"Caranya sangat gampang, yaitu nomor Aisyah kan tertera di pengadilan," ujar Papa Agam.Okta membulatkan mulutnya bersamaan dengan Mama Rani, mereka bahkan tidak kepikiran sampai sana. "Jadi dia mengambil nomor Aisyah? Apakah pak Bagas tahu?""Tidak, Pak Bagas tidak tahu," jawab Papa Agam."Tapi motif dari mantan mertua Aisyah apa hanya karena uang, Om?""Kamu benar Okta. Manusia seperti mereka hanya akan ada uang saja di otaknya, apalagi mantan mertua Aisyah kan sangat matre. Om sudah menyiapkan sebuah rencana untuk memberikan mereka pelajaran. Tadinya Om tidak ingin memberikan mereka pelajaran yang begitu berat karena kasihan juga. Walau bagaimanapun mereka pernah menjadi keluarga dari Aisyah," jawab papa Agam sambil menghela nafas dengan pelan."Memangnya apa rencana Om?" tanya Okta yang penasaran.Kemudian Papa Agam membisikkan rencananya kepada Okta dan juga Mama Rani, membuat kedua orang itu mengangguk paham, dan mereka setuju dengan apa yang sudah direncanakan oleh Papa Agam..
Happy reading .....Wanita yang di belakang Melly pun mendekat sambil tersenyum miring. Aisyah memutar bola matanya dengan malas karena dia tahu siapa wanita tersebut."Dari mana kamu tahu kantorku?" tanya Aisyah sambil duduk di kursi dan melipat tangannya di depan dada.Wanita itu malah berjalan mengitari ruangan Aisyah, melihat-lihat. "Tidak penting aku tahu dari mana kantormu, tapi tidak kusangka ternyata calon istrinya Okta itu seorang CEO di sinis," jawab wanita itu dengan sinis."Jangan berbasa-basi, tujuanmu ke sini apa? Aku tidak mempunyai banyak waktu, kerjaanku masih sangat banyak."Wanita yang tak lain adalah Kanaya mendekat ke arah Aisyah, tangannya menopang kemeja dengan tubuh yang dicondongkan. "Aku hanya memintamu untuk meninggalkan Okta, kemudian dia membuang pandangannya. Tidak perduli mau kau CEO atau bukan kau tinggalkan Okta sekarang!"Aisyah malah terkekeh, dia merasa lucu dengan sikap wanita yang berada di hadapannya. "Kau mintaku untuk meninggalkan Bang Okta? Me
Happy reading.....Sesuai dengan ucapan Aisyah. Malam ini ia akan pergi dengan Okta. Wanita itu juga sudah menghubungi Okta, tetapi Aisyah tidak mengatakan jika di sana mereka akan bertemu dengan Kanaya.Setelah selesai Aisyah pun turun menuju lantai bawah, di mana saat ini Okta sedang menunggunya. "Maaf ya lama," ucap Aisyah "Nggak papa, santai aja, ayo kita berangkat!" ajak Okta.Aisyah mengangguk, kemudian dia berpamitan kepada Mama Rani dan juga Papa Agam.Di dalam mobil Aisyah terdiam memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Kanaya, kemudian dia melirik ke arah Okta. "Oh iya Bang, Aapa boleh aku bertanya sesuatu?""Soal apa itu?" Okta menatap ke arah Aisyah sekilas, kemudian dia menatap jalanan kembali karena saat ini pria itu sedang menyetir."Semisal Abang bertemu dengan mantan Abang kembali yang bernama Kanaya itu, apakah Abang akan balikan sama dia? Maksudku ... apa Abang masih mempunyai rasa sama dia?"Mendengar pertanyaan dari Aisyah Okta melihat dengan tatapan menyipit. "M
Okta langsung mendorong tubuh Kanaya, dia merasa tak enak kepada Aisyah, namun wanita itu malah dengan santai memakan makan malamnya.'Ap Aisyah tidak cemburu sama sekali?'batin Okta."Aaakh!" Lagi-lagi Kanaya menjerit dia berpura-pura untuk keseleo membuat wanita itu hampir limbung."Sepertinya kakiku keseleo," ucapkan Kananya saat Okta menangkap tubuhnya."Aisyah ... kita pulang sekarang yuk! Rasanya selera makanku sudah hilang," ajak Okta."Tapi kan Bang, makanan kamu belum habis?" tanyanya sambil melirik ke arah makanan Okta yang baru habis sedikit."Ya, tapi aku sudah tidak lapar," jawab Okta dengan tersenyum tipis kemudian dia pergi dari sana."Oke, tunggu. Bagaimana dengan aku? Kakiku kan keseleo?" teriak Kanaya."Kau urus aja sendiri. Lagi pula kau ke sini bisa berjalan bukan? Kakimu hanya keseleo, sedangkan yang satunya masih bisa digunakan," jawab Okta dengan cuek."Tapi aku tidak bisa berjalan Okta, kakiku sakit." Kanaya mencoba untuk bangkit, terus dia pura-pura jatuh ke l
Sejak dalam perjalanan Aisyah hanya diam saja, dia tidak berani bertanya kepada Okta, karena Aisyah merasa tak enak sebab telah mengundangkan Ayah makan malam."Kenapa kamu mengundangnya?" tanya Okta saat beberapa menit mereka terdiam.Aisyah menggigit bibir bawahnya. "Maaf ya Bang kalau aku mengundang dia tanpa sepengetahuan Abang." Kemudian Aisyah pun menjelaskan tentang kronologi Kanaya datang ke kantornya dan memberikan ancaman Terdengar helaan nafas dari pria yang berada di sampingnya. Aisyah tahu jika mungkin Okta kecewa kepadanya, tapi mau bagaimana lagi."Lain kali jangan seperti itu. Aku sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan dia, apapun yang dia katakan dan apapun yang dia minta, abaikan saja. Wanita itu hanya terobsesi denganku, padahal dulu dia yang meninggalkanku dan menyakitiku, tapi sekarang dia yang malah mengejar-ngejar diriku. Mungkin memang benar arti sebuah penyesalan, jika selalu datang di akhir.""Kalau di awal namanya pendaftaran dong?" timpal Aisyah sambil
Happy reading...."Mau apa kalian, hah?" tunjuk Aisyah dengan raut wajah yang cemas kepada kedua preman itu.Bukannya menjawab, keduanya malah tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Aisyah yang ketakutan. "Hahaha ... tenanglah wanita manis. Kami tidak akan melukaimu kok, kami hanya ingin bersenang-senang. Tapi jika kau berani melawan, maka kami tidak akan segan-segan untuk membuatmu merasa kesakitan," jawab preman yang berkepala botak."Jangan berani mendekat ya! Kalau tidak saya teriak!" ancam Aisyah."Mau teriak? Silakan teriak saja! Di sini tidak ada orang lain lagi cantik selain kita bertiga. Hahaha ... jadi sebaiknya kamu ikuti saja permainan kami, dan kamu nikmati sebelum kami menjemput ajalmu!"Aisyah semakin memundurkan badannya, hingga terpentok di meja. Satu tangan pria itu memegang tangan Aisyah membuat wanita itu panik, namun dia ingat jika di luar sana ada papanya dan juga beberapa anak buah ditambah papanya juga sudah memanggil polisi."Kalian yakin ingin bermacam-mac
Happy reading ...."Pak, sepertinya itu suara dia," ucap apa Agam sambil menunjuk Jurang.Mereka pun berjalan ke arah tepi jurang dan di sana terlihat Ibu Lisa hampir jatuh. Dia sedang berpegangan kepada akar pohonmPolisi segera membantunya, kemudian menarik Bu Lisa ke atas."Jangan tangkap saya, Pak! Jangan ... saya tidak mau dipenjara! Tolong lepaskan saya!" teriak Bu Lisa saat polisi memborgol tangannya."Diamlah!" bentak polisi_ kemudian dia membawa Bu Lisa.bTapi wanita itu jalan sedikit pincang karena kakinya tadi tertembak."Breng-sek kau ... Kenapa kau memasukkan ku ke penjara?!" teriak Bu Lisa sambil menatap penuh benci ke arah Papa Agam.Pria itu hanya menggelengkan kepalanya, kemudian Bu Lisa dan juga kedua anak buahnya di bawa ke arah mobil polisi yang terparkir di dekat rumah tua itu."Itu ... mereka sudah datang," ujar Okta sambil menunjuk ke arah polisi.Aisyah keluar dari mobil Okta. Dia sangat kaget saat melihat Bu Lisa tengah diborgol, dan wanita itu pun sedang membe
Happy reading ....Aisyah terpaku, kemudian dia melepaskan pelukan seorang pria di tubuhnya. "aduh ... kamu kenapa sih main peluk-peluk aja?" tanya Aisyah dengan risih."Maaf ... tadi aku reflek. Tapi kamu nggak papa kan?" jawab pria yang tak lain adalah Erik, sambil menangkup kedua pipi Aisyah."Aku nggak papa," jawab Aisyah dengan gugup, kemudian dia menyingkirkan tangan Erik karena Aisyah merasa tak nyaman *ebab di sana ada Okta dan juga Papanya."Maaf, aku tidak bermaksud apapun. Hanya aku mengkhawatirkan keadaanmu, tapi kamu tidak terluka kan Aisyah?" tmTerlihat Erik begitu cemas."Aku tidak apa-apa Erik ... tapi kok bisa sih kamu ada di sini?" tanya Aisyah dengan bingung Papa Agam dan Okta juga merasa bingung kenapa Erik berada di sana? Padahal mereka sama sekali tidak memberitahukan pria tersebut.Okta mengepalkan tangannya, dadanya mendadak menjadi panas saat melihat Erik yang tiba-tiba saja memeluk Aisyah dengan begitu tanpa rasa bersalah.'Pria itu mencari kesempatan dalam