Okta langsung mendorong tubuh Kanaya, dia merasa tak enak kepada Aisyah, namun wanita itu malah dengan santai memakan makan malamnya.'Ap Aisyah tidak cemburu sama sekali?'batin Okta."Aaakh!" Lagi-lagi Kanaya menjerit dia berpura-pura untuk keseleo membuat wanita itu hampir limbung."Sepertinya kakiku keseleo," ucapkan Kananya saat Okta menangkap tubuhnya."Aisyah ... kita pulang sekarang yuk! Rasanya selera makanku sudah hilang," ajak Okta."Tapi kan Bang, makanan kamu belum habis?" tanyanya sambil melirik ke arah makanan Okta yang baru habis sedikit."Ya, tapi aku sudah tidak lapar," jawab Okta dengan tersenyum tipis kemudian dia pergi dari sana."Oke, tunggu. Bagaimana dengan aku? Kakiku kan keseleo?" teriak Kanaya."Kau urus aja sendiri. Lagi pula kau ke sini bisa berjalan bukan? Kakimu hanya keseleo, sedangkan yang satunya masih bisa digunakan," jawab Okta dengan cuek."Tapi aku tidak bisa berjalan Okta, kakiku sakit." Kanaya mencoba untuk bangkit, terus dia pura-pura jatuh ke l
Sejak dalam perjalanan Aisyah hanya diam saja, dia tidak berani bertanya kepada Okta, karena Aisyah merasa tak enak sebab telah mengundangkan Ayah makan malam."Kenapa kamu mengundangnya?" tanya Okta saat beberapa menit mereka terdiam.Aisyah menggigit bibir bawahnya. "Maaf ya Bang kalau aku mengundang dia tanpa sepengetahuan Abang." Kemudian Aisyah pun menjelaskan tentang kronologi Kanaya datang ke kantornya dan memberikan ancaman Terdengar helaan nafas dari pria yang berada di sampingnya. Aisyah tahu jika mungkin Okta kecewa kepadanya, tapi mau bagaimana lagi."Lain kali jangan seperti itu. Aku sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan dia, apapun yang dia katakan dan apapun yang dia minta, abaikan saja. Wanita itu hanya terobsesi denganku, padahal dulu dia yang meninggalkanku dan menyakitiku, tapi sekarang dia yang malah mengejar-ngejar diriku. Mungkin memang benar arti sebuah penyesalan, jika selalu datang di akhir.""Kalau di awal namanya pendaftaran dong?" timpal Aisyah sambil
Happy reading...."Mau apa kalian, hah?" tunjuk Aisyah dengan raut wajah yang cemas kepada kedua preman itu.Bukannya menjawab, keduanya malah tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Aisyah yang ketakutan. "Hahaha ... tenanglah wanita manis. Kami tidak akan melukaimu kok, kami hanya ingin bersenang-senang. Tapi jika kau berani melawan, maka kami tidak akan segan-segan untuk membuatmu merasa kesakitan," jawab preman yang berkepala botak."Jangan berani mendekat ya! Kalau tidak saya teriak!" ancam Aisyah."Mau teriak? Silakan teriak saja! Di sini tidak ada orang lain lagi cantik selain kita bertiga. Hahaha ... jadi sebaiknya kamu ikuti saja permainan kami, dan kamu nikmati sebelum kami menjemput ajalmu!"Aisyah semakin memundurkan badannya, hingga terpentok di meja. Satu tangan pria itu memegang tangan Aisyah membuat wanita itu panik, namun dia ingat jika di luar sana ada papanya dan juga beberapa anak buah ditambah papanya juga sudah memanggil polisi."Kalian yakin ingin bermacam-mac
Happy reading ...."Pak, sepertinya itu suara dia," ucap apa Agam sambil menunjuk Jurang.Mereka pun berjalan ke arah tepi jurang dan di sana terlihat Ibu Lisa hampir jatuh. Dia sedang berpegangan kepada akar pohonmPolisi segera membantunya, kemudian menarik Bu Lisa ke atas."Jangan tangkap saya, Pak! Jangan ... saya tidak mau dipenjara! Tolong lepaskan saya!" teriak Bu Lisa saat polisi memborgol tangannya."Diamlah!" bentak polisi_ kemudian dia membawa Bu Lisa.bTapi wanita itu jalan sedikit pincang karena kakinya tadi tertembak."Breng-sek kau ... Kenapa kau memasukkan ku ke penjara?!" teriak Bu Lisa sambil menatap penuh benci ke arah Papa Agam.Pria itu hanya menggelengkan kepalanya, kemudian Bu Lisa dan juga kedua anak buahnya di bawa ke arah mobil polisi yang terparkir di dekat rumah tua itu."Itu ... mereka sudah datang," ujar Okta sambil menunjuk ke arah polisi.Aisyah keluar dari mobil Okta. Dia sangat kaget saat melihat Bu Lisa tengah diborgol, dan wanita itu pun sedang membe
Happy reading ....Aisyah terpaku, kemudian dia melepaskan pelukan seorang pria di tubuhnya. "aduh ... kamu kenapa sih main peluk-peluk aja?" tanya Aisyah dengan risih."Maaf ... tadi aku reflek. Tapi kamu nggak papa kan?" jawab pria yang tak lain adalah Erik, sambil menangkup kedua pipi Aisyah."Aku nggak papa," jawab Aisyah dengan gugup, kemudian dia menyingkirkan tangan Erik karena Aisyah merasa tak nyaman *ebab di sana ada Okta dan juga Papanya."Maaf, aku tidak bermaksud apapun. Hanya aku mengkhawatirkan keadaanmu, tapi kamu tidak terluka kan Aisyah?" tmTerlihat Erik begitu cemas."Aku tidak apa-apa Erik ... tapi kok bisa sih kamu ada di sini?" tanya Aisyah dengan bingung Papa Agam dan Okta juga merasa bingung kenapa Erik berada di sana? Padahal mereka sama sekali tidak memberitahukan pria tersebut.Okta mengepalkan tangannya, dadanya mendadak menjadi panas saat melihat Erik yang tiba-tiba saja memeluk Aisyah dengan begitu tanpa rasa bersalah.'Pria itu mencari kesempatan dalam
Happy reading .....Pagi-pagi Aisyah sudah siap untuk pergi ke kantor namun seketika Papa Agam memanggilnya."Pagi Mah, Pah," sapa Aisyah saat berada di meja makan."Pagi ... sini sayang Papa mau ngomong sesuatu sama kamu!" ajak Papa Agam sambil menepuk kursi yang ada di sebelahnya."Mau ngomong apa, Pah?""Begini ... kita kan berencana untuk membalas perbuatannya Andre dan juga mamanya itu dengan menghancurkan kebun dari Pak Daryono, selaku dari mertua Andre. Dan sekarang Bu Lisa sudah masuk penjara, apakah kamu ingin melanjutkan balas dendam itu, Nak?" tanya papa Agam sambil meminum kopinya.Aisyah terdiam, tadinya memang dia sengaja mengajak kebunnya Pak Daryono untuk bekerjasama dengan perusahaannya untuk menghancurkan Andre. Akan tetapi saat melihat Bu Lisa sudah masuk ke dalam penjara membuat Aisyah berpikir dua kali."Sepertinya tidak usah dilanjutkan Pah! Toh Bu Lisa juga sudah masuk ke dalam penjara, dan Mas Andre juga tidak cari gara-gara kecuali dia cari gara-gara barulah
Happy reading ...Aisyah berbalik badan menatap ke arah Andre yang sedang berjalan ke arahnya, dan melihat itu Putri langsung menarik tangan suaminya. "Buat apa sih Mas nyamperin dia?" tanya Putri dengan ketus."Aku mau bicara sama Aisyah," jawab Andre sambil melerai tangan Putri yang memegang lengannya."Ada apa Mas?" tanya Aisyah saat Andre sudah berada di hadapannya.Tatapan pria itu mengarah kepada Okta yang sedang bersender di mobil mewah miliknya, kemudian dia kembali menatap ke arah Aisyah.'Dia sekarang sudah sangat cantik, seperti Aisyah yang aku temui waktu kami bertemu pertama kali.' batin Andre."Mas ... mau ngapain?" tanya Aisyah membuyarkan lamunan Andre.Pria itu tersentak kaget, "Ah ... begini ... aku mohon lepaskan ibu! Tolong jangan penjarakan dia! Aku tahu mungkin selama ini Ibu salah sama kamu, tapi--""Maaf Mas, kalau kamu ingin berbicara kepadaku hanya untuk kebebasan Ibu, aku tidak bisa. Sebab ibu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," jawab Aisyah. "Ayo Ba
Happy reading .....Sesampainya Aisyah di kantor dia langsung masuk begitu pula dengan Okta, pria itu langsung pergi untuk menuju kantornya."Bu tunggu dulu!" ucap Melly menghentikan langkah Aisyah yang akan masuk ke dalam ruangannya."Kenapa Mel?""Ini Bu ... ada titipan." Mely menyerahkan sebuket bunga mawar."Bunga dari siapa?" tanya Aisyah dengan penasaran."Tadi kurir yang mengantarkannya Bu, mungkin di situ ada tulisannya. Saya tidak membacanya tadi," jawab Mely."Oke, terima kasih ya." Kemudian Aisyah pun masuk ke dalam ruangannya.Dia duduk sambil memperhatikan bunga tersebut, tapi Aisyah merasa heran siapa yang sudah mengirimkannya bunga seindah itu.(Semoga kamu menyukainya ya, Syah).Dahi wanita itu terlipat heran saat melihat sebuah tulisan yang terselip di antara tangkai bunga mawar."Apa ini dari Bang Okta? Atau Erik?" tebak Aisyah sambil mengangkat sebelah alisnya.Dia mengirimkan foto bunga tersebut kepada Okta. (Bang, apakah Abang mengirimkan aku bunga ini?)Tak lama
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u