Share

Tatapan Sinis

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-02-11 21:07:43
Memang benar apa yang ibu katakan, Renata dulu sangat jahat, dia pandai berdrama. Bahkan selama kita tinggal bersama dia selalu saja mendominasi Mas Raka, dia juga sering memfitnah aku agar terlihat buruk di depan Mas Raka.

Kutahu tujuan Renata memang ingin membuat aku dan Mas Raka pisah. Kini malah dia yang ditalak dan malah berakhir di rumah sakit.

Hmmm, aku bingung sendiri memikirkan mereka. Sudahlah takdir Renata memang seperti itu. Bukankah apa yang ditanam itulah yang dia petik? Selama ini Renata menabur keburukan dan kini hal buruk pula yang dia dapat.

Rumah sakit jiwa adalah rumahnya kini, semoga dia cepat sembuh dan menyadari kesalahannya.

Aku menepikan pikiranku yang kacau tentang mereka karena aku harus segera pergi ke kantor.

Baru saja turun dari taksi online, suara Mas Daffa kudengar. Pria ini seperti jelangkung saja yang tiba-tiba muncul tanpa notifikasi terlebih dahulu.

"Kamu loh Mas mengagetkan saja." Merasa kesal, tanganku membogem lengannya.

Tapi hanya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
yaaaahhh klu udah begini lebih baik hidup sendiri aja Mel...bahagia berdua bersama anakmu. la ini belum² udah ada dua rubah betina......apes banget nasib Lo Mel.. semoga bahagia mel
goodnovel comment avatar
Ade Virlita
jadi penasaran deh sama kelanjutannya, semakin seru aja.... apakah daffa akan bersama si Retha ???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Hinaan Mama Mas Daffa

    Nggak udah dipertegas aku cukup tahu diri dengan keadaanku, tapi pertanyaan Mama Mas Daffa membuat aku kesal. Segera kuletakkan minumanku lalu menatap Mama atasanku itu. "Tenang saja Tante benih ini bukan milik Mas Daffa." Kataku sembari menunjukan sederet gigi putihku dengan terpaksa. Hatiku sangat perih namun aku mencoba bersikap sopan. "Syukurlah kalau bukan milik Daffa, tapi kamu tidak berniat memanfaatkan anakku untuk menjadi ayah dari anak kamu kan?" Dengan nanar kutatap wanita paruh baya itu, setendah itukah aku? "Tanya kepada Mas Daffa lansung saja Tante!" Aku berujar tegas. Wanita paruh baya ini seolah terus saja mengintimidasi aku, menyudutkan aku dengan ucapannya. "Kenapa harus tanya ke Daffa, apa jangan-jangan benar kamu ingin memanfaatkan Daffa untuk menjadi ayah anak haram ini!" Tatapan Mama Mas Daffa sangat tajam. Tuduhan Mama Mas Daffa kali ini benar-benar keji. "Cukup Tante! saya sopan karena saya menghargai anda, tapi jika anda terus mengintimidasi sa

    Last Updated : 2025-02-11
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Ada Apa Lagi?

    "Kenapa kamu nekat sekali Mas! bagaimana dengan anakku?" Aku menatapnya sendu. "Aku sudah bilang jika itu adalah anakku!" Ucapan Pria itu membuatku sangat terkejut, rasanya aku ingin menangis. "Kenapa kamu melakukan itu Mas! apa kata orang? anak ini bukan anak haram, anak ini hadir setelah terjadinya pernikahan, anak ini memiliki ayah yang status sosialnya nggak kalah dengan keluargamu!" Air mataku lolos begitu saja, masalahku sudah banyak tapi dia menambah lagi masalah untukku. Maafkan aku Mel," Tatapan sendunya kudapat. Kuhapus air mataku, lalu menatapnya. "Sudahlah nggak usah dibahas lagi!" pintaku. Mas Daffa mengangguk lalu mengajakku pulang. Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan masalah ini, kutahu niat Mas Daffa baik tapi akibat dari pengkuannya bisa menimbulkan banyak masalah. Bagaimana jika rumor ini tersebar? Arrggggg, sungguh aku bingung sendiri. "Mel kamu masih kesal?" tanyanya. "Tidak Mas." Meskipun masih sangat kesal aku juga tidak mungkin mengataka

    Last Updated : 2025-02-12
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kambuh

    Tiba-tiba ayah memegangi dadanya, dari wajahnya kutahu ayahku tengah menahan sakit. "Ayah!" Aku berteriak. Pikiranku melayang, yang aku takutkan akhirnya terjadi juga. Semua turut sangat panik hingga beberapa saat kemudian ayahku pingsan. Ibu langsung menangis, sementara Papa Mas Raka segera bertindak dengan membawa ayah ke rumah sakit. Sepanjang jalan ibu tak henti-hentinya menangis, sungguh hatiku perih mendengar tangisan ibuku. Aku belum sanggup jika harus berpisah dengan ayahku. Setibanya di rumah sakit ayahku segera ditangani, kami semua menunggu diluar ruangan. Beberapa saat dokter keluar dengan membawa kabar buruk, selain penyakit jantungnya yang kumat ayah juga mengalami komplikasi, ayah ternyata mengalami gagal ginjal. Deg Duniaku seakan runtuh, kabar duka ini membuat aku melemaas. Penyakit jantung ayah sudah membuat aku harus menyembunyikan rencana perpisahanku apalagi kini ayah mengalami gagal ginjal. Lantas apa yang harus aku lakukan? "Apa yang harus ka

    Last Updated : 2025-02-12
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Semua Gara-Gara Kamu Mas!

    Ponselku terlepas begitu saja dari tanganku, air mataku juga segera lolos. Buru-buru aku minta ijin untuk pulang cepat. Awalnya atasan ku tidak mengijinkan tapi aku terus memohon, hingga akhirnya ijin aku dapat meski atasan ku terpaksa memberinya. Sepanjang jalan ke rumah sakit pikiranku terus melayang, ayahku sudah sakit kini ibuku juga tak sadarkan diri. "Ya Tuhan lindungilah orang tuaku." Tak selang lama mobil yang membawaku tiba, segera aku membayar dan bergegas masuk. Aku menuju ruang UGD karena disanalah ibuku sekarang. "Dok bagaimana dengan ibu?" tanyaku dengan panik. "Pasien tidak kenapa-kenapa, hanya kelelahan dan syok saja. Saya sarankan pasien istirahat di rumah dulu." Kutatap ibuku yang kini masih memejamkan matanya. Aku perlahan mendekat lalu kugenggam tangan ibu dengan erat. "Ibu istirahat di rumah saja biar Amel yang menunggui ayah." Bisikku. Setelah ibu sadar, aku memintanya untuk pulang namun ibuku bersikeras tetap menunggu ayah hingga aku harus

    Last Updated : 2025-02-13
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Semua Akan Baik-Baik Saja.

    Sepanjang malam aku menangis, sungguh rasa takut menggerogoti pikiranku. Selain susahnya mencari donor ginjal, biaya pencangkokan juga tidak sedikit, bagaimana aku dan ibuku mendapatkan uang sebanyak itu? Kartu BPJS ataupun Asuransi apa bisa mengcover semuanya? biaya masuk kemarin saja masih menunggu persetujuan asuransi ayah dan kini? arrgg aku harus bagaimana? Pikiranku sangat ramai bahkan untuk menutup mata aku tak bisa. Mas Raka mencoba menenangkan aku dengan mengatakan semua akan baik-bak saja. Tapi ucapan itu semakin membuat hatiku panas. "Bisa kamu bicara seperti itu Mas!" kata lalu bangkit menatapnya. "Lalu aku harus berkata apa?" Dia menatap aku dengan sendu. Kesedihan juga kudapati di matanya, aku akui dia juga syok dengan apa yang dokter katakan tapi semua ini juga gara-gara dia. Andaikan saja, kisahnya dengan Renata ditutup saat menikah denganku pasti semua akan baik-baik saja. "Semua masalah ini berawal dari kamu! karma ini kamu yang tanam tapi ke

    Last Updated : 2025-02-14
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Asal Kamu Bahagia

    Kebaikan Mas Daffa sudah membuat semua pihak curiga akan hubungan kami, anak yang ku kandung kini mungkin dikira adalah anak Mas Daffa. "Tidak Bu, mana mungkin Pak Daffa adalah suami saya." Ujarku dengan tersenyum. "Sikapnya padamu nggak normal Mel." Sahut atasanku. "Kami dulu teman baik saja Bu, sudah seperti adik dan Kakak." Untung alasanku membuat atasanku percaya. Sore itu aku dijemput Mas Raka, tak ingin energiku terkuras hanya karena debat dengannya aku pun langsung naik mobil tanpa banyak drama. Saat masuk mobil, Mas Raka terlihat senang terbukti dengan senyuman yang mengembang di pipinya. "Aku senang Mel kalo kamu menurut seperti ini." Ujarnya. Kelihatanya dia salah paham, siapa yang menurut? aku hanya tidak mau berdrama saja yang ujung-ujungnya menguras tenaga. Lebih baik energiku aku simpan untuk melihat keadaan ayah nanti. "Ayah bagaimana Mas?" Aku berharap ayahku baik-baik saja setelah cuci darah. Mas Raka terdiam, raut wajah senangnya sirna dan

    Last Updated : 2025-02-14
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Setelah Anak Ini Lahir Kita Akan Urus Surat Cerai

    Aku menghela nafas dalam-dalam akhirnya dia menyerah dan berhenti untuk mengejarku, tapi bagaimana dengan orang tuanya? Apakah mereka setuju? Argg, masa bodoh! biar saja itu menjadi urusan Mas Raka. "Baiklah nanti setelah anak ini lahir aku akan urus surat cerai kita." Ujarku tanpa menatapnya. "Baik Mel jika aku tidak bisa mengurusnya kamu yang urus tapi izinkan aku untuk bersamamu menemani ayah saat ini." Dia kembali menatapku nanar. Laki-laki ini membuat jiwa ibaku meronta, "Tapi bukanlah kamu sudah menemaniku beberapa hari ini?" Ujarku dengan menatapnya sinis. Menyadari sikapnya dia pun terkekeh, " Takutnya kamu marah dan meminta aku pergi Mel." Kemudian, tangannya menggenggam tanganku dengan bibir yang tersenyum senang. Terbesit rasa heran di benakku, apa rencananya? apa ini hanya akal-akalannya saja supaya aku bisa berada di dekatnya? Aku harus waspada, awas saja jika dia memiliki niat busuk. "Ya sudah aku lelah aku mau tidur." kataku lalu melepas genggaman t

    Last Updated : 2025-02-15
  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Sudah Ada Pendonor

    "Semoga bisa." Sahut Mas Raka. Keadaan ibu yang masih syok membuat aku khawatir sehingga aku meminta ibu untuk istrahat di kamar VIP yang dibooking Mas Raka. "Ibu istirahat di kamar dulu ya." Bujukku. Awalnya ibu menolak tapi di sini kami juga tidak bisa berbuat apa-apa, ayah juga masih belum boleh dijenguk. "Baiklah Mel." Ujar ibu. Setelah mengantar ibu aku dan Mas Raka kembali ke ruang ICU entah mengapa aku ingin selalu dekat dengan ayahku. Kami berdua membahas asuransi ayah kembali, aku cukup tahu jika tidak semua penyakit bisa dicover dengan asuransi itu. "Tenanglah Mel, aku yakin bisa. Kita cukup berdoa saja." Mas Raka selalu membujukku dengan kalimat itu sehingga membuat kekesalanku semakin menjadi, bagaimana aku bisa tenang! Segunung tagihan ada di depan mata jika saja asuransi itu ditolak! "Bagaimana aku bisa tenang Mas, jika asurasi itu ditolak apa kamu yang akan menanggung biaya ayah!" Aku sangat putus asa. Dia hanya diam, dan kediamannya itu aku anggap di

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Aku bahagia Mas

    Waktu terus berlalu, tak terasa Arkan sudah berumur tujuh bulan, mama yang masih memegang teguh adatnya hendak melakukan syukuran yang disebut "Mudun lemah" atau turun tanah. Di usia tujuh bulan bayi sudah diperbolehkan untuk diturunkan ke bawah mengingat mereka harus belajar berjalan. "Amel persiapannya sudah selesai apa belum?" tanya Mama yang memantau aku di dapur. "Sudah ma, anak ayam yang mama pesan sudah dikirim." Kataku sambil tersenyum. Memang dalam syukuran kali ini kami menggunakan anak ayam, entahlah kenapa ada adat seperti itu. Ayah dan ibuku juga datang untuk membantu, aku yang lelah memutuskan ke kamar sejenak untuk istirahat. Beberapa saat kemudian, Mas Raka menyusulku. Dia yang juga kelelahan turut berbaring di sampingku. "Adat terkadang itu menyusahkan, tinggal syukuran saja kenapa ribet banget yang inilah itulah, lagian kenapa ada acara turun tanah, Arkan tinggal ditaruh bawah kan udah beres." Mas Raka menggerutu sendiri. Mendengar gerutuannya

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Pengen Terus

    Mas Raka menatapku tak percaya, "Kamu setuju Sayang?" tanyanya sambil memegang pundakku. "Iya Mas, kuakui aku tak sanggup mengurus Arkan sendirian." Mas Raka langsung memelukku, dia mengecup keningku berkali-kali. Setelah berbincang aku dan Mas Raka memutuskan pulang, sesampainya di rumah Mama menyambutku. Sama seperti Mas Raka mama memelukku dengan erat. Sebenarnya aku heran pada mereka, takut sekali jika aku pergi. "Ma tolong carikan yayasan terbaik, kami akan menggunakan jasa baby sitter." Ujar Mas Raka. Mama sangat senang mendengar kabar ini lalu beliau menghubungi Yayasan yang sudah diakui para majikan. Beberapa foto calon baby sitter mama tunjukkan padaku, dan pilihanku jatuh pada baby sitter yang sudah berumur. Aku sengaja mencari yang tidak manarik karena takut Mas Raka akan tergodo seperti di film-film. Keputusan kami buat, dan besok orangnya akan dikirim ke rumah. Malam itu, Mas Raka lah yang menidurkan Arkan, dia juga menemani aku begadang meng

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Saling minta maaf

    "Iya Bu, Amel akan memikirkannya lagi." Kataku sambil menatap ibuku. Arkan menangis, ibu memintaku untuk menyusuinya langsung karena asi yang aku pompa kemarin sudah habis. Setelah aku menyusui Arkan, ibu meminta bayiku kembali. Ibuku memang ibu terbaik di dunia. Beliau tidak ingin aku lelah. "Enak ya digendong nenek." Aku mengusap pipi Arkan. Dari depan terdengar suara mobil berhenti, bibirku menyunggingkan senyuman saat tahu yang berhenti adalah mobil Mas Raka. Mas Raka berjalan mendekat dan bersamaan Arkan muntah sehingga aku berlari masuk ke dalam. Dari belakang aku mendengar Mas Raka memanggilku. "Sayang." Mas Raka mengekori aku yang ingin mengambil tisu. Dia langsung memelukku. "Maafkan aku." Dia berbisik. Aku melepas pelukannya bukan tidak senang dengan kedatangannya tapi aku harus mengusap muntah Arkan. Ibu segera meminta tisu dariku, lalu beliau lah yang mengusap bibir Arkan. Setelah bersih dari muntahan, aku menatap suamiku yang sudah memasan

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Apa aku salah?

    Di dalam kamar aku menangis, sungguh aku merasa sedih dengan sikap Mas Raka. Kenapa semua seolah aku yang salah? padahal aku hanya ingin merawat Arkan dengan tanganku sendiri? "Kenapa kamu begini Mas?" Aku bermonolog dengan diriku sendiri. Kukira Mas Raka akan mengerti keadaanku, seorang ibu baru yang mengalami perubahan segala siklus hidup namun nyatanya tidak. Di saat seperti ini bukankah peran suami adalah mensupport istri? tapi mengapa malah balik menyalahkan? ArrggggAku berteriak sambil mengusap rambutku dengan kasar. Meskipun aku mengurus Arkan sendiri aku tidak pernah mengganggu tidurnya, seberapa repotnya aku tiap malam aku tidak pernah membangunkannya karena aku sadar dia harus bekerja. Tapi kenapa dia tidak mengerti? bukankah masa-masa seperti ini tidak lama, ketika bayi semakin besar dia pasti akan jarang bangun malam dan aku bisa mengurusnya kembali? Hati yang meradang membuat aku terus menangis hingga suara ketukan dari luar menghentikan tangisku. Aku berjalan u

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Kenapa?

    Kutunggui dia yang sedang makan, entah mengapa melihat Mas Raka makan, aku merasa iba. Emosi yang memburu tiba-tiba menghilang. "Aku sudah selesai makan, apa yang ingin dibicarakan?" Dia menatapku. "Ayo le kamar." Tak ingin di dengar pelayan dan Mama aku mengajak Mas Raka ke kamar. Tapi Mas Raka menolak dengan alasan kekenyangan jadi malas naik. "Kamu tuh kenapa sih Mas, bicara di kamar lebih leluasa tidak didengar banyak orang!" Aku memberengut kesal. "Apa masalahmu?" Nafasku kembali memburu, dia tidak pulang dan dia bertanya apa masalahnya? "Kamu tuh nyadar gak sih kalau salah! nggak pulang apa menurut kamu itu wajar?" Air mataku yang kutahan memberontak keluar, sehingga kini aku menangis di hadapannya. "Apa yang kamu tangisi bukanlah semua keinginan kamu?" Mendengar ucapannya sontak aku membuat aku kembali menatapnya, "Apa maksud kamu?" "Ya kamu lelah dengan Arkan bukanlah itu keinginan kamu? dari awal aku sudah mencoba menawarkan baby sitter tapi kamu selalu menolak."

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Tidak Pulang

    Tanganku mengepal, emosiku meledak-ledak melihatnya. Melihatku Mas Raka hanya menghela nafas. "Aku lelah, jangan marah-marah seperti ini." Katanya lalu dia merebahkan diri di tempat tidur. Tak rela jika amarahku berakhir begitu saja aku pun menghampirinya, ku tarik tangannya agar bangun untuk mendengar omelanku. Tapi bukannya bangun Mas Raka justru menarik tubuhku dan membawaku ke dalam dekapannya. "Arkan tidur lebih baik kamu tidur jangan marah-marah." Katanya. Aku melongo melihat suamiku ini, seketika emosiku yang sedari tadi berapi-api padam begitu saja. Dan dalam dekapannya aku merasa hangat hingga air mataku tak terasa meleleh. "Nyatanya lelahku hilang dalam dekapannya." Batinku sambil terus menatap Mas Raka yang sudah memejamkan mata. Baru saja aku terpejam suara Arkan membangunkan aku, malas dan lelah tapi aku harus bangun untuk menenangkan malaikat kecilku itu. "Kamu haus ya." Kataku sambil membuka kancing baju untuk menyusuinya. Saking ngantukn

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Marah

    Aku hanya tersenyum mendengar pesan Mama, entah mengapa aku ingin tanganku sendiri yang mengurus bayi ini. "Nanti Amel pikirkan ya Ma." Tak ingin Mama kecewa aku berkata demikian. Bayiku kini berusia tujuh hari, hari ini adalah hari dimana Mama mengadakan syukuran pemberian nama. Adat kami memang seperti itu, ada beberapa syukuran yang wajib digelar oleh keluarga yang baru saja memiliki keturunan. "Namanya Arkan Ma, diambil dari Amel dan Raka." Ujar Mas Raka. "Tapi sama Mas Raka ditambahi n," sambungku. Mama tertawa, sebenarnya aku yang ingin Mas Raka menambahkan paten n, karena aku ngefans sekali dengan salah satu sama pemain bola tanah air. Setelah acara syukuran pemberian nama selesai aku dan Mas Raka pamit ke atas untuk istirahat. Di dalam kamar, Mas Raka duduk di sampingku. "Sayang, besok pagi sekali aku ada dinas keluar kota kamu bisa nggak bangun pagi dan mengurusi aku." Dia menatapku. "Aku upayakan ya Mas, bayi kita sering rewel kalau malam jadi aku ga bisa

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Mengurus Anak Sendiri

    Ini bukan stimulasi Asi melainkan memancing hasrat, alhasil hasratku lah yang terpancing keluar. "Mas, ah...." Aku malah mendesah merasakan setiap hisapan yang mas Raka berikan. Tanganku menarik rambutnya, mataku justru terpejam. "Mas sudah." Aku menekan kepalanya. Entah apa yang ada di kepalaku, saat seperti ini aku malah terjerumus dalam hal ini. Mas Raka menyudahi aksinya, "Gimana sayang, apa sudah cukup stimulasinya?" Dia tersenyum licik. "Ini bukan stimulasi mas, tapi memancing hasrat." Sahutku kesal. Dia tertawa, suamiku sungguh mesum sekali. "Maafkan aku sayang," katanya lalu mencubit pipiku. Netraku menatap wajahnya kemudian turun ke bawah dan aku melihat ada sesuatu yang menyembur dari balik celananya. Deretan gigiku terlihat, ternyata dia juga terpancing perbuatannya sendiri. "Itu kamu juga berdiri." Kataku sambil menahan tawa. Sebenarnya aku ingin tertawa lepas mengejeknya hanya saja luka operasi jika dibuat tertawa terasa sangat sakit. Tau aku mengejeknya Mas

  • Istri Yang Menanti Sentuhanmu    Lahir

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari ini aku dan seluruh keluarga besarku dan Mas Raka pergi ke rumah sakit. Sengaja kami memilih hari ini karena hari ini bertepatan dengan ulang tahun Mas Raka jadi anakku nanti memiliki hari ulang tahun sama dengan papanya. "Mas aku takut." Aku terus memegangi tangan mas Raka. Ingatan waktu itu, membuat nyaliku menciut. Memang operasi sesar tidak menakutkan tapi setelahnya aku harus kesakitan. "Jangan takut sayang, ada aku." Mas Raka terus mengecup keningku. "Habis operasi sakit sekali Mas." Aku mengubah raut wajahku takut merasakannya lagi. Mas Raka tersenyum, dia bilang kalau nanti sakitnya terbayarkan dengan hadirnya anak kami. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Bayangan bayi menangis menari di kepalaku, tanpa kusadari bibirku terus saja menyunggingkan senyuman. Beberapa waktu kemudian, Dokter datang untuk melakukan pemeriksaan, selain operasi aku juga meminta dokter untuk sekalian memasang kb, rencananya aku akan menunda kehamilan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status