Share

Pencuri Ciuman

last update Last Updated: 2025-01-14 21:13:43

Rajendra merasakan tubuh Sharon melekat padanya, yang membuat lelaki itu kaku seketika. Ia menurunkan pandangannya memandang Sharon yang kini terisak dengan tubuh bergetar. Barusan dokter mengatakan Lunetta harus diopname karena ia mengidap tipes.

Perasaan Rajendra jadi campur aduk. Rasa kasihan, kesal dan merasa bersalah muncul, yang tidak jelas dari mana asalnya.

Rajendra menepuk punggung Sharon dengan hati-hati. Berusaha melepaskan pelukan itu dengan halus. "Sha, tenang dulu. Aku ngerti kamu lagi panik. Tapi jangan begini."

Sharon mengangkat wajahnya yang penuh oleh air mata dari pundak Rajendra. "Aku nggak tahu lagi harus gimana, Ndra. Semua ini terlalu berat buat aku. Bulan lalu anak temanku ada yang meninggal karena tipes, aku takut kehilangan Lunetta," jelas Sharon tersedu-sedu.

"Aku paham kamu butuh support dan bantuan, Sha. Tapi aku nggak bisa selalu ada untuk kamu. Kamu harus kuat demi Lunetta. Aku sudah bantu kamu sebisa mungkin, tapi aku juga punya keluarga," kata Rajendra
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (27)
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Kalo Rajendra tdk menjaga jarak dgn sharon dan pindah dan hrs berterus terang sm Livia. kali ga rajendra akan hilang kesemoatan ke dua. Masa ia ga bs nolak....hadeehh.....
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Dulu Utary juga gt...ga punya siapa2, cm bergantung sm Rajendra. Akhirnya kandas ada dirmh Rajendra sm Livia. Ini juga gt...mantan nya Rajendra si Sharon , anak nya sakit ga bs minta tolong sm siapa2....ga ounya siapa2. Kan shron sdh lama tinggal di Usa dan punya kerjaan bagus.
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
bangkai emang rajndra ini ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dulu Aku Pernah Jadi Yang Tersayang

    Rajendra tertidur tanpa menyadari situasi di sekelilingnya. Wajahnya terlihat tenang meski ada gurat kelelahan yang membayang.Sharon yang tadinya tampak terguncang kini merasa lega. Ia menatap Rajendra dengan perasaan mendamba. Ini adalah momen di mana ia bisa sedikit lebih dekat dengan lelaki itu."Akhirnya kita bisa sedekat ini lagi, Ndra. Aku tahu caraku salah, tapi hanya ini satu-satunya jalan untuk dekat denganmu." Sharon menggumam pelan penuh rasa syukur.Tangannya membelai lembut pipi Rajendra. Meski ia tahu ini salah, namun ia memilih untuk mengabaikan suara hati yang menyuruhnya untuk berhenti.Sambil terus membelai-belai pipi Rajendra, pikiran Sharon terbang ke masa lalu. Dulu dirinya adalah yang tersayang. Rajendra sangat mencintainya. Mereka bahkan sudah merencanakan pernikahan. Dan ya ... Rajendra memang menikah, tapi dengan perempuan lain. Sejak saat itu Sharon menghilang dari hidup Rajendra membawa luka dan kenyataan pahit. Siapa sangka semesta berkonspirasi mempertemu

    Last Updated : 2025-01-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Siapa Dia Sebenarnya?

    Pagi ini terasa begitu berbeda bagi Livia. Bagaimana tidak? Rajendra masih belum pulang sejak semalam. Padahal janjinya tidak akan lama. Saat Livia mencoba menghubungi suaminya itu melalui ponsel, terdengar suara ponsel tersebut dari balik bantal. Ternyata Rajendra meninggalkannya. Mungkin karena terburu-buru Rajendra sampai lupa membawanya.Livia memandang Gadis yang menggigit teether-nya di tempat tidur. Sesekali putrinya itu merengek meminta perhatian dari Livia, sedangkan Livia sibuk bersiap-siap untuk pergi terapi.Teringat Rajendra yang masih belum pulang, Livia mencoba mengesampingkan rasa kecewanya. Ia memutar otak bagaimana caranya pergi terapi dengan membawa Gadis. Ini bukan soal menggendong Gadis, tapi tentang siapa yang menjaganya saat sesi terapi berlangsung nanti.Livia mengembuskan napas berat. Dalam keterbatasannya sebagai seorang difabel, ia tahu setiap langkah yang akan diambilnya harus penuh dengan perhitungan. Sejujurnya, keberadaan Rajendra sangat banyak membantu.

    Last Updated : 2025-01-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jadi Begini Cara Mainmu?

    Ucapan Livia membuat Rajendra terdiam. Kalimat terakhir istrinya itu bagai petir yang menyambar tanpa ada angin tanpa ada hujan. Tatapan Livia sekarang tidak hanya menunjukkan kekecewaan tapi juga perasaan curiga yang perlahan muncul ke permukaan."Jangan begitu, Liv. Dia bukan siapa-siapa. Aku nggak kenal dia sebelumnya. Jadi bagaimana mungkin dia menjadi mantanku?" kata Rajendra berusaha untuk tetap tenang walaupun rasa bersalah yang begitu hebat karena telah berbohong menghantam dadanya dengan begitu kuat. "Aku cuma membantu dia. Dia sendirian dan panik banget. Itu saja," lanjut Rajendra menjelaskan pada Livia."Dia sendirian?" Livia mengulangi dengan nada rendah. "Dia punya anak, berarti dia punya suami. Masa iya nggak ada satu pun teman atau kerabat yang bisa menolong dia selain kamu. Lagian banyak tetangga di apartemen ini. Kenapa harus kamu, Ndra?" tatap Livia tidak mengerti."Aku nggak tahu kalau soal itu, Liv. Mungkin karena dia merasa dekat dengan kita karena sama-sama orang

    Last Updated : 2025-01-15
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dia Kan Bukan Anakku

    Hari ini Livia sudah mempersiapkan dirinya untuk pergi terapi. Ia bertekad akan pergi sendiri tanpa ditemani Rajendra."Mau ke mana kamu, Ndra?" tanya Livia melihat Rajendra juga sedang bersiap-siap."Lho, kok gitu nanyanya, Sayang?" Rajendra keheranan. "Kita kan mau pergi terapi.""Saya akan pergi sendiri. Kamu tolong jaga Gadis baik-baik."Rajendra terdiam sejenak sambil memandangi wajah Livia. Dan ia menemukan keseriusan di sana. "Kenapa kamu ingin pergi sendiri? Biasanya kita selalu pergi bertiga.""Kasihan Gadis kalau terlalu lama menunggu. Saya pikir lebih baik dia di apartemen. Dia jadi bisa tidur atau main dengan leluasa.""Oke. Tapi biar aku antar kamu ke rumah sakit ya?""Nggak usah, Ndra, biar saya naik taksi.""Tapi kita masih tergolong baru di sini. Kamu belum banyak tahu daerah di sini, Liv." Rajendra berusaha mencegah."Justru itu. Biar saya pergi dengan taksi. Percayalah saya akan baik-baik saja. Kamu nggak perlu sampai secemas itu. Saya orangnya nggak panikan. Masih b

    Last Updated : 2025-01-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mungkin Aku Sudah Mati

    Hampir satu minggu Lunetta dirawat di rumah sakit. Hari ini anak itu sudah dibolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Meski begitu Lunetta masih terus merengek dan minta digendong. Hal itu membuat Sharon merasa kewalahan juga kesal. "Mommy, gendong aku. Aku nggak mau jalan," rengek Lunetta sambil menarik-narik tangan Sharon. Sharon menghela napasnya meningkahi kemanjaan sang putri. "Sayang, Mommy juga capek. Kamu kan sudah besar, ayo jalan sendiri." "Tapi aku nggak bisa. Kakiku sakit Mommy ..." "Kamu itu tipes, Lunetta, bukan sakit kaki kayak perempuan pincang itu. Ayo jalan, nanti kalau kamu nggak mau jalan Tuhan bikin kakimu jadi pincang. Mau kamu?" ancam Sharon dengan mata melebar. "Maksud Mommy pincang seperti Aunty Livia?" Sharon terdiam sebentar kemudian tersenyum tipis. Senyum yang sepertinya ramah tapi begitu penuh siasat. Lalu ia berjongkok di depan Lunetta. Tangannya meraih bahu kecil putrinya lalu mengunci mata Lunetta dengan tatapan. "Lunetta sayang."

    Last Updated : 2025-01-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ketegasan Livia

    Livia dan Rajendra terdiam sesaat mendengar Lunetta memanggil Rajendra dengan sebutan 'Papa'. Panggilan itu datang tiba-tiba dan begitu mendadak tanpa ada penjelasan sebelumnya. Dan tentu saja keduanya merasa terkejut. Bagi Livia panggilan 'Papa' seharusnya bukanlah sesuatu yang bisa diucapkan begitu saja oleh anak yang tidak memiliki hubungan darah langsung dengan orang tersebut. Panggilan itu lebih dari sekadar sebutan. Itu merupakan sebuah ikatan yang semestinya terjalin secara alami melalui kedekatan emosional. "Terima kasih bunganya, Lunetta." Rajendra menerima buket mawar tersebut dari anak mantan kekasihnya. "Tapi kenapa kamu memanggil Papa? Seharusnya cukup panggil Uncle atau Om saja." Livia memerhatikan ekspresi Rajendra dengan cermat. Kebingungan dan ketegangan terlihat jelas dari wajahnya. Rajendra mencoba untuk terdengar biasa tapi nada suaranya sedikit kaku. Sedangkan Livia mencoba menahan diri agar tidak emosi. Lunetta membalas tatapan Rajendra dengan wajah polos

    Last Updated : 2025-01-16
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ide Livia

    Livia dan Rajendra sekali lagi dikejutkan oleh ucapan Lunetta. Padahal tadi sudah diwanti-wanti agar jangan memanggil papa pada Rajendra. Namun entah anak itu mengerti atau tidak, ia masih mengucapkannya. Selepas Sharon dan Lunetta pergi, Livia mencoba menenangkan diri. Hatinya terasa berat. Ia merasa ada salah dengan Sharon, tetangganya yang aneh. Wanita itu terlalu lancang, dan kalau boleh Livia bilang, dia juga manipulatif. "Aneh banget orang itu," ucap Livia sambil menatap wajah Rajendra. "Sudahlah, Liv, kamu tenang ya." Rajendra menggenggam tangan Livia demi menenangkannya. "Gimana aku bisa tenang? Udah dibilangin jangan panggil Papa masih aja nggak ngerti. Aku nggak suka anak itu memanggilmu begitu, Ndra, seolah-olah dia adalah anakmu, dan ibunya adalah wanitamu yang lain." "Sssst!" Rajendra segera menenangkan Livia dengan menempelkan telunjuknya di bibir perempuan itu. Sedangkan sebelah tangannyanya yang lain memangku Gadis yang asyik memainkan buket bunga dan tampak

    Last Updated : 2025-01-17
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bicara Empat Mata

    Malam itu Livia tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya kalut dan tidak berhenti mengulang kejadian tadi. Perkataan Sharon begitu membekas, seperti luka kecil yang begitu nyeri setiap diingat.Livia berbaring di atas tempat tidur dengan mata terbuka sambil menatap langit-langit kamar dalam temaram cahaya lampu tidur. Di sebelahnya Rajendra sudah tertidur dengan Gadis dalam dekapannya. Hanya suara napas keduanya yang terdengar, tapi entah kenapa hal tersebut membuat Livia merasa sangat kesepian.Livia memiringkan badannya, menatap Rajendra yang terlihat tenang dalam tidurnya. "Kamu nggak bisa ngerasain perasaanku, Ndra," bisiknya lirih, lebih kepada dirinya sendiri.Merasa tidak tahan lagi menahan kegalauan sendirian, Livia bergerak dari ranjang lalu berjalan ke balkon. Udara malam yang dingin menerpa wajahnya. Namun tidak cukup untuk menahan gejolak di dalam dadanya. Perasaan tidak nyaman itu semakin menghantui.Entah berapa lamanya Livia berada di balkon sampai ia mendengar langkah

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   TAMAT

    Rumah besar Livia dan Rajendra kini terasa sunyi. Anak-anak sudah besar dan berkeluarga. Tapi di setiap akhir pekan rumah mereka selalu ramai oleh tawa canda cucu dan cicit mereka. Anak-anak selalu menawarkan Rajendra dan Livia untuk tinggal bersama mereka tapi keduanya menolak. Mereka lebih memilih untuk tinggal berdua saja dan menghabiskan masa tua bersama.Rajendra dan Livia saat ini sedang berada di kamar mereka. Rajendra sudah berumur 90 tahun sedangkan Livia 3 tahun di bawahnya. Keduanya berbaring di tempat tidur."Hujannya lama ya, Ndra, dari tadi nggak berhenti-henti," kata Livia sembari memandang ke luar jendela, pada titik-titik hujan yang terus berjatuhan."Iya, Sayang. Sekarang kan lagi musim hujan.""Dingin ..." Rajendra merengkuh Livia, memberi lengannya untuk istrinya itu berbaring sedangkan satu tangannya lagi memeluk tubuh Livia. Meski rambut mereka sudah sepenuhnya memutih dan wajah mereka sudah keriput tapi cinta mereka begitu kuat.Livia tersenyum. "Berada di peluk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 8

    Hari-hari setelah kehamilannya terasa berat bagi Gadis. Setiap hari ia mengalami morning sickness yang menyebabkan susah makan.Randu yang biasanya pagi-pagi berangkat ke kedutaan kini harus mengurus Gadis lebih dulu sebelum pergi ke kantornya."Makan dikit ya, Abang bikinin sup hangat atau maunya roti coklat aja?" kata Randu sambil mengelus pundak Gadis yang terduduk lemas di sofa.Gadis menggelengkan kepalanya. "Adis nggak mau apa-apa, Bang. Adis nggak selera makan apa pun.""Tapi setidaknya Adis harus makan sedikit biar ada isi perutnya. Ingat, Dis, anak kita juga butuh asupan."Gadis tersenyum melihat perhatian Randu dan kepanikannya di waktu yang sama. "Ya udah, Adis mau minum teh hangat aja sama roti coklat," putusnya walau kemudian kembali berakhir dengan muntah.Malam harinya saat video call dan mengetahui keadaan Gadis, Livia langsung mengambil keputusan."Ndra, aku harus berangkat.""Ke mana?" tanya Rajendra."Ke Turki. Aku harus nemenin Gadis. Dia butuh aku saat ini. Ini ke

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 7

    Gadis dan Randu memulai kehidupan mereka sebagai suami istri begitu tiba di Ankara, ibukota Turki. Kota itu terasa begitu berbeda dengan suasana di Indonesia. Udara dingin menusuk di musim gugur. Arsitektur Eropa bercampur dengan sentuhan Ottoman serta hiruk pikuk kehidupan yang begitu asing bagi Gadis.Randu sebagai diplomat muda langsung disibukkan dengan pekerjaannya di kedutaan besar Indonesia. Seringkali ia harus menghadiri rapat dengan pejabat Turki, menerima delegasi dari Indonesia, atau menghadiri acara-acara diplomatik. Sementara itu gadis masih beradaptasi dengan kehidupan barunya. Awalnya ia merasa canggung tinggal di negeri orang. Namun Randu selalu berusaha membuatnya nyaman. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang luas dengan pemandangan kota Ankara yang indah.Setiap pagi Randu berangkat ke kedutaan, sementara gadis mulai membangun rutinitasnya sendiri. Ia mengambil kursus bahasa Turki agar bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar. Selain itu ia juga se

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 6

    Hari keberangkatan Gadis dan Randu ke Turki semakin dekat. Di rumah keluarga Rajendra suasana haru kian terasa.Livia sibuk memastikan semua keperluan Gadis sudah siap. Ia berulang kali memeriksa koper putrinya hanya demi memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal."Adis, kamu yakin semuanya udah lengkap? Paspor, obat-obatan, udah?" tanya Livia dengan suara bergetar.Gadis tersenyum tipis, ia mencoba menenangkan perasaan ibunya. "Udah, Bunda. Tenang aja, Adis udah cek berkali-kali, sama kayak Bunda."Namun, Livia tetap terlihat cemas. Tangannya gemetar saat merapikan baju-baju Gadis di koper."Nda, udah. Jangan kayak gini. Nanti Adis bakal sering nelepon dan video call sama Bunda kok," kata Gadis menenangkan sang bunda.Livia mengangguk tapi matanya mulai berkaca-kaca. Ia belum siap berpisah dengan Gadis, namun juga tidak mungkin menahan Gadis agar tetap bersamanya karena Gadis sudah menikah.Rajendra juga mencoba untuk tegar. Ia diam saja, memerhatikan semua persiapan denga

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 5

    Akad nikah Gadis dan Randu sudah selesai dilaksanakan. Acara disambung dengan resepsi pernikahan.Acara tersebut tampak meriah. Para tamu yang datang terlihat puas. Baik oleh penyelenggaraan acaranya maupun dari hidangan yang disajikan. Wedding singer yang berada di atas panggung yang berada tidak jauh dari pelaminan tidak ada hentinya menyanyikan lagu romantis, membuat atmosfer penuh cinta semakin terasa."Liv, aku mau nyanyi boleh nggak?" kata Rajendra tiba-tiba."Hah?" Mata Livia melebar mendengarnya. "Emang kamu bisa nyanyi?""Bisa dong walau suara aku pas-pasan," kekeh Rajendra.Livia ikut tertawa. "Ya udah gih, nyanyi sana biar anak-anak tahu kalau papanya ada bakat terpendam.""Kamu mau ikutan nyanyi sama aku?""Aku ngeliat dari sini aja."Rajendra berjalan ke belakang panggung, berbicara dengan seseorang lalu naik ke atas panggung. Mikrofon yang tadinya ada di tangan wedding singer berpindah ke tangan Rajendra."Bang, itu Papa mau ngapain?" tanya Gadis yang duduk di pelaminan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 4

    Begitu mendapatkan restu dari Erwin, persiapan pernikahan Gadis dan Randu segera disiapkan.Livia yang paling sibuk. Ia memastikan bahwa semua berjalan lancar dan sempurna untuk anak perempuannya. Begitu pula dengan Rajendra. Ia lebih disibukkan dengan urusan administratif.Gadis menginginkan pernikahan yang sederhana tapi tetap elegan. Setelah berdiskusi panjang akhirnya mereka memutuskan menyewa gedung yang memiliki nuansa taman di dalamnya dengan lampu-lampu gantung. Sementara untuk dekorasinya sendiri dihiasi nuansa putih dan hijau yang menyimbolkan kesan alami dan damai.Untuk pakaian pengantin Randu mengenakan beskap putih klasik. Sedangkan Gadis memilih gaun putih gading dengan detail bordir yang lembut. Saat pertama kali mencobanya ia termenung di depan cermin, menyadari bahwa sebentar lagi hidupnya akan berubah.Mengenai undangan mereka mencetak undangan simpel dengan desain minimalis. Gadis dan Randu memutuskan hanya mengundang orang-orang terdekat. Meskipun begitu Rajendra

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 3

    "Yang benar aja kamu, Ndra. Nggak mungkin Gadis nikah sama Randu!" Begitu kata Erwin di saat Rajendra mengatakan tentang rencana menikahkan kedua anaknya."Aku dan Livia juga kaget, Pi. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka berdua saling mencintai," ujar Rajendra pada Erwin."Kayak nggak ada orang lain aja." Erwin terlihat tidak setuju atas rencana pernikahan keduanya."Ya mau gimana lagi, Pi. Namanya juga cinta."Erwin terdiam. Ia kehilangan kata untuk menjawab kata-kata Rajendra."Pi, kita restui saja mereka. Jangan dipersulit," pinta Rajendra." Aku nggak ingin melihat anakku menderita apalagi kalau mereka sampai kawin lari."Erwin menghela napasnya lalu bertanya, "Sejak kapan mereka pacaran?""Sudah cukup lama, Pi. Livia yang punya firasat itu tapi aku nggak percaya. Sampai akhirnya keduanya mengaku."Erwin terdiam lagi seolah sedang memikirkan perkataan Rajendra. "Kamu nggak lupa siapa orang tua Randu kan, Ndra? Jangan lupa dia anak Utary dan nggak tahu siapa bapaknya.""Aku udah lupakan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 2

    "Liv love, kamu ngeliat Gadis nggak?" tanya Rajendra setelah masuk ke ruangan Livia. Setelah semua yang terjadi Livia juga bekerja di kantor menjadi asisten pribadi Rajendra. Lagi pula anak-anak sudah besar."Paling pergi makan siang bareng Randu," jawab Livia sambil merapikan ikatan rambutnya."Makin hari mereka semakin dekat," komentar Rajendra."Iya. Aku pun ngeliatnya begitu." Livia menimpali. "Kamu ngerasa nggak sih, kalau hubungan mereka kayak udah nggak wajar?""Nggak wajar gimana?" Rajendra mengerutkan dahinya.Livia tampak ragu namun tak urung mengatakan. "Aku ngeliat mereka kayak orang lagi pacaran. Benar nggak?"Rajendra tertawa mendengarnya. "Kamu ada-ada aja, Sayang. Randu dan Gadis kan dari kecil sudah tumbuh bersama. Mereka itu kakak adik. Nggak mungkin mereka seperti yang kamu bilang."Livia terdiam. Yang dikatakan Rajendra ada benarnya. Tapi firasatnya berkata lain. Sebagai seorang ibu ia tahu persis ada yang berbeda dalam hubungan Randu dan Gadis. Cara Randu menatap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status