Aiden telah menunggu selama 20 menit di meja makan dan Hanna belum juga datang.
"Mengapa dia lama sekali?" gumamnya gelisah.Aiden kemudian beranjak dari meja makan dan berjalan menuju kamar yang dulunya adalah miliknya dan Alena.Ketika membuka pintu dia terkejut melihat Mira pingsan dan tergeletak di lantai. Matanya melihat sekeliling dan dia tidak menemukan sosok Hanna."Mira! Mira!" ujar Aiden sambil menepuk-nepuk pipi dan pundak Mira.Mira perlahan mulai membuka matanya dan ketika dia tersadar penuh dia berkata dengan gugup dan gelisah."Tuan, maafkan saya, saya telah lalai. Tadi Nyonya meminta obat untuk mengobati luka lecet di pergelangan tangan dan kakinya. Kemudian... kemudian saya merasa seperti sesuatu menyengat di kulit telinga saya dan tiba-tiba penglihatan saya gelap Tuan.""Pengawal! Pengawal!" teriak Aiden memanggil.
"Ya, Bos!" para bodyguard Aiden kemudian datang."Segera kejar dan temukan Hanna!""Siap, Bos!""Sial, aku baru saja menemukanmu dari persembunyian setelah 2 tahun, Alena. Kali ini aku tidak boleh kehilanganmu lagi!" geram Aiden sambil mengepalkan tangannya.. . . . . . . . . . . .Hanna dengan susah payah menyusup dan melewati gerbang rumah Aiden Bradley.Dia telah berjalan beberapa menit dan dia hanya berpikir untuk berlari saja tanpa tahu arah dan tujuan.
"Ugh! Bagaimana caranya aku menghubungi seseorang dan bisa pergi dari sini? Dompet, tas dan teleponku semuanya ada pada lelaki biadab itu," gumam Hanna.Hanna mencoba untuk bertanya kepada seseorang yang dia temui di jalan. "Permisi, Nyonya, bisakah saya meminjam telepon anda? Saya baru saja dicopet, dan ingin menghubungi seseorang untuk meminta pertolongan."Beruntung baginya wanita itu mau meminjamkan telepon padanya.Hanna kemudian menekan beberapa angka yang diingatnya. Setelah beberapa nada panggilan terdengar suara."Ya, halo, dengan siapa saya berbicara?""Mia! Mia ini aku, Hanna!" ujar Hanna gembira."Han... Hanna? Benarkah ini kamu? Astaga ke mana saja kamu selama 4 hari ini? Aku bahkan telah melaporkan kamu menghilang di kepolisian setempat. Apa kamu tahu? Ayah dan ibumu bahkan sudah bersiap dengan uang tebusan jika orang yang menculikmu meminta tebusan."Ada kelegaan dan kekhawatiran yang terdengar bersamaan pada suara asisten pribadi Hanna itu."Dengar, Mia, sekarang aku tidak punya banyak waktu menjelaskan. Siapkan passport dan tiket penerbangan ke Amerika atas namaku dan namamu untuk pergi besok pagi. Kamu harus berangkat besok pagi dengan tiket tersebut, cari seorang perempuan yang penampilannya terlihat seperti aku untuk kamu bawa bersamamu.""Baiklah, lalu bagaimana denganmu, Hanna?""Atur seseorang untuk mengantarku ke kota sebelah, lalu pesankan tiket penerbangan untukku kembali ke Amerika melalui kota tetangga. Ikuti saja pengaturanku ini, aku sungguh tidak punya waktu untuk menjelaskan banyak sekarang.""Oke, aku mengerti Hanna. Kamu di mana sekarang, akan segera kuperintahkan seseorang menjemputmu.""Baiklah, aku akan mengirimkan lokasiku saat ini padamu."Setelah beberapa saat kemudian Hanna menutup panggilan teleponnya."Terima kasih, Nyonya, sudah meminjamkan telepon anda kepada saya." ucap Hanna sambil mengembalikan telepon ke pemiliknya."Syukurlah mimpi buruk ini segera berakhir." gumam Hanna lega.. . . . . . . . . . . . . . . . . .Di rumah Aiden sedang mendapat laporan dari orang-orangnya."Kami menemukan bahwa nama nona Hanna masuk dalam daftar penumpang pesawat menuju Amerika dengan jadwal keberangkatan pagi, Bos," laporan dari orang suruhan Aiden."Kalau begitu, blokir semua penerbangan ke Amerika besok pagi. Dan terus awasi asisten pribadi Hanna yang bernama Mia Coster.""Siap, Bos!""Pergilah!" sahut Aiden.Ketika dia telah sendirian, dia membuka sebuah foto di layar teleponnya. Di dalam foto terlihat seorang wanita cantik, wajahnya putih bersih dengan pipi merona, bibir tipisnya yang merah tersenyum cerah.Rambut gadis itu dikuncir satu, dia menggunakan seragam dokter dan ada stetoskop tergantung di lehernya.Aiden mengusap foto yang ditampilkan pada layar teleponnya."Alena... jangan pergi lagi, hukum aku dengan apa saja, tapi jangan pergi lagi."Aiden teringat kejadian 2 tahun yang lalu hari ketika Alena menghilang. Hari itu mereka bertengkar hebat."Aku ingin bercerai, Aiden! Aku membencimu!""Tidak, Sayang, aku tidak bisa hidup tanpamu."Aiden memohon sambil memegang tangan Alena."Kenapa kamu membunuh kakakku, Aiden? Kamu pria kejam!""Alena, itu semua tidak disengaja. Aku tidak bermaksud membunuhnya, aku bukan dengan sengaja mendorongnya ke dalam jurang.""Bohong! Bukankah kamu selama ini menyiksaku dalam pernikahan palsu ini demi membalas dendammu pada kakakku?""Tidak Alena, sekarang aku benar-benar mencintaimu.""Kamu kejam! Kamu tetap membunuh kakakku, padahal dia sudah membuktikan bahwa bukan dia yang membunuh Rose Bradley. Adikmu dibunuh Jake!""Aku sungguh tidak berniat membunuh Brian Hart."Plakkkk!Terdengar suara tamparan yang sangat keras mendarat di pipi Aiden."Selamat tinggal, Aiden. Aku berharap di kehidupan selanjutnya kita tidak akan pernah dipertemukan lagi."Alena berlari pergi meninggalkan rumah itu dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Aiden pun segera mengejar mobil Alena di belakangnya. Tapi naas, malang tidak dapat dihindari.
Ketika berada di jalan tikungan tajam di kaki pegunungan, Alena kehilangan kendali pada mobilnya.BRAKKKK!
Suara benturan keras mobil terdengar di depan. Aiden menatap histeris mobil yang menabrak pagar pembatas dan berguling jatuh ke laut itu."Alenaaaa..!"Bangkai mobil Alena ditemukan keesokkan harinya, tapi jasad Alena tidak diketemukan di sana. Aiden percaya bahwa Alena mungkin saja masih hidup selama tidak diketemukan jasadnya.Tapi menurut para ahli dan kepolisian setempat, sangat mustahil bagi seseorang bisa selamat dari kecelakaan tersebut. Meskipun telah dilakukan pencarian selama berbulan-bulan, jasad Alena tidak pernah diketemukan.Setelah 1 tahun melakukan pencarian, Aiden kemudian menyerah. Dia mendirikan pusara indah bertuliskan, "Untuk isteriku tercinta Alena Hart."
Disebelah pusara Alena terdapat pusara kecil yang bertuliskan, "Beristirahat dengan damai Putera tercinta Alena Hart dan Aiden Bradley yang bernama Sam Bradley.""Maafkan Papa, Nak. Papa tidak mampu menjaga kamu dan juga mamamu. Semoga kalian berbahagia di surga," ujar Aiden lirih.Pusara itu memiliki bentuk dan ukiran yang sangat indah. Di sekelilingnya ditanami bunga lily putih.Lily putih adalah bunga favorit Alena semasa hidupnya. Menurutnya. lily putih melambangkan kemurnian dan ketulusan, itulah mengapa Alena sangat menyukainya.Alena lah yang menanam lily putih itu di sekeliling pusara puteranya. Sungguh tidak disangka bahkan pusaranya akan tergeletak disana juga tidak lama setelah kematian puteranya.Selama 1 tahun pernikahan yang dijalaninya bersama Alena semasa hidup. Aiden tidak pernah memberikan cinta seorang suami kepada isteri pada Alena. Dan bahkan Aiden selalu bertindak kejam dan menyakiti hatinya.
Dia tidak pernah memperlakukan Alena dengan baik semasa hidupnya, bahkan Alena harus kehilangan anaknya yang baru lahir. Alena merasa depresi dan putus asa dengan pernikahannya, berkali-kali dia mencoba bunuh diri agar terlepas dari siksaan Aiden.Sudah sangat terlambat ketika Aiden baru menyadari perasaan cintanya pada Alena ketika itu. Dia menyadarinya ketika Alena sudah putus asa dan menyerah padanya."Alena..." Aiden bergumam sambil meremas ponselnya. "Aku akan menemukanmu. Pasti! Kau harus berada di sisiku selamanya!"
Memasuki musim semi, harum aroma bunga tercium dimana-mana. Kampus Universitas Harvard sedang mengumpulkan orang-orang terkenal di bidang pengetahuan teknologi.Hari ini salah satu dari orang terkenal tersebut adalah Hanna Miller. Hanna saat ini adalah seorang dokter ahli bedah jantung ternama di dunia dan dia akan hadir disana untuk memberikan seminar.Layar besar elektronik di alun-alun kampus menampilkan tulisan, "Seminar Hari Ini Bersama Profesor Dokter Hanna Miller", kemudian menampilkan video tayangan seorang wanita cantik yang mengenakan baju dokter dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku bajunya.Tidak ada ekspresi lebih pada wajahnya. Wajahnya yang tenang tampak dingin, elegan, dan sombong.Tidak lama kemudian datang sebuah mobil Cadillac berwarna merah. Mobil ini berhenti tepat di depan kerumunan reporter Amerika dan asing.Para reporter mengangkat kamera bersiap mengabadikan sosok yang sudah mereka nantikan.Pintu belakang mobil perlahan terbuka dan memperlihatkan sepatu
Hanna kemudian kembali untuk melakukan operasi bypass jantung seorang pasien yang cukup berumur.Seorang wanita berusia 76 tahun. Namun, jika hanya melihat penampilannya sekilas dia masih nampak seperti berusia 50an.Kulit dan tubuhnya masih terawat, dan garis wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat cantik ketika muda.Wanita tua itu melakukan pemeriksaan seminggu sebelumnya. Operasi ini memiliki tingkat keberhasilan hanya 50 persen jika dokter-dokter ahli lain yang menangani.Pihak keluarga wanita itu tidak ingin menyerahkan penanganan operasi yang memiliki resiko gagal dan berakhir kematian 50 persen.Ketika pihak keluarga membawanya kepada Hanna, dengan yakin dia berkata, "Aku memiliki keyakinan keberhasilan operasi ini 80 persen. Tapi bahkan angka 20 persen sekalipun, itu sudah cukup besar untuk sebuah resiko yang akan diambil di meja operasi."Keluarga semula ragu, namun wanita tua itu cukup yakin."Baiklah, bahkan 80 persen sudah memberikanku secercah harapan. Aku akan mencoba dan
Setelah sekitar 7 jam, Betsy telah sadar. Hanna bergegas memeriksa kondisinya."Sepertinya kondisi Nenek sudah cukup stabil, tapi untuk berjaga-jaga sebaiknya Nenek masih tinggal di ruang observasi dulu ya selama 17 jam kedepan. Setelahnya Nenek bisa masuk ruang perawatan dan bertemu dengan anggota keluarga Nenek," ucap Hanna sambil tersenyum.Betsy yang masih lemah hanya bisa mengangguk dan tersenyum kepada Hanna.Sesampai Hanna di ruang prakteknya, Mia melapor kepada Hanna."Ada seorang pria diluar bernama James, katanya dia putera dari Nyonya Betsy.""Suruh dia masuk."Kemudian seorang pria tampan berusia 30an masuk keruangan, dia memiliki tinggi 185cm, dengan kulit kuning kecoklatan. Dia menggunakan pakaian kasual edisi terbatas, jika diliat sekilas bahkan dia terlihat seperti masih berada di umur 25 tahunan."Halo dokter, saya James, putera Betsy. Bagaimana kondisinya sekarang?""Wow, dia sangat tampan," pikir Hanna dalam hati.Untuk sesaat Hanna hilang fokus kemudian berkata, "Be
Mentari bersinar lagi, pagi hari datang kembali, menandakan hari yang baru telah datang lagi.Seperti biasanya Hanna akan memulai aktivitasnya di pagi hari dengan berolahraga.Dia akan berlari mengelilingi lingkungan disekitar gedung apartemen. Hanna berlari setidaknya 30 menit setiap hari.Dia sangat menyukai pagi hari di musim semi.Ketika matahari baru saja terbit, dia sungguh bersemangat untuk berlari.Di lingkungan apartemen Hanna ada sebuah taman yang ditumbuhi bunga-bunga lily putih.Dia sangat menyukai bunga lily putih. Setelah selesai berlari, dia akan duduk sejenak melepas lelah di taman itu sambil memandangi bunga-bunga yang ada disana."Wah, ternyata disini ada juga taman yang ditumbuhi bunga lily putih. Staminamu pada saat berlari boleh juga, aku hampir tidak mampu mengejar kecepatanmu.""Uhukk..uhuk..uhuuukk.." Hanna yang sedang meneguk air mineral yang dibawanya, seketika tersedak karena kaget.Setelah mengatur napasnya sejenak Hanna memandang dengan kesal ke arah pria
"Sedang apa kamu disini Aiden?" Hanna bertanya.Aiden mengangkat bahunya,"Tidak ada yang salah jika aku disini. Aku menjenguk nenekku."James melihat Hanna dan Aiden bergantian, "Kalian saling mengenal?"Sebelum Aiden sempat menjawab, Hanna menjawab dengan cepat, "Tentu saja, karena Tuan Aiden sekarang adalah pemilik institut penelitian tempat aku bekerja."James teringat sesuatu, "Oh, aku ingat sekarang. Kamu berkata bahwa kamu ketua tim institut penelitian. Aiden memang beberapa hari yang lalu melakukan pengambil alihan institut penelitian.""Kami bertemu sebelum itu, Paman." Ketika Aiden menjawab seperti itu,Hanna memelototi Aiden."Dia pernah diundang sebagai pembicara di rumah sakit keluarga Bradley," sambung Aiden lagi sambil menatap Hanna dengan senyuman usil."Ayolah, Hanna. Sabar..sabar.." dia berbicara menyemangati dirinya dalam hati."Ya..kira-kira seperti itu perkenalan kami," sahut Hanna."Aku..aku permisi," ujar Hanna sambil berlalu pergi dari sana."Aiden, mengapa gadis
Siang hari, ketika Hanna selesai membersihkan diri setelah melakukan prosedur operasi, dia mendengar teleponnya berdering."Hanna, anakku sayang. Bagaimana kabarmu nak?" terdengar suara seorang wanita paruh baya di ujung telepon."Ibu.. aku merindukanmu. Aku baik Bu. Bagaimana dengan ayah dan ibu? Sudah sebulan ayah dan ibu di Himalaya. Kapan kalian akan kembali?""Aku dan ayahmu sudah kembali. Apakah kamu sudah makan siang? Ayo, kita makan bersama dirumah. Ibu akan masak makanan kesukaanmu. Bagaimana?" ujar Clara lagi."Tentu, tentu aku bisa Bu. Sampai bertemu dirumah," sahut Hanna dengan senang."Oke, ibu dan ayah menantikan kedatanganmu." Setelah itu Clara menutup teleponnya.Hanna merasa senang setelah menerima panggilan telepon dari ibunya.Mia yang melihat Hanna terlihat begitu senang pun bertanya, "Ada apa, kamu sepertinya sedang sangat gembira?""Mia, ayah dan ibuku sudah kembali ke negara ini. Aku ingin bertemu dengan mereka. Apakah ada agenda lagi setelah ini? Ibuku memanggi
Selesai makan siang, Dante dan Ethan berbicara sebentar diruang tamu. Sementara Hanna membantu ibunya merapikan meja makan dan mencuci piring.Setelah Hanna selesai membantu ibunya dia terpaksa meminta izin pergi lebih cepat."Maaf Bu, aku masih ingin berlama-lama disini, tapi sore ini aku harus melakukan operasi." Hanna berpamitan kepada ibunya."Begitulah kehidupan seorang dokter, Hanna. Kamu harus mengutamakan pasienmu terlebih dulu," ujar Clara sambil mengelus kepala Hanna.Pada saat yang sama Dante dan Ethan juga sedang berdiri di depan pintu, "Apakah kamu juga akan pergi?" tanya Dante pada Hanna."Iya, aku harus segera kembali ke rumah sakit, Ayah," jawab Hanna."Baiklah, mengemudilah dengan hati-hati," ujar Dante sambil memegang kepala Hanna."Iya, Ayah," jawab Hanna."Hmmm, Hanna.. ," tiba-tiba Ethan berbicara padanya."Ya, ada apa Tuan?" tanya Hanna."Apakah kamu pernah mendengar tentang Institut Penelitian Helms?" tanya Ethan.Mata Hanna berbinar ketika mendengar nama instit
Ethan saat ini telah sampai di perusahaannya. Dia memiliki tempat parkir mobil khusus. Dari tempat parkiran itu ada sebuah lift khusus menuju ruang kerjanya, yang hanya bisa digunakan olehnya saja.Hampir seluruh perusahaan yang dimilikinya dibuat seperti itu. Dia ingin menjaga privasi dan identitasnya dari semua orang.Sampai saat ini, tidak ada seorangpun yang tahu seperti apa wajah Ethan Hawk. Terkecuali asisten kepercayaannya, Carl.Pernah ada seorang wartawan yang berhasil mendapatkan informasi tentang dirinya dan foto-fotonya.Kemudian wartawan itu membuat pemberitaan tentang identitas Ethan Hawk dan mempublikasikan foto-fotonya di media secara online. Namun, hanya dalam beberapa detik, berita dan foto-foto Ethan Hawk menghilang begitu saja.Keesokkan harinya reporter itu juga menghilang tanpa jejak begitu saja. Itulah sebabnya tidak ada lagi wartawan atau pemberitaan yang berusaha mati-matian untuk membongkar identitas Ethan Hawk, apalagi diam-diam mengambil fotonya. Mereka tak
"Siapkan ruang operasi!" Ujar Alena memerintahkan perawat yang bertugas. Kemudian Alena mengeluarkan jarum perak dari dalam tasnya. Dia menusukkan jarum-jarum itu di beberapa titik di tubuh Aiden. Alena berbisik ke telinga Aiden, "Bertahanlah, Aiden. Kumohon." Tit tit tit tit Pada layar monitor alat pengukur detak jantung, terlihat jantung Aiden kembali bereaksi. "Persiapkan pasien, aku akan mensterilkan diri." Alena bergegas membersihkan dirinya di ruang steril. Sekitar setengah jam kemudian Alena masuk kembali ke ruang operasi. Aiden telah dipersiapkan dan juga telah diberi anestesi. Alena membelah bagian dada Aiden dan membuka tulang bagian dadanya. "Benar dugaanku, tulang rusuknya patah dan mengenai paru-paru dan jantungnya." Gumamnya. Alena menusukkan lagi beberapa jarum akupuntur di beberapa titik yang mengalami pendarahan. Tangannya dengan terampil dan dia segera menemukan bagian-bagian vital Aiden yang terluka. Tiiiiiiittttt "Dokter, pasien kritis." Dokte
"Hari ini, Elsa Burch putri dari Tony Burch, pesaing ketat Eddy Caleman dalam pemilihan calon perdana menteri ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan terhadap dokter Bianca Hart dan putranya. Selain itu juga diadakan penyelidikan atas tuntutan 'penyalahgunaan kekuasaan' yang dilayangkan Bianca Hart terhadap Tony Burch. Jika Tony Burch terbukti bersalah, kemungkinan besar dia akan ditangkap dan masuk ke dalam tahanan menyusul putrinya. Dengan demikian, Eddy Caleman akan melenggang dengan pasti memjadi calon terpilih perdana menteri berikutnya." Berita ini ditayangkan di layar gedung tertinggi di pusat kota. Hampir setiap pejalan kaki yang lewat melihat dan mendengar pemberitaan itu. "Cih, dia layak mendapatkannya. Dia dan putrinya adalah orang yang sangat sombong. Mentang-mentang anggota parlemen, lalu seenaknya saja memaki dan menghina orang lain." "Benar, dia selalu berlagak setiap kali berbelanja di tokoku. Elsa selalu merasa seolah dia adalah orang paling hebat dari orang
Bianca pagi ini tiba di depan kliniknya untuk bekerja seperti biasa, namun sayang sekali pintu kliniknya disegel. "Dokter, Anda akhirnya tiba?" Dona terlihat agak panik."Ada apa ini Dona?" Bianca sedikit bingung melihat kliniknya yang diberi garis polisi."Tony Burch melaporkan kita ke polisi, katanya Anda melakukan malapraktik sehingga Elsa Burch cacat. Anda diduga melakukan metode kecantikan yang tidak seharusnya."Bianca tersenyum sinis di wajahnya, "Benarkah?""Bagaimana ini Dokter?" tanya Dona."Aku akan mengatasinya, kalian bersantailah hari ini. Anggap ini sebagai hari libur. Oke?" Bianca tidak ingin Dona dan stafnya yang lain berdiri dengan sia-sia disini."Baiklah, Dokter."Kemudian para stafnya memilih pergi dan membubarkan diri di sana.Bianca mengambil ponselnya menekan tuts di layarnya.Tidak lama terdengar suara tawa dari seberang telepon, "Hahaha, Ayahku benar. Dia berkata kamu akan segera menghubungi dan memohon. Kenapa? Kamu takut dipenjara dan klinik kecantikan mil
"Dimana Bianca?!" Tony masuk ke dalam klinik kecantikan milik Bianca dengan wajah yang terangkat tinggi, seolah setiap orang harus tunduk dan hormat padanya. "Tuan, Anda tidak boleh masuk ke ruang praktek dokter begitu saja. Dokter Bianca sedang ada pasien!" Dona mencoba menghalangi Tony Burch yang memaksa masuk ke ruang praktek Bianca. Tony Burch merasa kesal karena wanita yang sepertinya adalah asisten pribadi Bianca, terus berusaha menghalanginya. "Minggir kamu!" Dia sudah tidak sabar dan mendorong tubuh Dona hingga terhuyung. Ceklek Sosok Tony Burch yang angkuh terlihat di pintu ruang praktek yang terbuka. Dan dia masuk begitu saja ke dalam ruang praktek Bianca. Bianca saat ini sedang melakukan metode perawatan laser pada pasiennya. Dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Tony Burch yang lancang. "Maafkan aku Dokter, Tuan ini memaksa masuk." Dona merasa tidak enak karena Bianca mengalami gangguan saat bekerja. "Tidak mengapa Dona, tolong arahka
Aiden segera menuju ke titik lokasi tanda SOS yang dikirim oleh Vince melalui jam tangannya. Dia sampai pada sebuah gudang barang yang tidak dipergunakan lagi. Beberapa pria lari terbirit-birit dari dalam gudang, seperti sangat takut akan sesuatu. Aiden menghalangi salah satu dari pria itu. "Mengapa kalian begitu terburu-buru? Ada apa?" "Minggir, jangan halangi jalanku!" pria itu melotot kepada Aiden. "Apa kamu melihat anak ini?" Aiden menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Apa kamu tidak mengerti? MINGGIR!" pria itu berteriak kepada Aiden yang bersikeras menghalangi jalannya. "Baiklah, jika kamu tidak ingin dengan cara yang baik-baik!" Aiden mengekang tangan pria itu dibelakang punggungnya dan mendorong wajahnya ke tembok dalam sekejap. "Aku akan menelepon polisi, dan pasti kamu lah orang yang akan dicurigai pertama kali!" Aiden mengancam. Tentu saja pria itu takut dan gemetar. Jika dilaporkan ke polisi, dia pasti akan ditangkap atas percobaan penculikan seorang
"Halo, putraku yang tampan. Mengapa wajahmu cemberut?" Bianca menjemput putranya di taman kanak-kanak. "Mama, mulai besok aku tidak mau masuk ke sekolah. Kecuali Mama memindahkan aku ke sekolah dasar." "Apa kamu yakin mau lompat kelas Vince?" "Iya Ma. Pleaseeeee!" Bianca membukakan pintu mobil untuk Vince, agar dia masuk ke dalam mobil. "Baiklah, nanti mama urus ya Vince. Sudah, jangan cemberut lagi Sayang. Sekarang kita mau kema_ hmmmfff!" Mulut Bianca tiba-tiba dibekap, sama halnya dengan Vince. Mereka dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil Van oleh tiga orang pria asing. Bianca bersikeras memberontak, namun tangannya dipegang dengan kuat oleh dua orang pria tersebut, dan seorang lagi terlihat memegang Vince. "Siapa yang menyuruh kalian menculik kami?" tanya Bianca. "Nanti kamu akan bertemu dengan Bos kami ketika ajalmu akan menjemput. Tenang saja, kami tidak akan membuat kalian berdua mati penasaran." "Benarkah?" Bak Buk Bak Buk "Hei, ada apa dengan kalian? Men
"Alena, kamu sudah sadar?" Bianca terlihat membuka matanya perlahan sambil menyesuaikan cahaya di dalam ruangan yang semua dekorasinya serba berwarna putih. "Dimana ini?" tanyanya bingung. "Ini di rumah sakit. Kamu tadi jatuh pingsan. Kamu sepertinya terkena flu dan demam tinggi. Sekarang demammu sudah menurun." "Sekarang sudah pukul berapa?" Bianca teringat Vince di rumah. "Sekarang sudah lewat tengah malam." "Apa? Aku harus pulang." Bianca bangun dari ranjang perawatan dan akan menarik jarum infus yang menempel di tangannya. Aiden cukup gesit, dia tepat waktu mencegah tangan Bianca sehingga dia gagal menarik jarum infus itu keluar. "Aiden, aku harus cepat pulang. Kasian Vince sendirian dirumah. Dia pasti khawatir karena aku belum pulang sampai sekarang." "Vince anak yang cerdas. Dia pasti memahami kondisimu. Aku sudah menelepon dan memberitahunya tadi." "Tapi_" "Tenang saja, besok pagi kalau kondisimu sudah membaik sepenuhnya, kamu sudah boleh pulang dan beristirahat di
"Dona, apa masih ada pasien lagi?" tanya Bianca yang saat ini sedang mencuci tangannya setelah melakukan prosedur tarik benang di wajah pasien. "Ada satu pasien lagi, Dok." Jawab asisten Bianca. "Syukurlah, aku mau cepat pulang hari ini." Bianca hari ini sedang merasa tidak enak badan, dia ingin segera pulang. Lagipula, Vince hanya bersama pengasuh di rumah. Dante dan Clara telah kembali ke Amerika. Sedangkan Brian dan Mia masih sibuk berbulan madu. "Apa pasiennya dipersilahkan masuk kemari sekarang, Dok?" tanya Dona. "Ya, persilahkan saja." Bianca tengah mencatat riwayat pemeriksaan pasiennya, dia masih sibuk menunduk ketika pasien sudah duduk di hadapannya. "Halo, ada yang bisa saya_ hmmhh, Aiden." Bianca mengangkat wajahnya untuk melihat pasiennya dan kalimatnya berubah seketika. "Kenapa kamu tidak ramah terhadap pasienmu?" protes Aiden. "Emm, yah. Kamu mau perawatan?" tanya Bianca. Dia mengubah nadanya lebih ramah. "Tidak, aku hanya ingin melihatmu." "Kalau begitu lebih
"Bian, ada apa? Kamu mengenalnya?" bisik Daniel kepada Bianca yang memberikan tatapan kesal kepada pria di sebelahnya."Tidak, aku tidak mengenalnya!" jawab Bianca dengan nada dingin."Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengenali suaminya?" jawab Aiden dengan nada sedikit nyaring, membuat semua mata yang mendengar menatap ke arah Bianca dengan tatapan aneh."Suami? Jika kamu pernah melihatnya di televisi bertunangan dengan seseorang baru-baru ini, mungkinkah dia mengakui istrinya?"Ya, orang-orang kemudian menatap ke arah Aiden. Beberapa orang langsung mengenalinya dan berbisik, "Iya benar, dia bertunangan dengan Elsa Burch beberapa bulan yang lalu, dan baru-baru ini membatalkan pertunangan.""Benar, aku melihat dia di televisi bersama Elsa Burch," terdengar suara bisikkan orang di sekitar mereka."Aku tidak akan melakukannya, jika istriku tidak berpura-pura mati dan mengoperasi wajahnya." Aiden berkata sambil menatap sinis ke arah Bianca.Daniel memegang tangan Bianca, dan berkata