BAB 25 – RENCANA JAHAT CINDY.Hati Miya saat ini benar-benar hancur. Tak menyangka semua itu akan terjadi pada dirinya. Padahal mereka baru saja berbaikan, kenapa Elang kembali salah paham padanya? Miya menatap Dicky dengan kesal. “Kenapa kamu bohong, Dik? Kenapa kamu malah semakin membuat Mas Elang salah paham sama kita?” Tak habis pikir dengan ucapan sepupunya itu.Dicky menunduk, dia tak berani menatap wajah Miya. “Maaf.” Hanya itu yang terucap dari bibirnya. “Kenapa kamu tega nglakuin ini ke Mbak? Kenapa, Dik?” cecar Miya. Dia terus meminta penjelasan dari pria itu.“Maafin aku, Mbak.” Sesal di wajah Dicky, tapi tak bisa dia tunjukkan. Dia terlalu malu untuk menatap wajah Miya hingga suara pun tak bisa didengar oleh orang lain.Berbeda dengan suara Dicky yang kecil, suara ibu-ibu pengunjung restoran justru memekakkan telinga. Menatap Miya dengan geram dan jijik.“Dasar tukang selingkuh. Emang, sih, cantik. Tapi sayang, hatinya buruk.”“Amit-amit punya menantu kayak gitu. Aku kal
BAB 26 – INI RENCANA MAMA?!Mereka berdua memandang kepergian Dicky yang berjalan dengan lemas. Segepok uang dalam amplop coklat yang jumlahnya sangat besar nyatanya tak melukis senyuman di wajah tampan milik pemuda yang berbakti pada ibunya tersebut. Dicky berjalan lunglai, memikirkan perbuatan yang baru saja dia lakukan.“Maafin aku, Mbak. Aku terpaksa melakukan ini demi ibu yang sedang sakit.” Ucapan Dicky penuh keraguan dan juga rasa bersalah yang sangat besar. Namun, dia tak bisa berbuat apapun selain menerima uang itu dan menemui ibunya yang butuh biaya banyak. Dicky pun pergi, meninggakan Olga dan Cindy yang tengah asyik merayakan kemenangan.Tak sama dengan Dicky, dua wanita itu asyik duduk sembari menikmati kopi mahal yang sudah dipesan. Dengan elegan, Cindy mengambil cangkir lalu menyesapnya perlahan."Nikmat sekali. Sama seperti nikmatnya hari ini," gumam Cindy. Membayangkan keadaan rumah tangga Miya dan Elang yang hancur berantakan, dia tersenyum penuh kemenangan.Olga ter
BAB 27 – TOLONG PERCAYA AKU!“Sampai kapanpun Mama nggak akan mau bantu kamu untuk baikan dengan Elang titik!” Olga mengulangi perkataannya dengan tegas agar Miya tahu kalau dirinya memang tak pernah suka pada Miya.Perkataan Olga berhasil membuat Miya semakin yakin kalau ini pasti rencana ibu mertuanya untuk memisahkan dirinya dengan Elang. “Jadi benar kalau semua ini sudah Mama rencanakan sebelumnya agar aku dan Mas Elang bertengkar?”cecar Miya lirih. Hati Miya remuk mengetahui ibu mertuanya masih menyimpan keinginan untuk mereka berdua berpisah.Apapun yang dikatakan oleh Miya, Olga tidak peduli, dia masuk ke rumah dan mengabaikan Miya. Apapun yang Miya pikirkan tentang dirinya tak akan menghalangi tindakannya untuk tetap melanjutkan rencana selanjutnya dengan Cindy.Tak mau menyerah, Miya menghalangi pintu. Dia bahkan berlutut di depan ibu mertuanya agar Olga mau membantu.“Ma. Aku mohon bantu aku. Tolong jelaskan pada Mas Elang kalau aku nggak salah. Aku bersedia berlutut di dep
BAB 28 – CLUB MALAM.Elang masih terdiam di tempatnya berdiri, menatap dengan bingung club' tersebut."Ayo, Lang, tunggu apa lagi," ajak Bagas sambil meraih bahu Elang."Tapi kita mau apa ke sini, Gas?" tanya Elang dengan bingung. Elang tak bodoh untuk tahu tempat apa ini.Sebuah tempat hiburan malam, yang menyajikan semua bentuk kesenangan duniawi. Minuman beralkohol, musik yang mengiringi orang-orang mabuk yang menari dalam kegilaan. Serta jangan lupakan, wanita penghibur yang siap untuk dipakai kapan saja. Cukup siapkan uang, dan semua kenikmatan duniawi yang sesat itu bisa kau rasakan."Ya untuk senang-senang saja, Lang. Ayolah, daripada mukamu kusut seperti itu sejak tadi," bujuk Bagas tak gentar."Nggak bisa, Gas. Aku nggak mau masuk ke sana. Aku nggak bisa mium alkohol. Haram hukumnya! Terlebih lagi di dalam sana pasti akan bercampur dengan lawan jenis, aku takut khilaf, Gas. Lebih baik aku pulang saja, ya?" pinta Elang berniat pergi."Heh, tunggu dulu, buru-buru banget sih kam
BAB 29 – VIDEO VIRAL!"Ma-maksud kamu apa, Cin?" Elang terkejut mendengar pertanyaan Cindy. Bagaimana perempuan ini bisa tahu kalau dia dan Miya sedang ada masalah?"Sebentar, Lang!" Cindy menatap Elang dengan wajah yang tampak begitu serius.Cindy lantas tampak merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Wanita itu kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Elang masih mengernyit bingung dengan tanda tanya besar di kepalanya, saat Cindy tampak membuka aplikasi dan mencari sesuatu dengan menggulir layar ponselnya."Nih, kamu lihat sendiri, deh," ucap Cindy sambil menyodorkan layar ponselnya ke hadapan Elang.Mata Elang membola dengan raut wajah terkejut, saat melihat apa yang Cindy tunjukkan padanya. Tangannya bergetar menerima ponsel milik Cindy.Sebuah video yang menampilkan pertengkarannya dengan Miya tadi siang di restoran itu ada di aplikasi tik tok."Yang ada di video ini kamu sama istri kamu, 'kan, Lang? Video ini viral di tik tok sejak sore tadi, lho," jelas Cindy sambil mengambi
BAB 30 – PERJUANGAN MIYAElang mulai menjalankan mobilnya keluar dari pelataran club, tempat dimana dia memarkirkan mobilnya tadi. Setelah sebelumnya berpamitan pada teman-temannya yang masih asyik menikmati malam di sana.Dengan Cindy yang telah duduk dengan cantik di kursi penumpang tepat di sebelahnya. Baru saja mereka berjalan tak lebih dari setengah kilo meter, rintik gerimis mulai turun membasahi jalanan yang tak begitu ramai."Maaf ya, Lang, malah jadi ngerepotin kamu," ucap Cindy dengan senyum simpul di wajahnya. Dinginnya AC mobil membuat dirinya sedikit merapatkan tubuhnya."Nggak apa-apa, kok, Cin, santai aja," jawab Elang masih menatap lurus pada jalanan di hadapannya yang mulai basah.Mendung menghiasi langit malam yang membuatnya semakin pekat dan gelap. Hanya saja sesekali terlihat kilat bercahaya di langit dari kejauhan, diikuti suara guruh yang terdengar agak jauh.Elang menyalakan wiper untuk menyingkirkan titik-titik air pada kaca mobil yang menghalangi pandangannya
BAB 31 – GUNJINGAN TETANGGA."Kenapa kamu bisa bilang kalau Mama benci sama Miya, sampai-sampai untuk jalan bareng aja nggak mau?" tanya Elang lagi dengan rasa penasaran yang kuat.Runa tersentak, dia menyadari kesalahannya karena terlalu banyak bicara. Tidak mungkin dia menjelaskan mengapa Mamanya begitu membenci Miya sejak dulu. Apalagi sampai pada titik dimana sang Mama tidak Sudi untuk hanya sekedar jalan dengan Miya."Aa-aah itu ...," ucap Runa dengan gugup, bingung mencari alasan apa yang harus dia katakan pada kakaknya."Kenapa kamu bisa bilang begitu, Dek? Jelasin ke Mas sekarang!" ujar Elang dengan sedikit memaksa.Beruntung di saat yang bersamaan, Olga datang dari dapur dan berjalan ke arah mereka."Kalian berdua ini ada apa, sih? Pagi-pagi udah ribut aja kayak kucing sama tikus," ucap Olga pada kedua buah hatinya.Runa sedikit bernapas lega, karena kedatangan sang Mama tepat pada waktunya. Dia tak mau lama-lama berhadapan dengan Elang dan terus disudutkan dengan pertanyaan-
BAB 32 – DICKY SI PEBINOR.Miya kembali ke rumah dengan hati yang remuk redam. Sakit dan perih kenyataan yang harus dia terima. Namun, dia mencoba ikhlas dan sabar menghadapinya.Nyatanya semua kesabaran yang sedang dia terapkan tak semulus bayangannya. Tatapan tajam penuh penghakiman terus tertuju pada Miya sepanjang jalan menuju rumahnya.“Dasar wanita nggak tahu diuntung. Bisa-bisanya dia selingkuhi suami sebaik Elang. Buta apa, ya, matanya?” ucap seorang wanita yang sedang menyapu halaman, sengaja mengeraskan suara agar Miya mendengar. Lirikannya penuh kebencian, membuat Miya menunduk ketakutan.“Rumput tetangga jauh lebih hijau, Bu. Makanya dia pengin makan daun muda. Ups,” sahut wanita lain yang mendengar sindiran itu. Seolah keceplosan padahal sengaja mengejek. Mereka tengah melakukan aktivitas yang sama yaitu menyapu halaman.“Perlu periksa mata kayaknya, Bu. Jelas-jelas rumput di rumah sendiri jauh lebih hijau, kok, masih mau nglirik rumput tetangga yang layu dan jelek. Ha ha
EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
BAB 119 – DUNIA INI KEJAM PADAKU!Hari ini adalah hari pertama Miya ke kantor setelah pengumuman posisinya di perusahaan Teh Wangi, sebagai Direktur utama.Dengan blazer berwana coral, dipadukan dengan loose pant berwarna gelap, Miya melangkah dengan tegap dan penuh kebanggaan. Zelo dan Rendy setia berada di sisinya.Suara ketukan stilleto berhak rendah berwarna hitam itu menggema saat dia melangkah masuk ke ruang meeting."Selamat pagi, Bu."Beberapa pegawai membungkuk, menyapa dengan hormat. Beberapa dari mereka saling berbisik satu sama lain.Zea Putri Adipati yang anggun dan cantik, ternyata bukan hanya memiliki kecantikan jasmani. Namun juga hatinya begitu cantik. Senyum manis dan raut ramah itu terus menghiasi wajahnya, berusaha membalas semua sapaan yang datang kepadanya."Bu Zea cantik ya?!" gumam salah seorang pegawai pada pegawai lainnya."Iya. Cantik dan anggun sekali. Orangnya juga kelihatan ramah kan," jawab yang lain."Iya bener."Mereka semua mengangguk, memuji bagaiman
BAB 118 – DIMANJAKAN KELUARGAZelo terkejut mendengar ucapan Miya, seketika itu dia merasa sedih dan segera mendekati Miya.“Enggak, Dek. Mas nggak akan pernah capek kalau buat adik Mas tercinta ini,” sangkal Zelo sedih. Menggelengkan kepala seraya mengelak pikiran Miya yang menganggapnya merasa keberatan.Lalu mengecup pucuk kepala Miya dengan lembut. “Mas, tuh, cuma nggak tega lihat kamu setiap hari harus nahan bobot perut sebesar ini. Lagian usia kandungan kamu sekarang, tuh, berapa, sih? Kok, besar gini perutnya kayak orang udah mau ngelahirin?” Zelo heran dan ngeri melihatnya.Miya mengingat sambil mengelus perut besarnya. “Enam bulan lebih harusnya, dua puluh enam minggu, deh, kayaknya,” jawab Miya antara yakin tak yakin.Elang yang selalu menghitung usia kandungan Miya langsung menyahut dan membenarkan “Dua puluh enam minggu lebih tiga hari, Sayang. Aku selalu menghitungnya dengan tepat.” Merasa bangga karena tidak melupakan hal yang bahkan istrinya sendiri lupa.Zelo masih me
Bab 117Runa sedang menemani ibunya saat dokter visit. Nampak dokter serius memeriksa keadaan Olga setelah operasi satu minggu yang lalu. Setelah dokter selesai dengan tugasnya, Runa mendekat.“Dokter. Bagaimana keadaan Mamaku? Kapan Mamaku boleh pulang?” tanya Runa lembut saat dokter visit melihat kondisi Olga yang masih terbaring di kursi serba putih milik rumah sakit.Dokter tersenyum lalu menurunkan stetoskop yang menempel di telinganya ke leher. “Ibu Olga sudah sembuh, hari ini bisa pulang,” jawab dokter yakin. Dia pun merasa senang kalau ada pasien yang sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.“Alhamdulillah, terima kasih, Dok.” Runa bersyukur dengan hati gembira, mengatupkan kedua tangan di depan mulut, lalu dia tersenyum pada Olga.“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Dokter pun pamit dan meninggalkan mereka yang muali bersiap untuk pulang hari ini.Nampak di sana Olga pun tak kalah senang, akhirnya dia bisa keluar dari rumah sakit itu setelah tujuh hari hanya terbar