajurit. Seberapa enggan pun mereka untuk berpisah itu tak akan pernah bisa mengalahkan tugas dari negara."Ayah akan merindukan mu." ucap Tuan Gada."Ayah bisa berkunjung ke rumah dinas kapan saja." ucap Ayudisha menghibur."Baiklah, aku akan berkunjung ke rumah dinas ketika Bayan tidak ada."Mendengar hal itu Bayan pun langsung naik pitam. "Apa maksu
Bayan melihat wajah istrinya dengan lebih seksama. Wajah itu kini telah terlelap dengan sedikit keringat di wajahnya.'sangat cantik' pikir Bayan.Bayan selalu merasa hidupnya tidak pernah berjalan sesuai rencana semenjak ia bertemu dengan Ayudisha. Hampir setiap saat yang terjadi selalu menjadi kejutan tak terduga.Bayan tak pernah berpikir untuk menikah, ia adalah laki-laki mandiri dan seorang calon jenderal yang akan disegani oleh banyak orang. Ia pun tak pernah berpikir untuk memiliki seorang istri karena ia merasa tak membutuhkannya. Tapi lihat sekarang, ia memiliki seorang istri yang sangat cantik.Bayan juga tak pernah iri dengan kehidupan seksual orang lain, apalagi saat teman-temannya bercerita mengenai hubungan ranjang bersama istri mereka. Baginya itu hanya sebuah nafsu sesaat yang sama sekali tidak menarik. Tapi lihat sekarang, ia justru kecanduan dan hampir hilang kendali karena ingin melakukannya bersama Ayudisha.'mungkin ini yang dinamakan menjilat ludah sendiri'Lagip
Suasana rumah yang awalnya begitu harmonis berubah menjadi begitu suram dan dingin. Ayudisha masih kesal dan belum puas setelah berkelahi melawan empat perempuan itu. Ia ingin merobek mulut mereka karena berbicara sembarangan. Hampir sepanjang hidupnya ia mendedikasikan diri dalam sebuah hubungan, bahkan ketika Tanjung tak berperilaku baik padanya ia tak pernah berfikir untuk berselingkuh. Tapi hari ini mendapatkan sebuah tuduhan dari empat wanita yang tidak ia kenal dah mengatakan bahwa ia berselingkuh dengan Tanjung. Hal itu membuat Ayudisha tidak terima dan merasa sangat kesal."Lain kali jika aku mendengar hal yang sama, aku akan merobek mulut mereka."Mendengar hal itu Bayan langsung mematung, awalnya ia sedang memanaskan air untuk mengusap luka Ayudisha. Tapi saat melihat wajah Ayudisha yang terlihat marah, ia segera menciut dan tak berani membuat gerakan yang besar. Akan tetapi saat mendengar omelan Ayudisha saat ini, Bayan menjadi semakin takut.Tak lama suara air yang mendidi
Ayudisha menggendong putrinya sambil melihat Lo Gading yang sedang duduk dan menatap tanah. Hal tersebut membuat Ayudisha merasa heran melihat putranya itu. Apalagi Lo Gading masih tidak bergerak bahkan setelah beberapa jam."Lo Gading, apa yang sedang kamu amati? Hari sudah mulai terik, kemarilah."Akan tetapi Lo Gading masih tetap berjongkok dan terus menatap ke tanah. Setelah beberapa saat ia pun melihat ibunya dan bertanya."Bu, kenapa semut berjalan seperti bebek?""Hah?"Ayudisha pun langsung heran, sejak kapan semut berjalan seperti bebek?Lo Gading selalu bertanya pada sesuatu yang sulit ia mengerti. Akan tetapi rasa ingin tau anak itu begitu besar, sehingga ia selalu menanyakan sesuatu yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh orang lain."Bebek tidak berjalan seperti semut anakku. Mereka berbeda, bebek memiliki dua kali sedangkan semut memiliki lebih.""Tapi aku melihat cara mereka berjalan sama."Untuk beberapa saat Ayudisha terdiam, dan akhirnya mengingat kembali kenangan k
3 tahun kemudianBayan menatap putranya dengan tatapan tak percaya. Ia panik saat ini karena Ayudisha akan melahirkan seorang anak, tapi lihat putra nya yang berbakti itu. Dia bahkan sempat menguap saat mendengar jeritan ibunya yang kesakitan."Apakah kamu tidak khawatir ibumu kenapa-napa?"Mendengar pertanyaan Ayahnya, Lo Gading pun mengangguk."Aku khawatir." ucap Lo Gading dengan suara kecilnya.Akan tetapi raut wajahnya masih terlihat santai dan malas. Hal tersebut membuat Bayan menjadi semakin kesal."Lalu kenapa kamu terlihat seperti itu? Tidak ada raut khawatir di wajah mu, biasanya anak-anak akan menangis jika mendengar jeritan ibunya.""Apakah menangis itu berguna saat ini? Apakah tangisan ku dapat mengurangi rasa sakit yang ibu rasakan? Kalau memang begitu, aku akan menangis sekarang."Bayan pun terdiam, ia merasa putranya tidak normal. Terlalu malas dan tidak ada jejak kekanakan yang tersisa. Padahal jika diingat saat ia masih bayi, Lo Gading cenderung imut bahkan ketika di
Hari begitu cerah dan kehidupan di Malaka menjadi begitu membahagiakan. Tak ada lagi perselisihan dan keributan yang berarti dan kehidupan masyarakat jauh lebih sejahtera dari sebelumnya. Sejak kelahiran Pangeran mahkota keberuntungan selalu menghampiri Malaka tidak ada akhirnya. Seolah bayi lucu itu memang ditakdirkan untuk membawa banyak keberuntungan untuk semua orang.Ayudisha menggendong putranya sambil menatap ke arah pohon mangga tempat ia biasa duduk bersama dengan Bayan. Tempat yang biasa ia gunakan untuk mengelus perutnya yang sekarang nyeri dan tak nyaman. Akan tetapi kali ini ia sudah tak merasakan sakitnya lagi dan menikmati kebahagiaan tanpa beban yang berarti."Kamu adalah anugerah terindah yang diberikan tuhan padaku di kehidupan ini." ucap Ayudisha pada anaknya.Entah anak itu mengerti apa yang diucapkan oleh ibunya, atau dia terlalu senang dalam gendongannya, tapi dapat Ayudisha melihat dengan jelas bahwa anak itu tersenyum. Sangat tampan dan manis. Hal tersebut memb
Suara tangisan seorang bayi yang terdengar nyaring telah berhasil membuat semua orang di istana merasa bersyukur. Mereka pun langsung tersenyum dan mengucapkan selamat pada masing-masing anggota keluarga. Tak lupa mereka mengucapkan syukur yang mendalam pada Tuhan yang telah menitipkan sebuah kehidupan baru untuk keluarga mereka.Setelah itu pintu ruang persalinan pun terbuka dan Bibi Bayan menatap semua anggota keluarganya dengan senyum merekah. "Seorang bayi laki-laki telah lahir dengan selamat.""Bayi laki-laki?!!"Setelah itu ibu Ayudisha pun keluar dan membawa bayi di pelukannya yang telah bersih oleh air hangat. Hal tersebut membuat semua orang langsung bersorak bahagia. Bayi itu berkulit putih dengan hidung yang mancung. Mengingatkan Putri Minah dengan Amor ketika dilahirkan pertama kalinya.Sian, Daka dan Jiru pun tak kalah girang. Mereka melihat keponakan mereka untuk pertama kalinya dan itu membuat mereka bersyukur dengan suara yang keras."Syukurlah dia tidak mirip Kakak B
Semua orang khawatir akan keadaan Ayudisha, mereka takut karena merasa Ayudisha lemah dan tak tahan dengan rasa sakit. Akan tetapi hanya Ayudisha yang tau bagaimana ia menikmati rasa sakitnya dengan perasaan bahagia. Rasa sakit itu membuatnya sadar bahwa bayi di dalam perutnya benar-benar hidup. Bayi itu benar-benar ada dan itu terjadi dalam hidupnya di kehidupan ini.Hampir setiap detik dalam hidup Ayudisha di kehidupan sebelumnya, ia merasa kesepian dan cemburu melihat anak orang lain. Ia mengalami banyak kesedihan dan rasa sakit hanya karena ia tidak bisa memiliki anaknya sendiri. Terkadang wanita menjadi begitu tidak berharga ketika mereka tidak bisa memiliki seorang anak untuk suaminya. Seolah mereka adalah sebuah benda yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Seolah ia adalah benda yang cacat dan mereka sangat menyesal setelah membelinya.Akan tetapi sekarang ia memiliki seorang laki-laki yang menerimanya bahkan jika ia tidak akan memiliki anak seumur hidupnya. Ia memiliki lak
Bayan memeluk Ayudisha dan membuat tubuh Ayudisha lebih nyaman saat berbaring. Setiap malam Bayan akan mengatur cara Ayudisha tidur karena Ayudisha sudah tidak nyaman dengan perut besarnya. Terkadang Ayudisha akan memiliki nafas yang sedikit pendek karena kesulitan saat bernafas."Lebih nyaman?" tanya Bayan lembut.Ayudisha pun mengangguk dan tersenyum. Ia benar-benar dilayani oleh suaminya dengan sangat baik. Setiap ketidaknyaman yang ia alami selalu Bayan perhatikan. "Kalau begitu selamat tidur istriku yang cantik." ucap Bayan sambil mencium kening istrinya."Selamat tidur juga suamiku yang tampan."Keduanya saling merayu tanpa ada rasa malu terlihat di wajah mereka. Sangat berbeda ketika mereka masih pengantin baru. Sekarang mereka lebih leluasa dalam mengungkapkan rasa cinta hingga tidak ada kecanggungan.Setelah itu keduanya tertidur sambil berpelukan. Malam ini sangat ramai mengingat hampir setiap anggota keluarga berada di tempat yang sama. Ayudisha sebenarnya tidak terlalu ny
Para anggota keluarga kini telah berkumpul. Walaupun tidak semuanya tapi itu cukup ramai mengingat sebentar lagi mereka akan menyambut kedatangan anggota keluarga yang baru. Apalagi anak Ayudisha dan Bayan akan menjadi cucu pertama di keluarga masing-masing.Umur kandungan Ayudisha sudah sembilan bulan dan tinggal menghitung hari untuk melihat bayi itu dilahirkan ke dunia. Hal tersebut membuat anggota keluarga sangat antusias untuk mempersiapkan banyak hal untuk kelahiran nanti. "Apakah persiapannya sudah cukup?"Mendengar pertanyaan ibunya, Amor pun menggelengkan kepala dengan pasrah."Ibu telah menanyakan itu sebanyak tiga kali dan jawabannya masih tetap sama. Persiapan sudah cukup dan kita hanya tinggal menunggu Ayudisha melahirkan."Putri Minah yang melihat Amor dengan tatapan tidak suka. Ia sering bertanya-tanya terus menerus karena ia sebenarnya sangat gugup. Maklum saja ini pertama kalinya ia akan menjadi nenek, walaupun ia sangat berharap bahwa cucu pertamanya akan berasal da
Di Senggrala hampir semua tabib dikumpulkan untuk menyembuhkan penyakit Raja. Akan tetapi hingga kini masih belum ada solusinya. Menurut keterangan tabib, hal tersebut dikarenakan ada ulat bulu langka yang menyerang burung Yang Mulia. Hal tersebut membuat Sang Raja pun tak terima dengan tuduhan itu. Ia sangat yakin bahwa wanita itu menaruh racun di tubuhnya hingga membuat tubuhnya menjadi seperti ini."Maaf Yang Mulia, tapi hasil dari pemeriksaan saya hampir sama dengan tabib yang lainnya."Mendengar hal tersebut, Raja Senggrala langsung berteriak marah. Ia memarahi semua orang, akan tetapi ia masih terbaring lemah dan tak bisa bangun untuk melampiaskan nya secara fisik.Tak lama Raja merintih lagi, ia kesakitan dan hal tersebut membuat para tabib menjadi panik dan khawatir. Ulat bulu memang dapat membuat gatal-gatal, akan tetapi entah kenapa sangat sulit disembuhkan hingga membuat bengkak dan panas. Jadi para tabib semakin bingung bagaimana cara menyembuhkannya. Mereka pun berusaha u
Matahari telah terbit dibalik bukit perbatasan Malaka. Akan tetapi mereka masih berdiri sambil menunduk dan berdoa pada orang-orang yang telah meninggal di bukit ini.Ratusan prajurit telah gugur di medan pertempuran tanpa ada kemenangan yang mereka bawa. Keduanya meninggal tangis dan luka pada orang-orang yang telah mereka tinggalkan.Keempatnya menangis dalam diam sambil mengingat kakak mereka yang telah meninggal dengan cara yang begitu menyakitkan. Setelah itu, Yuda pun menatap ketiga adik Bayan sambil mengucapkan perpisahan."Senang berkenalan dengan kalian.""Kami juga senang berkenalan denganmu.""Ya, aku harap kita akan bertemu lagi tapi tidak di medan perang."Jiru, Daka, Sian dan Yuda. Mereka adalah calon prajurit tangguh yang akan memimpin pasukan di kerajaan mereka masing-masing. Selama perjalanan mereka telah berkenalan dan sudah saling mengenal. Akan tetapi mereka selalu tau bahwa persahabatan mereka ditakdirkan untuk berlalu dalam waktu yang sangat singkat.Keempatnya a