“Dania ini beneran seneng sama Pak Alex kah? Kayak bukan Dania. Apa sebenernya yang terjadi sama Dania,” gumam Restu pelan.“Ato jangan-jangan dia ....”“Jangan-jangan apa? Emang kamu mau rencanain apa lagi?” sahut Rina menanggapi ucapan putranya.“Apaan sih, Mama. Nyaut aja kayak petasan.”“Kamu gak udah kebanyakan nebak-nebak dan berencana lagi. Mendingan kamu fokus cari kerja yang bener! Liat itu ... semua rencana kamu gagal. Bahkan sekarang Lisa pun di ancam papanya kalo dia masih berhubungan sama kamu. Emangnya kamu sekarang mau bikin apa lagi. Belum puas kamu jadi tukang rusak di rumah ini, hah?!” Rina malah memarahi putranya.“Kok Mama jadi marah? Emangnya Restu salah apa, Ma. Lagian yang bikin Lisa menjauh dari Restu itu ya dia sendiri. Papanya di dengerin. Marahnya ke Lisa, jangan ke Restu.” Restu berusaha membela diri.“Kamu ini ya, dibilangin gak pernah mau denger. Kalo dulu kamu gak aneh-aneh, pasti sekarang kamu idah jadi suaminya Lisa. Ngapain juga kamu ngurusin Da
“Waah ... ada pasangan calon penganten rupanya. Gak nyangka ya, kita bakalan ketemu di sini,” sapa seseorang yang baru saja keluar dari ruang ganti.Seorang Pria muda keluar dari ruang ganti sambil menenteng sebuah jas di tangannya. Pria itu memberikan jas yang tadi dia coba pada pelayan butik, lalu dia pun berjalan ke arah Dania dan Alex.Dania merasa sedikit kaget karena tiba-tiba Bastian muncul di sana. Entah dari mana pria itu datang, tapi yang pasti sejak pertemuan tidak disengaja antara Dania dan Bastian waktu itu, tiba-tiba saja pria itu seperti selalu ada di setiap tempat yang Dania datangi.Tanpa sengaja ekor mata Daniel menangkap perubahan raut wajah yang cukup drastis pada wajah Alex. Pria yang tadi sedang bersandiwara dengan dia dengan wajah yang dibuat sok manis, kini tiba-tiba berganti menjadi lebih serius. Tulang rahang Alex tampak mengeras seperti menandakan kalau dia tidak suka dengan kedatangan Bastian.“Halo Dania, kita ketemu lagi di sini,” sapa Bastian sok akrab p
Sreeek.Suara gorden yang di buka terdengar sangat keras. Alex yang sedari tadi sibuk dengan laptop yang ada di tangannya pun sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat Dania yang sejak tadi ada di dalam sana.Tampak di depan Alex saat ini ada seorang wanita memakai gaun putih yang membalut tubuh indah wanita itu. Memamerkan lekuk tubuh yang indah, berdiri membelakangi Alex.Dania merasa sedikit malu saat dia diminta untuk berbalik agar Alex bisa melihatnya. Dia sedikit tidak nyaman dengan gaun yang dia kenakan saat ini, karena dia sudah seperti pengantin Alex yang sesungguhnya.Setelah beberapa kali di beri kode oleh pelayan butik yang tadi membantunya berganti pakaian, Dania pun akhirnya berbalik badan secara perlahan. Dania masih menundukkan kepalanya, karena dia merasa sangat malu.“Gimana Pak Alex, apa pakaian ini cocok untuk Bu Dania?” tanya Jessica yang sejak tadi menemani Alex di depan tirai besar.Tidak ada jawaban dari Alex. Pria muda nan tampan itu masih melihat ke arah Dan
“Alex, kamu ngapain?” tanya Dania melihat Alex berdiri di depannyaAlex memegang pintu mobil Dania dengan satu tangan. Lalu dia sedikit membungkuk, agar dia bisa melihat Dania yang sedang duduk di dalam sana.Dania merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu. Dia tidak menyangka kalau drama mereka akan berlanjut sampai keluar butik.“Dania. Kamu jangan ke-GR-an ya. Aku tadi ngelakuin itu semua karena kita harus bersandiwara. Jadi kamu jangan pernah mikir kalo itu adalah kenyataan,” ucap Alex.“Hah?” Dania kaget mendengar ucapan Alex.“Eh, siapa juga yang anggep itu beneran. Aku juga tau kok. BTW, kamu ke sini cuma mau ngomong itu doang?” lanjut Dania.“Iya. Biar kamu gak salah paham. Dan kamu mulai sekarang udah harus biasa dengan hal itu waktu kita lagi di depan orang banyak.”“Issh! Iya iya! Bawel banget jadi orang sih!” gerundel Dania yang langsung membuang muka dari Alex.Setelah urusannya untuk memperingatkan Dania sudah seles
“Lalu gimana sama Bianca?” tanya Alex yang semakin penasaran.“Tentang Bu Bianca, saya masih belum mendapatkan informasinya, Pak,” jawab Ivan dari jok depan.Alex terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya itu. Dia sampai mengerutkan keningnya, saat dia mendengar laporan terbaru dua orang yang pernah dekat dengan dia.Saat di Amerika dulu, Alex pernah berkencan dengan Bianca selama 2 tahun. Mereka saling mencintai dan berniat akan menikah setelah mereka lulus.Tapi Alex menemui kenyataan lain. Dia menemukan Bianca berkencan dengan Bastian di apartemen Bianca. Kesibukan Alex belajar dan juga menjaga perusahaan kakeknya di Amerika, menjadi alasan Bianca selingkuh dengan Bastian.Alex yang sakit hati, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Amerika. Dia kecewa pada Bianca, yang bahkan memilih berkencan dengan sahabat Alex sendiri, yaitu Bastian. Otomatis hubungan Alex dan Bastian pun juga jadi memanas. Sejak saat itu lah, Alex menjadi lebih dingin dan tidak ingin berken
“Dania!” teriak Bastian yang melihat Dania oleng.“Dan, kamu gak papa?” tanya Bastian sambil memegang tangan Dania membantu Maya menopang tubuh Dania.“Lepaskan tanganmu!” ucap seseorang dari dalam lift yang kini terbuka.Bastian kaget saat dia mendengar ada suara bentakan dari arah lift yang ada di hadapannya. Bastian melihat ke arah lift sambil memegang tangan Dania yang tadi hampir terjatuh.Tatapan Bastian dibalas dengan tatapan tajam Alex yang melihat Bastian membantu Dania. Tatapan makin tajam saat melihat tangan Bastian tidak berpindah meski dia sudah memperingatkan mantan sahabatnya itu.“Bu Dania, Ibu gak papa?” tanya Maya yang kini mengambil alih tubuh Dania yang lemas.“May,” panggil Dania lemah.“Bawa Dania ke ruangannya,” perintah Haris yang datang bersama dengan Alex.“Baik, Pak.”Maya segera memanggil Nindi untuk membantunya menuntun Dania kembali ke ruang kerjanya. Mereka mencoba membantu Dania yang kian lama kian lemas dan tidak mampu menyeimbangkan dirinya sendi
Alex dan Haris sedang menunggu dokter yang saat ini sedang memeriksa keadaan Dania. Mereka duduk bersama di sofa yang ada di apartemen Dania.Haris melihat ada guratan kekhawatiran di wajah Alex. Dia senang karena ini menandakan kalau Alex sebenarnya memiliki perasaan, hanya saja pria itu tidak menyadarinya.“Lex, kamu kenal sama Bastian Rahmadi?” tanya Haris sambil menatap ke arah cucunya.Alex memutar bola matanya, “Kenal,” jawab Alex ogah-ogahan, karena dia tidak suka membahas Bastian.“Kamu kenal di mana? Bukannya anaknya Pak Bram itu baru pulang dari Amerika ya.”Alex menoleh ke arah kakeknya, “Kenal di Amerika. Dulu kamu temen satu kampus.”“Oh ya? Kok Opa gak tau. Bearti kamu akrab sama dia ya?”Alex memilih tidak menjawab. Dia sangat tidak tertarik dengan pembahasan tentang Bastian, yang sampai sekarang masih membuatnya kesal, meski hanya mendengar namanya saja.“Lex, kalo gitu kamu aja yang urus ama PT Gemilang. Kan kamu temennya,” pinta Haris.Alex menoleh lagi ke arah
Dania membuka matanya perlahan. Dia mulai terbangun dari tidur panjangnya, setelah dipaksa dokter untuk tidur dengan bantuan obat.Secara perlahan, Dania mulai mengembalikan lagi kesadarannya. Dia mencoba mengenali di mana dia saat ini berada.“Aku udah di rumah. Jam berapa ini,” ucap Dania yang merasa linglung karena dia serasa tidak tahu waktu.“Ya ampun, udah malem ternyata.” Dania melihat jam dan kini sudah menunjukkan pukul 6 sore.“Bu Dania. Ibu sudah bangun.” Maya yang masuk ke kamar Dania kaget melihat Dania sudah bangun dan mencoba untuk duduk.“Maya. Kok kamu di sini? Kamu gak perlu jenguk saya. Saya gak papa, kok,” jawab Dania yang juga kaget dengan keberadaan asisten pribadinya di rumahnya.“Maaf Bu, saya di minta Pak Alex untuk tinggal di sini sampai hari pernikahan. Bibik juga akan tinggal di sini. Pak Alex mau kami menjaga Ibu sampai benar-benar sehat.”Dania menoleh ke arah Maya, “Alex? Alex nyuruh kamu kayak gitu?” Dania tidak percaya dengan apa yang baru saja di
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta