Share

Terbakar Api Cemburu

last update Last Updated: 2024-12-14 17:55:55

Livia dan Langit melangkah menjauh meninggalkan Rajendra. Langit menggandeng tangan Livia dengan lembut menuju mobilnya yang terparkir.

Livia masih terlihat lemah, tapi kehadiran Langit memberikan rasa aman yang sedikit menguatkannya.

Rajendra tidak dapat berbuat apa-apa memandangi kepergian mereka. Sepasang matanya penuh dengan amarah. Menyaksikan Livia memilih berlindung pada Langit membuat egonya terluka.

Setelah sekian menit yang terasa begitu lama Rajendra masuk ke dalam mobilnya. Ia meninju setir dengan frustasi.

"Livia ..." Ia bergumam dengan nada rendah disertai tarikan napas panjang. Di balik semua kemarahan itu ada perasaan aneh yang ia coba abaikan. Semacam perasaan bersalah yang terus mengganggu dirinya.

***

Livia duduk diam di dalam mobil Langit sambil memandang keluar jendela. Bulir-bulir air mata masih menggenang di pelupuknya dan siap untuk jatuh. Tetapi Livia menahannya.

Sesekali Langit mencuri pandang, cemas menyaksikan kondisi wanita di sebelahnya.

"Liv," panggil
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Yaaah Rajendra ganggu Tary aja nih. Dia kan pasti lagi seneng-seneng sama si Indra. Kalo perginya sampai 3 bulan. Bisa jadi balik dia hamil. Baru deh booooom
goodnovel comment avatar
amaze min1
kapan ininkebongkar kebuka utary
goodnovel comment avatar
Itsmii Ellym
ayo thorr bikin livia punya karir yg bgus dan mandiri, jgn terlalu baik lg sm rajendra.kabur ja yg jauh sembunyi jgn smpe ktemu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ditolak

    Langit menegakkan tubuhnya, menatap Rajendra dengan rahang tegang. "Gue nggak bermaksud nggak sopan. Jadi nggak perlu lo bersikap kasar sama Livia."Rajendra mengabaikan keterangan Langit. Tangannya masih mencekal tangan Livia dengan erat, membuat Livia meringis kecil. "Kalo lo sopan lo nggak bakal pegang-pegang perut istri gue," balas Rajendra masih marah."Cukup, Ndra!" Livia membuka mulutnya sambil menatap tidak suka pada pria yang mengakui Livia sebagai istrinya. "Langit nggak melakukan apa pun, jadi kamu nggak usah lebay."Rajendra memalingkan wajahnya ke arah Livia. Amarah bercampur rasa terluka terukir di wajahnya. "Dia pegang-pegang perut kamu, Livia. Apa menurutmu itu hal yang benar?""Benar atau salah apa hubungannya denganmu? Toh anak ini bukan anakmu kan?"Balasan Livia membuat Rajendra kalah telak. Lelaki itu kehilangan kata. Wajahnya merah padam. Kesempatan itu digunakan Langit untuk berpamitan karena ia tidak ingin membuat Rajendra bertambah marah."Liv, aku pulang. Jag

    Last Updated : 2024-12-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kepulangan Utary

    Rajendra menanti di area kedatangan internasional. Tangannya memegang stroller kecil tempat Randu berada.Kedua mata Rajendra menatap gelisah ke arah pintu otomatis yang berganti terbuka, memperlihatkan wajah-wajah penumpang yang baru tiba. Hatinya dipenuhi berbagai perasaan tidak menentu. Ada rasa rindu, tegang dan juga marah.Di kala pintu itu terbuka lagi, sosok yang sejak tadi dinantikannya akhirnya muncul. Utary mengenakan crop tee warna merah dan jeans serta membawa koper besar berwarna hitam.Sambil berjalan kedua matanya mengelana ke sekeliling sampai bertemu pandangan dengan Rajendra. Bibirnya sontak mengembangkan senyum lebar."Rajendra!" Utary memanggil dengan suara riang mengandung kerinduan.Rajendra membalas dengan lambaian tangannya. Setelah mereka berdekatan Utary langsung memeluk Rajendra dan meluapkan kerinduannya. "Kangen banget sama kamu, Ndra.""Me too," jawab Rajendra kelu.Setelah pelukan mereka terurai tatapan Utary tertuju pada stroller di samping Rajendra. Pe

    Last Updated : 2024-12-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jangan Cari Saya

    Pelan-pelan Randu sudah mau dengan Utary. Butuh waktu yang tidak sedikit bagi anak itu untuk beradaptasi dan menerima bahwa Utary adalah ibu kandungnya.Saat ini Rajendra sedang memerhatikan Randu yang bermain sendirian. Anak itu bermain lego. Balok-balok berwarna-warni itu begitu menarik perhatiannya. Namun sepanjang pengamatan Rajendra Randu adalah anak yang mudah lelah dan pembosan."Sini, Sayang," panggil Rajendra.Randu merangkak mendekati Rajendra. Rajendra memeriksa anak itu."Randu udah dikasih Mama makan belum?""Am am am ...," jawab Randu dengan bahasa bayinya."Ih, perutnya endut." Rajendra menggelitik perut Randu yang agak besar. Anak itu tertawa terpingkal-pingkal.Sambil memangku Randu, sebuah ingatan membawa Rajendra pada Livia yang sedang hamil.Bagaimana keadaan wanita itu? Ini adalah hari kedelapan mereka tidak bertemu dan tidak juga berkomunikasi.Apa dia baik-baik saja?'Ah, dia kan sudah terbiasa sendiri, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,' bisik hati Rajen

    Last Updated : 2024-12-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mencari Livia

    Rajendra menatap tulisan di post it itu dengan tangan gemetar. Rasanya seperti dihantam berkali-kali tepat di dadanya. Kata-kata 'jangan cari saya' terus berkelindan di kepalanya.Ke mana Livia pergi? Di mana saat ini ia bersembunyi? Rajendra tidak yakin ke rumah ibu tirinya. Kalau Livia memang ke sana ia pasti sudah menerima laporan dari Jihan. Livia juga tidak punya teman. Satu-satunya yang dekat dengannya hanya Langit. Ya, laki-laki itu pasti tahu di mana keberadaan Livia. Tidak mungkin tidak.Tanpa membuang waktu Rajendra langsung menelepon Langit. Tapi tidak ada jawaban."Sialan. Dia pasti sengaja."Rajendra akan ke tempat langit sekarang. Tapi sebelumnya ia memeriksa CCTV selama delapan hari ke belakang. Hasilnya nihil. Livia mematikannya.Rajendra hampir saja melempar ponselnya akibat terlalu frustrasi. Napasnya memburu. Pikirannya dilingkupi oleh berbagai spekulasi yang membakar dadanya. Nama Langit terus berputar di benaknya.Langit adalah satu-satunya orang yang mungkin tahu

    Last Updated : 2024-12-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Pernah Segalau Ini

    Rajendra berada di luar apartemen Langit setelah didorong dengan paksa oleh lelaki itu. Pintu apartemen dibanting keras hingga nyaris menghantam wajahnya. "Crap!" rutuk Rajendra sembari mengelus-elus dahinya yang hampir saja menjadi korban. Amarah yang menggelegak di dalam dirinya tidak kunjung surut. Berdiri di koridor, pandangan Rajendra terpusat ke arah pintu apartemen Langit yang kini terkunci rapat. Napasnya terengah-engah. Perasaan kusut melingkupinya. Perkataan Langit terus menusuk-nusuk gendang telinganya. 'Gue nggak tahu dia ada di mana. Kalo pun gue tahu, gue nggak bakal ngasih tahu lo.' Perkataan tersebut begitu mengganggunya. Menusuk ke relung hatinya yang paling dalam. Ia benci mengakuinya. Tapi mungkin Langit benar. Livia pergi karena dia sudah terlalu lelah dengan semua Rajendra. Di balik perasaan bersalah yang mulai menelusup Rajendra tidak bisa membiarkan segalanya terjadi begitu saja. Tidak peduli betapa buruknya hubungan mereka selama ini, Livia tetap istr

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Belum Menyerah

    Siang itu Rajendra membawa kakinya masuk ke kantor dengan ekspresi muram. Ketika melihatnya muncul, Tasia, sekretarisnya berjalan menyongsong dengan setumpuk dokumen di tangan."Pak, ada beberapa dokumen yang harus segera ditandatangani. Termasuk proposal kerjasama dengan PT. Budi Baik." Tasia menyampaikan, mencoba bersikap profesional tanpa ia tahu suasana hati Rajendra sedang tidak baik-baik saja.Rajendra berhenti di depan meja kerjanya, memandangi tumpukan dokumen di tangan Tasia dengan sorot menusuk. Irama napasnya begitu berat dan pikirannya bercampur aduk soal Livia yang menghilang tanpa jejak."Kamu pikir saya nggak punya kerjaan lain selain tanda tangan kertas-kertas nggak penting itu?" tegur Rajendra dengan suara keras.Tasia kaget, wajahnya berubah pucat. "Saya hanya mengikuti arahan Bapak. Dokumen ini urgent--""Semua kamu anggap urgent! Kamu nggak lihat wajah saya lagi kusut? Apa saya harus peduli sama dokumen itu sekarang?"Suasana mendadak tegang. Tasia terdiam ketaku

    Last Updated : 2024-12-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rencana Mencelakai Livia

    Rajendra pulang ke apartemen yang disambut oleh wajah masam Utary. Perempuan itu kesal lantaran kemarin Rajendra tidak menginap di tempatnya. Banyak panggilan telepon darinya yang juga Rajendra abaikan.Rajendra membuka pintu apartemen dengan ekspresi lelah. Badannya yang tadi sempat kena hujan membuatnya kedinginan."Ke mana aja kamu semalaman?" ketus Utary begitu melihat wajah Rajendra. Ia berdiri dengan tangan bersedekap di dada dengan tatapan tajam ke arah Rajendra.Lelaki yang ditanya tidak seketika menjawab. Ia meletakkan kunci mobil di meja dan menyampirkan jasnya di punggung kursi. "Kan udah kukasih tahu tadi," ucapnya singkat."Apa rumah itu ada magnetnya sampai-sampai kalau udah di sana kamu lupa sama kamu dan anak kita? Apa yang perempuan cacat itu kasih ke kamu, hah?" Utary mencecar Rajendra tanpa jeda.Rajendra batal melangkah. Kalimat terakhir yang dilempar Utary membuat darahnya mendidih. Ia menatap Utary dengan sorot tajam yang mampu membuat siapa saja gentar."Watch y

    Last Updated : 2024-12-18
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Firasat Yang Diabaikan

    Beberapa hari yang lalu ...Malam itu Livia merasakan udara begitu dingin. Angin malam berembus dari celah-celah jendela. Membuat tubuhnya yang lelah bertambah menggigil.Livia duduk sendiri di sofa ruang tamu ditemani kesunyian. Ini adalah hari kelima Rajendra pergi dari rumah dan menginap di apartemen Utary. Sebelumnya Livia sempat mendengar pembicaraan Rajendra melalui telepon yang akan menjemput Utary ke bandara. Sebelum pergi Rajendra memberhentikan Asih lalu pergi membawa Randu dan tidak kembali hingga saat ini.Sambil menyelesaikan rajutan sweater untuk Rajendra yang tinggal sedikit lagi, Livia memegangi perutnya yang semakin berat. Bayi di dalam kandungannya sangat aktif bergerak. Namun kali ini setiap pergerakannya membuat Livia merasa sakit.Livia mengelus perutnya dan berujar pelan. "Kenapa, Nak? Kamu baik-baik aja kan, Sayang?"Lama kelamaan rasa sakit tersebut terasa semakin hebat, seperti gelombang besar yang menghantam tiba-tiba. Livia menggigit bibir, menahan erangan d

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupaka

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 376

    Rajendra membawa Livia dengan disupiri Geri setelah menitipkan anak-anak pada Bu Mimi. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak panik. Maklum saja, ini adalah untuk pertama kalinya Rajendra melewati semua momen kehamilan Livia, mulai dari morning sickness, masa-masa Livia tidak bisa makan apa pun, masa-masa betapa protektifnya Rajendra padanya, masa-masa kehamilan tua di mana Livia mulai merasa kesakitan di mana-mana dan tidak bisa tidur hingga saat ini tiba masanya untuk melahirkan."Sakit banget, Ndraaa ..." Livia merintih tidak tahan di atas pangkuan Rajendra."Iya, Sayang. Sabar sebentar ya. Nggak lama lagi kita nyampe di rumah sakit," kata Rajendra sambil mengelus-elus perut Livia. "Ger, lebih kencang lagi," suruh Rajendra pada Geri agar menaikkan kecepatan."Baik, Pak," jawab Geri sambil memandang melalui spion tengah kemudian menekan pedal gas lebih dalam.Selama dalam perjalanan ke rumah sakit Livia terus merintih. Melihat ringisan di wajahnya membuat Rajendra tidak tahan. Andai

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 375

    Kehamilan ketiga ini tidak mudah bagi Livia. Kondisinya lebih lemah dari dua kehamilan sebelumnya. Livia yang sering mual dan muntah-muntah otomatis membuat anak-anak bertanya apa yang terjadi pada ibu mereka."Bang Randu, tahu nggak kenapa Bunda muntah-muntah terus?" tanya Gadis pada Randu ketika mereka akan berangkat sekolah pagi itu.Livia yang muntah setiap pagi dan Rajendra yang selalu memijit tengkuknya adalah pemandangan yang sering dilihat anak-anak belakangan ini.Randu mengangkat bahunya tidak tahu. "Entahlah. Abang juga nggak tahu, Dis.""Apa mungkin Bunda lagi sakit?" Gadis terlihat khawatir."Kita tanya aja langsung yuk," ajak Randu.Kedua anak itu menunggu Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi. Mereka saling pandang saat mendengar suara muntahan dari arah dalam sana.Beberapa menit kemudian Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi."Ngapain pada kumpul di sini?" tanya Rajendra."Adis dengar Bunda muntah-muntah terus setiap pagi, Pa. Bunda sakit apa, Pa?" tanya Gad

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status