Happy reading .....Sudah seminggu lamanya tidak ada kabar dari anak buah Okta tentang peneror tersebut. Aisyah pikir mungkin saja peneror itu sudah lelah."Aku hari ini ada jadwal meeting di cafe, sebaiknya aku ke sana sekarang daripada nanti aku terlambat," gumam Aisyah sambil melihat jam yang melingkar di tangannya, sebab meeting akan diadakan jam 08.00 pagi."Mah, Pah, Aisyah nggak sarapan ya soalnya ada meeting pagi nih. Nanti aja sekalian sarapan di sana.""Ya sudah, kalau gitu kamu hati-hati di jalan ya," ucap Mama Rani.Aisyah mengangguk, lalu dia mencium tangan kedua orang tuanya. Dan saat wanita itu keluar dari rumah hendak menaiki mobil, tiba-tiba tatapan Aisyah terpaku saat sudah ada dua orang yang dia kenal."Loh ... Erik! Bang Okta! Kalian di sini kok nggak ngabarin aku dulu?" tanya Aisyah dengan kaget."Iya sengaja, mau ngasih surprise," ucap Okta. Kemudian dia berjalan ke arah Aisyah. "Ini ..." Pria itu menyerahkan bunga mawar kepada Aisyah."Ini untuk aku, Bang?" tany
Happy reading ....Papa Agam menatap lekat ke arah Okta seperti ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya dan itu semakin membuat Okta penasaran."Begini ... apakah beberapa hari ini ada yang meneror Aisyah? Apa kamu sudah mencari tahunya?" tanya papa Agam dengan tatapan lurus ke arah Okta.Pria itu sangat terkejut saat mendengar jika Papa Okta mengetahui tentang peneror itu. Dia berpikir, apakah Aisyah sudah memberitahukan tentang hal itu kepada orang tuanya?"Apa Aisyah memberitahu Om dan tante tentang teror itu?" tanya Okta dengan tatapan menyipit.Papa Agam menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi om mengetahui semuanya, sebab om selalu memantau hari-hari Aisyah," jawab Papa Agam dengan tenang.Okta mengangguk paham, "Tapi Om, anak buah saya belum menemukan siapa pelakunya, dan dari pantauannya beberapa hari ini sepertinya bukan mantan suaminya?""Kamu benar, memang bukan mantan suaminya yang melakukan itu," ujar Papa Agam sambil meminum tehnya."Hah! Jadi benar Om. Terus siapa Om?"
"Caranya sangat gampang, yaitu nomor Aisyah kan tertera di pengadilan," ujar Papa Agam.Okta membulatkan mulutnya bersamaan dengan Mama Rani, mereka bahkan tidak kepikiran sampai sana. "Jadi dia mengambil nomor Aisyah? Apakah pak Bagas tahu?""Tidak, Pak Bagas tidak tahu," jawab Papa Agam."Tapi motif dari mantan mertua Aisyah apa hanya karena uang, Om?""Kamu benar Okta. Manusia seperti mereka hanya akan ada uang saja di otaknya, apalagi mantan mertua Aisyah kan sangat matre. Om sudah menyiapkan sebuah rencana untuk memberikan mereka pelajaran. Tadinya Om tidak ingin memberikan mereka pelajaran yang begitu berat karena kasihan juga. Walau bagaimanapun mereka pernah menjadi keluarga dari Aisyah," jawab papa Agam sambil menghela nafas dengan pelan."Memangnya apa rencana Om?" tanya Okta yang penasaran.Kemudian Papa Agam membisikkan rencananya kepada Okta dan juga Mama Rani, membuat kedua orang itu mengangguk paham, dan mereka setuju dengan apa yang sudah direncanakan oleh Papa Agam..
Happy reading .....Wanita yang di belakang Melly pun mendekat sambil tersenyum miring. Aisyah memutar bola matanya dengan malas karena dia tahu siapa wanita tersebut."Dari mana kamu tahu kantorku?" tanya Aisyah sambil duduk di kursi dan melipat tangannya di depan dada.Wanita itu malah berjalan mengitari ruangan Aisyah, melihat-lihat. "Tidak penting aku tahu dari mana kantormu, tapi tidak kusangka ternyata calon istrinya Okta itu seorang CEO di sinis," jawab wanita itu dengan sinis."Jangan berbasa-basi, tujuanmu ke sini apa? Aku tidak mempunyai banyak waktu, kerjaanku masih sangat banyak."Wanita yang tak lain adalah Kanaya mendekat ke arah Aisyah, tangannya menopang kemeja dengan tubuh yang dicondongkan. "Aku hanya memintamu untuk meninggalkan Okta, kemudian dia membuang pandangannya. Tidak perduli mau kau CEO atau bukan kau tinggalkan Okta sekarang!"Aisyah malah terkekeh, dia merasa lucu dengan sikap wanita yang berada di hadapannya. "Kau mintaku untuk meninggalkan Bang Okta? Me
Happy reading.....Sesuai dengan ucapan Aisyah. Malam ini ia akan pergi dengan Okta. Wanita itu juga sudah menghubungi Okta, tetapi Aisyah tidak mengatakan jika di sana mereka akan bertemu dengan Kanaya.Setelah selesai Aisyah pun turun menuju lantai bawah, di mana saat ini Okta sedang menunggunya. "Maaf ya lama," ucap Aisyah "Nggak papa, santai aja, ayo kita berangkat!" ajak Okta.Aisyah mengangguk, kemudian dia berpamitan kepada Mama Rani dan juga Papa Agam.Di dalam mobil Aisyah terdiam memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Kanaya, kemudian dia melirik ke arah Okta. "Oh iya Bang, Aapa boleh aku bertanya sesuatu?""Soal apa itu?" Okta menatap ke arah Aisyah sekilas, kemudian dia menatap jalanan kembali karena saat ini pria itu sedang menyetir."Semisal Abang bertemu dengan mantan Abang kembali yang bernama Kanaya itu, apakah Abang akan balikan sama dia? Maksudku ... apa Abang masih mempunyai rasa sama dia?"Mendengar pertanyaan dari Aisyah Okta melihat dengan tatapan menyipit. "M
Okta langsung mendorong tubuh Kanaya, dia merasa tak enak kepada Aisyah, namun wanita itu malah dengan santai memakan makan malamnya.'Ap Aisyah tidak cemburu sama sekali?'batin Okta."Aaakh!" Lagi-lagi Kanaya menjerit dia berpura-pura untuk keseleo membuat wanita itu hampir limbung."Sepertinya kakiku keseleo," ucapkan Kananya saat Okta menangkap tubuhnya."Aisyah ... kita pulang sekarang yuk! Rasanya selera makanku sudah hilang," ajak Okta."Tapi kan Bang, makanan kamu belum habis?" tanyanya sambil melirik ke arah makanan Okta yang baru habis sedikit."Ya, tapi aku sudah tidak lapar," jawab Okta dengan tersenyum tipis kemudian dia pergi dari sana."Oke, tunggu. Bagaimana dengan aku? Kakiku kan keseleo?" teriak Kanaya."Kau urus aja sendiri. Lagi pula kau ke sini bisa berjalan bukan? Kakimu hanya keseleo, sedangkan yang satunya masih bisa digunakan," jawab Okta dengan cuek."Tapi aku tidak bisa berjalan Okta, kakiku sakit." Kanaya mencoba untuk bangkit, terus dia pura-pura jatuh ke l
Sejak dalam perjalanan Aisyah hanya diam saja, dia tidak berani bertanya kepada Okta, karena Aisyah merasa tak enak sebab telah mengundangkan Ayah makan malam."Kenapa kamu mengundangnya?" tanya Okta saat beberapa menit mereka terdiam.Aisyah menggigit bibir bawahnya. "Maaf ya Bang kalau aku mengundang dia tanpa sepengetahuan Abang." Kemudian Aisyah pun menjelaskan tentang kronologi Kanaya datang ke kantornya dan memberikan ancaman Terdengar helaan nafas dari pria yang berada di sampingnya. Aisyah tahu jika mungkin Okta kecewa kepadanya, tapi mau bagaimana lagi."Lain kali jangan seperti itu. Aku sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan dia, apapun yang dia katakan dan apapun yang dia minta, abaikan saja. Wanita itu hanya terobsesi denganku, padahal dulu dia yang meninggalkanku dan menyakitiku, tapi sekarang dia yang malah mengejar-ngejar diriku. Mungkin memang benar arti sebuah penyesalan, jika selalu datang di akhir.""Kalau di awal namanya pendaftaran dong?" timpal Aisyah sambil
Happy reading...."Mau apa kalian, hah?" tunjuk Aisyah dengan raut wajah yang cemas kepada kedua preman itu.Bukannya menjawab, keduanya malah tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Aisyah yang ketakutan. "Hahaha ... tenanglah wanita manis. Kami tidak akan melukaimu kok, kami hanya ingin bersenang-senang. Tapi jika kau berani melawan, maka kami tidak akan segan-segan untuk membuatmu merasa kesakitan," jawab preman yang berkepala botak."Jangan berani mendekat ya! Kalau tidak saya teriak!" ancam Aisyah."Mau teriak? Silakan teriak saja! Di sini tidak ada orang lain lagi cantik selain kita bertiga. Hahaha ... jadi sebaiknya kamu ikuti saja permainan kami, dan kamu nikmati sebelum kami menjemput ajalmu!"Aisyah semakin memundurkan badannya, hingga terpentok di meja. Satu tangan pria itu memegang tangan Aisyah membuat wanita itu panik, namun dia ingat jika di luar sana ada papanya dan juga beberapa anak buah ditambah papanya juga sudah memanggil polisi."Kalian yakin ingin bermacam-mac
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u