Share

Balasan Yang Elegan

last update Last Updated: 2025-01-13 18:18:52

Setelah pintu ditutup Livia duduk di sofa ruang tamu. Wajahnya sedikit tampak tidak tenang. Hatinya gusar oleh percakapan bersama Sharon tadi.

Rajendra mengikutinya dan ikut duduk di samping Livia.

"Kamu dan dia kayak udah akrab banget. Kalian udah lama kenal?" tanya Livia memulai obrolan.

"Nggak. Aku baru kenal dia kemarin." Rajendra menjawab, mencoba agar terdengar biasa.

"Tapi dia bilang kamu cerita banyak tentang saya. Itu benar?" Livia menatap lekat wajah Rajendra hingga hampir membuatnya grogi.

Rajendra berdeham, mencoba menjaga situasi agar tetap tenang. "Jadi begini. Waktu kamu lagi di toilet kemarin, aku dan Gadis main di sini. Suara binatang dari buku Gadis menarik perhatian Lunetta. Sharon yang kehilangan Lunetta mencarinya sampai ke sini. Dari situ awalnya kami berkenalan. Dan aku menceritakan tujuan kita datang ke sini untuk pengobatan kamu."

"Oh," respon Livia. "Tapi tadi dia bilang sesuatu yang menyentil saya. Tentang pekerjaan. Rasanya dia seperti sengaja menunjukkan k
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Hadidja Laha
dikira livia bukan perwmpuan terpelajar maunya sempurna kayak dia .padahal jelek n angkuj sifatya rasa iri Luneta ada kasih sayqng sari seoramg ayah
goodnovel comment avatar
Dyandra Mulya
Wuahahaha... Bagus Livia. Ibarat Nyamuk yg Berisik Terbang di dekat Telingamu terus-menerus, Geplak aja biar MATI. Omongan Sharon yg terus berupaya Njatuhin Mentalmu Balas aja dgn Sindiran Sarkastis. Pinter banget Liv...
goodnovel comment avatar
Ririn Indah
kenapa kamu musti bohong sih ndra kalo udah kenal si Sharon? pasti nih di kemudian hari bakal jadi boomerang buat kamu sendiri ndra
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Di Luar Dugaan

    Perkataan Livia spontan membuat Sharon terdiam. Senyumnya sedikit pudar dan ia mencoba untuk tetap tenang walau perkataan Livia mengenai Lunetta berhasil menyentuh titik sensitifnya. Sharon diam-diam menghela napasnya. Wanita itu menunduk sesaat kemudian menatap Livia dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan."Okay, Livia. Aku harap kamu dan Rajendra selalu bahagia" ucapnya datar, kemudian memanggil Lunetta yang masih asyik bermain dengan Gadis. "Lunetta, sudah waktunya pulang!"Lunetta yang belum puas bermain terlihat enggan namun akhirnya tetap mengikuti keinginan sang ibu. "Bye, Gadis. See you tomorrow!" ucapnya ceria kemudian berlari ke arah Sharon.Sharon menggandeng tangan Lunetta menuju pintu. Sebelum keluar ia menoleh sekali lagi ke arah Livia. "Aku pulang dulu. Tapi, Livia, kamu jangan terlalu yakin dengan apa yang kamu miliki sekarang. Dunia seringkali tidak sebaik yang kita kira," ujarnya dengan kata penuh penekanan.Livia membalasnya dengan senyum tipis. Ia tidak ingin

    Last Updated : 2025-01-13
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Meminta Izin Livia

    "Nggak ada apa-apa, Liv," jawab Rajendra berbohong."Kalau memang nggak ada apa-apa kenapa tadi dia memanggil kamu?" tanya Livia tidak percaya.Rajendra menghela napas dalam diam sebelum menjawab, "Dokter bilang perkembangan kamu sangat bagus dan kamu sangat bersemangatm Tentang jadwalnya dokter Hailey bilang kamu harus terapi lima hari dalam seminggu."Livia tersenyum lebar dengan mata berbinar. "Serius, Ndra? Saya happy banget mendengarnya. Saya janji akan lebih giat lagi supaya bisa jalan bareng kamu tanpa membuat kamu malu.""Liv ..." Rajendra mencekal pelan lengan Livia hingga langkah Livia ikut terhenti."Iya?""Aku nggak suka mendengar kamu bilang kayak gitu lagi, Liv. Aku nggak malu jalan sama kamu apa pun keadaan kamu."Livia tersenyum getir teringat masa lalu, di mana Rajendra selalu menyembunyikan dirinya."Sejak kapan itu berubah, Ndra? Dulu kamu selalu mem--""Please, Liv, nggak usah bahas masa lalu." Rajendra segera memotong perkataan Livia sebelum ia selesai berbicara.

    Last Updated : 2025-01-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Yang Terjadi Di Rumah Sakit

    Rajendra membuka pintu kamar dengan hati-hati. Ia menatap Livia yang kini duduk di tepi tempat tidur."Siapa yang datang, Ndra?" Livia bertanya sambil menahan kantuknya.Rajendra menghampiri tempat tidur, duduk di tepinya dan menggenggam tangan Livia. "Liv, Sharon yang datang. Dia dengan Lunetta. Lunetta demam tinggi dan terus mengigau. Sharon minta aku buat nemenin ke rumah sakit.""Emangnya dia nggak punya orang lain yang bisa dimintai tolong? Kenapa harus kamu, Ndra?" Livia sedikit emosi mendengarnya."Karena kita tetangganya, Liv. Dia juga bilang nggak tahu lagi harus minta tolong ke siapa. Sejujurnya aku nggak tega ngeliat kondisi Lunetta. Badannya benar-benar panas," kata Rajendra menjelaskan.Livia terdiam mendengarnya. "Kalau kamu nggak mengizinkan aku nggak akan pergi, Liv."Livia membayangkan jika dirinya yang berada pada posisi Sharon. Ia hanya berdua dengan Gadis tanpa ada yang menemani. Tanpa ada Rajendra. Apakah ia tega?Livia menghela napasnya, mencoba menekan emosi ya

    Last Updated : 2025-01-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pencuri Ciuman

    Rajendra merasakan tubuh Sharon melekat padanya, yang membuat lelaki itu kaku seketika. Ia menurunkan pandangannya memandang Sharon yang kini terisak dengan tubuh bergetar. Barusan dokter mengatakan Lunetta harus diopname karena ia mengidap tipes.Perasaan Rajendra jadi campur aduk. Rasa kasihan, kesal dan merasa bersalah muncul, yang tidak jelas dari mana asalnya.Rajendra menepuk punggung Sharon dengan hati-hati. Berusaha melepaskan pelukan itu dengan halus. "Sha, tenang dulu. Aku ngerti kamu lagi panik. Tapi jangan begini."Sharon mengangkat wajahnya yang penuh oleh air mata dari pundak Rajendra. "Aku nggak tahu lagi harus gimana, Ndra. Semua ini terlalu berat buat aku. Bulan lalu anak temanku ada yang meninggal karena tipes, aku takut kehilangan Lunetta," jelas Sharon tersedu-sedu."Aku paham kamu butuh support dan bantuan, Sha. Tapi aku nggak bisa selalu ada untuk kamu. Kamu harus kuat demi Lunetta. Aku sudah bantu kamu sebisa mungkin, tapi aku juga punya keluarga," kata Rajendra

    Last Updated : 2025-01-14
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dulu Aku Pernah Jadi Yang Tersayang

    Rajendra tertidur tanpa menyadari situasi di sekelilingnya. Wajahnya terlihat tenang meski ada gurat kelelahan yang membayang.Sharon yang tadinya tampak terguncang kini merasa lega. Ia menatap Rajendra dengan perasaan mendamba. Ini adalah momen di mana ia bisa sedikit lebih dekat dengan lelaki itu."Akhirnya kita bisa sedekat ini lagi, Ndra. Aku tahu caraku salah, tapi hanya ini satu-satunya jalan untuk dekat denganmu." Sharon menggumam pelan penuh rasa syukur.Tangannya membelai lembut pipi Rajendra. Meski ia tahu ini salah, namun ia memilih untuk mengabaikan suara hati yang menyuruhnya untuk berhenti.Sambil terus membelai-belai pipi Rajendra, pikiran Sharon terbang ke masa lalu. Dulu dirinya adalah yang tersayang. Rajendra sangat mencintainya. Mereka bahkan sudah merencanakan pernikahan. Dan ya ... Rajendra memang menikah, tapi dengan perempuan lain. Sejak saat itu Sharon menghilang dari hidup Rajendra membawa luka dan kenyataan pahit. Siapa sangka semesta berkonspirasi mempertemu

    Last Updated : 2025-01-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Siapa Dia Sebenarnya?

    Pagi ini terasa begitu berbeda bagi Livia. Bagaimana tidak? Rajendra masih belum pulang sejak semalam. Padahal janjinya tidak akan lama. Saat Livia mencoba menghubungi suaminya itu melalui ponsel, terdengar suara ponsel tersebut dari balik bantal. Ternyata Rajendra meninggalkannya. Mungkin karena terburu-buru Rajendra sampai lupa membawanya.Livia memandang Gadis yang menggigit teether-nya di tempat tidur. Sesekali putrinya itu merengek meminta perhatian dari Livia, sedangkan Livia sibuk bersiap-siap untuk pergi terapi.Teringat Rajendra yang masih belum pulang, Livia mencoba mengesampingkan rasa kecewanya. Ia memutar otak bagaimana caranya pergi terapi dengan membawa Gadis. Ini bukan soal menggendong Gadis, tapi tentang siapa yang menjaganya saat sesi terapi berlangsung nanti.Livia mengembuskan napas berat. Dalam keterbatasannya sebagai seorang difabel, ia tahu setiap langkah yang akan diambilnya harus penuh dengan perhitungan. Sejujurnya, keberadaan Rajendra sangat banyak membantu.

    Last Updated : 2025-01-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jadi Begini Cara Mainmu?

    Ucapan Livia membuat Rajendra terdiam. Kalimat terakhir istrinya itu bagai petir yang menyambar tanpa ada angin tanpa ada hujan. Tatapan Livia sekarang tidak hanya menunjukkan kekecewaan tapi juga perasaan curiga yang perlahan muncul ke permukaan."Jangan begitu, Liv. Dia bukan siapa-siapa. Aku nggak kenal dia sebelumnya. Jadi bagaimana mungkin dia menjadi mantanku?" kata Rajendra berusaha untuk tetap tenang walaupun rasa bersalah yang begitu hebat karena telah berbohong menghantam dadanya dengan begitu kuat. "Aku cuma membantu dia. Dia sendirian dan panik banget. Itu saja," lanjut Rajendra menjelaskan pada Livia."Dia sendirian?" Livia mengulangi dengan nada rendah. "Dia punya anak, berarti dia punya suami. Masa iya nggak ada satu pun teman atau kerabat yang bisa menolong dia selain kamu. Lagian banyak tetangga di apartemen ini. Kenapa harus kamu, Ndra?" tatap Livia tidak mengerti."Aku nggak tahu kalau soal itu, Liv. Mungkin karena dia merasa dekat dengan kita karena sama-sama orang

    Last Updated : 2025-01-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dia Kan Bukan Anakku

    Hari ini Livia sudah mempersiapkan dirinya untuk pergi terapi. Ia bertekad akan pergi sendiri tanpa ditemani Rajendra."Mau ke mana kamu, Ndra?" tanya Livia melihat Rajendra juga sedang bersiap-siap."Lho, kok gitu nanyanya, Sayang?" Rajendra keheranan. "Kita kan mau pergi terapi.""Saya akan pergi sendiri. Kamu tolong jaga Gadis baik-baik."Rajendra terdiam sejenak sambil memandangi wajah Livia. Dan ia menemukan keseriusan di sana. "Kenapa kamu ingin pergi sendiri? Biasanya kita selalu pergi bertiga.""Kasihan Gadis kalau terlalu lama menunggu. Saya pikir lebih baik dia di apartemen. Dia jadi bisa tidur atau main dengan leluasa.""Oke. Tapi biar aku antar kamu ke rumah sakit ya?""Nggak usah, Ndra, biar saya naik taksi.""Tapi kita masih tergolong baru di sini. Kamu belum banyak tahu daerah di sini, Liv." Rajendra berusaha mencegah."Justru itu. Biar saya pergi dengan taksi. Percayalah saya akan baik-baik saja. Kamu nggak perlu sampai secemas itu. Saya orangnya nggak panikan. Masih b

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lamaran

    Di halaman belakang rumah aroma ikan bakar semakin kuat. Dengan telaten Rajendra membolak-balikkan ikan besar di atas panggangan. Sementara di sebelahnya beberapa ekor ikan kecil sedang digoreng hingga renyah.Gadis duduk di bangku plastik, menunggu dengan sabar sambil mengayun kakinya. Sesekali menghirup aroma ikan bakar dengan penuh rasa antusias. Begitu berbeda dengan Lunetta yang berdiri dengan tangan menyilang di depan dada. Anak itu tampak tidak senang."Papa, kenapa ikan buat aku cuma ikan kecil?" Lunetta memprotes, membandingkan dengan ikan besar yang dibakar untuk Gadis."Tadi Kak Lunetta bilang mau ikan goreng kan? Jadi Papa gorengkan. Lihat nih walau kecil-kecil tapi banyak. Ikan kecil ini kalau dikumpulin bakalan sama kayak ikan bakar Adis.""Tapi tetap aja Adis dapat yang besar sedangkan aku yang kecil. Aku mau ikan yang besar!" Lunetta bersungut-sungut."Kalau Kak Lunetta mau ikan besar, ambil punya Adis aja, Kak," ujar Gadis mengalah."Aku kan udah bilang nggak suka ika

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Satu Untukku, Satu Untukmu

    Javier turun dari mobilnya. Hari itu lelaki tersebut berpenampilan casual menggunakan celana jeans dan kaos Polo berwarna navy."Ada tamu, Liv?" tanya pria itu pada Livia yang menyambutnya.Livia mengangguk."Siapa?" Javier memandang ke arah rumah."Rajendra. Sekarang lagi mancing sama Gadis dan dua anak lainnya di belakang."Ekspresi Javier berubah dalam hitungan detik mendengar informasi itu."Kamu gimana sih, Liv? Katanya hari ini kita mau jalan ke mall.""Sorry, Jav. Aku juga nggak tahu kalau Rajendra bakal ke sini. Dia yang bikin janji sama Gadis. Dan Gadis nggak bilang ke aku."Javier berdecak kesal karena Rajendra merusak rencananya. Sejak lelaki itu hadir, hubungannya dengan Livia dan Gadis menjadi kacau."Sekarang panggil Gadis, kita pergi." Javier memerintah."Nggak bisa begitu, Jav. Gadis lagi quality time sama papanya. Aku nggak mungkin tiba-tiba ngerusak kebahagiaan dia. Dia lagi happy-happy-nya.""Kalau begitu kita pergi berdua.""Sorry, Jav. Aku nggak mungkin ninggalin

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Persaingan Yang Semakin Ketat

    Pagi itu halaman rumah Livia diterpa cahaya matahari dengan hangat. Gadis asyik membantu Livia menyiram bunga di halaman.Ketika suara mobil terdengar berhenti di luar pagar awalnya Gadis tidak peduli siapa yang datang. Ia pikir teman Livia atau siapa. Namun ketika tahu itu Rajendra, Gadis langsung berseru riang. "Papa!" dan langsung berlari ke arah mobil Rajendra.Livia yang sedang membersihkan halaman rumah ikut memandang ke arah itu. Ia tidak tahu apa maksud kedatangan Rajendra hari ini. Apalagi dengan membawa Randu dan Lunetta."Papa kok ke sini nggak bilang-bilang Adis dulu?" Gadis mendongak penuh rasa penasaran."Kan Papa udah janji hari Minggu kita mau mancing di kolam belakang. Adis lupa ya?""Oh iya ya. Adis baru ingat." Gadis melompat kegirangan.Livia menghela napas pelan melihat Rajendra mengambil alat pancingnya dari bak belakang pick up double cabin. Apalagi lelaki itu juga membawa dua anaknya yang lain."Sini Adis bawa, Pa," ujar Gadis antusias.Rajendra memberi satu p

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Akan Aku Pikirkan

    Ketika Javier berkata akan membantu mengurus perceraian, Livia hanya diam. Jemarinya saling bertautan di atas pangkuannya, berusaha menenangkan gemuruh di dalam dadanya. Semestinya ia merasa lega. Perceraian tersebut adalah akhir dari segala keterikatan dengan Rajendra. Tapi kenapa hatinya justru terasa berat?Livia menatap ke luar jendela mobil dengan sorot kosong. Dadanya semakin terasa sesak."Aku akan bantu kamu bicara sama pengacara," kata Javier yang masih fokus menyetir.Livia mengambil napas dalam. "Javier ..." Ia menggigit bibir, merasa ragu untuk melanjutkan perkataannya."Ya.""Kamu yakin perceraian ini adalah jalan terbaik untukku?""Sure. Setelah semua derita yang kamu alami kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Kamu sudah terlalu lama menderita."Terlalu lama menderita.Kalimat itu seharusnya menyadarkan Livia. Menjadi pengingat bahwa Rajendra pernah menyakitinya begitu dalam. Tapi kenapa di dalam hatinya ada suara yang membisikkan bahwa ia masih harus bertahan?Bahwa ia

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Desakan Perceraian

    Di dalam mobil Rajendra, Randu dan Gadis duduk di kursi belakang sambil bersenda gurau. Sementara Lunetta menatap keduanya dengan perasaan tidak senang. Lunetta tidak suka melihat kedekatan Randu dan Gadis. Gadis seolah sedang mengambil Randu darinya. Gadis yang baru saja masuk ke dalam hidup mereka kini seolah mengambil tempat Lunetta di hati Randu."Bang Randu mau nggak main ke rumah Adis?" tanya Gadis setelah mereka puas bersenda gurau. Ia tertawa kecil dengan mata dipenuhi binar. "Di belakang rumah Adis ada kolam ikan. Kita bisa ambil ikannya terus digoreng deh.""Oh ya?" Randu tampak tertarik.Gadis mengangguk-angguk. "Ikannya udah gede-gede lho, Bang. Dulu Om Jav yang beli bibitnya."Rajendra yang mendengar obrolan keduanya sejak tadi mengembuskan napas. Lagi-lagi Om Jav. Tampaknya Lelaki itu yang selalu berjasa dalam hidup Livia dan Gadis. Perannya begitu besar terutama dalam pertumbuhan Gadis."Terus gimana cara kita tangkap ikannya?" Randu tampak berpikir."Kan bisa dipancin

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rebutan

    "Papa, kita ke mana? Kok jalannya bukan jalan ke sekolah?" tanya Lunetta begitu mereka berbelok ke sebelah kiri di perempatan lalu lintas. Biasanya jalan ke sekolah mereka adalah lurus."Kita jemput Gadis dulu ya," jawab Rajendra yang sedang menyetir.Lunetta berdecak mendengarnya. "Emang dia siapa sih, Pa? Kenapa harus pergi sekolah sama kita?""Lunetta, Papa kan udah bilang kalau Gadis itu saudara kalian juga. Dia juga anak Papa," kata Rajendra memberi pengertian.Lunetta langsung memberengut dan membuang pandangannya ke jalan."Jangan ngambek dong. Gadis itu anak baik. Kamu belum nyoba main sama dia kan?" Rajendra tersenyum sambil mengelus rambut Lunetta.Sementara Randu yang duduk di belakang tidak banyak protes. Ia tidak menganggap Gadis sebagai saingannya. Hanya merasa heran atas semua kejadian yang tiba-tiba ini. Tiba-tiba punya saudara, tiba-tiba menjadi keluarga.Mobil Rajendra berhenti tepat di depan rumah Livia. Dari arah berlawanan sebuah Range Rover hitam ikut berhenti. D

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berubah Pikiran

    Livia baru saja menemani Gadis menggosok gigi dan mengganti piyama. Sekarang mereka berbaring di tempat tidur ditemani oleh lampu tidur yang redup. Gadis memeluk boneka Mashanya dengan erat."Bunda ...," panggil Gadis pelan."Iya, Sayang?" Livia menjawab sambil menyibak rambut Gadis yang menutupi sedikit wajahnya."Apa benar Papa Rajendra itu papanya Adis? Kenapa Bunda bilang kalau papanya Adis udah meninggal?"Livia terdiam sesaat. Pertanyaan tersebut datang lebih cepat dari yang ia kira. Matanya menatap wajah Gadis yang polos tapi penuh rasa ingin tahu. Gadis memang masih kecil. Tapi banyak pertanyaan-pertanyaannya yang tidak mampu Livia jawab."Bunda ..." Gadis menggoyangkan tangan Livia dengan pelan, menunggu jawaban.Livia menelan saliva lalu mencoba merangkai kata-kata. "Sayang, dulu Bunda kira Papa memang sudah meninggal soalnya Papa dan Bunda sangat lama berpisah, tapi ternyata Papanya Adis masih hidup.""Jadi Bunda bohongin Adis?" Gadis mengerutkan keningnya."Nggak, Sayang.

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Permintaan Rajendra

    Livia dan Rajendra sama kagetnya melihat keberadaan Gadis. Entah apa yang membuat anak itu terbangun."Livia, please, jangan sampai kita bertengkar di depan Gadis," bisik Rajendra pelan sebelum kemudian tersenyum pada Gadis.Rajendra yang sejak tadi berdiri di sisi pintu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Livia.Rajendra bersimpuh sambil mengembangkan tangannya untuk memeluk Gadis. Namun ketika melihat tatapan tajam sang bunda, Gadis yang juga hendak memeluk Rajendra mengurungkan niatnya. Anak itu masih berdiri kaku di tempatnya dan terlihat takut pada Livia.Livia melangkah mendekat kemudian bertanya pada Gadis. "Adis kenapa bangun? Ayo tidur lagi, Nak. ""Adis lapar, Nda. Adis mau makan." Gadis kecil itu memegang perutnya.Livia mengesahkan napas. Ia baru ingat tidak ada makanan untuk makan malam. Hari ini lantaran pekerjaannya terlalu banyak ia tidak sempat memasak."Kebetulan kalau gitu. Papa juga belum makan. Kita makan di luar yuk, Dis? Papa lapar nih," ucap Rajendra yan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Papa

    Cukup lama Rajendra menanti sampai mobil Javier bergerak pergi dari rumah Livia."Shit! Entah apa yang dia lakukan di sana," umpat Rajendra memaki. Rasanya ia kesal sekali. Sudah sejak tadi ia menanti bermeter-meter dari rumah Livia, ia menunggu di bawah pohon rindang.Rajendra menarik hand brake. Kemudian mobilnya bergerak pelan menuju rumah Livia.Turun dari mobil, Rajendra mengedarkan matanya ke sekeliling. Suasana halaman rumah itu persis yang digambar Gadis di bukunya.Ragu-ragu tangan Rajendra terangkat hendak mengetuk pintu. Benaknya memetakan beberapa kemungkinan.Apa yang akan Livia lakukan jika nanti melihat Rajendralah yang datang?Apa nanti Livia akan mengusirnya? Mengata-ngatainya? Atau menerimanya dengan baik-baik?Atau sebaiknya ia menunggu waktu yang tepat untuk berkunjung ke rumah itu?Tidak. Ia tidak perlu menunda apa pun. Karena waktu yang tepat adalah saat ini. Semakin cepat akan semakin bagus.Maka yang kemudian Rajendra lakukan adalah memberanikan diri mengetuk p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status