“Dania pingsan? Kok bisa. Kan dia kuat banget. Dulu aja kerja dari subuh sampe tengah malam, dia juga gak pernah ngeluh kok. Kenapa dia jadi pingsan sekarang?” tanya Restu pada dirinya sendiri berkomentar tentang berita yang dia lihat.“Tunggu dulu! Apa mungkin dia ....”“Mungkin dia ngapain lagi? Kamu nggak usah lagi lah kebanyakan prediksi soal Dania. Dia itu udah ngusir dan hapus kamu dari kehidupannya, jadi sekarang kamu enggak usah lagi repot mikirin dia. Mendingan kamu fokus aja sama hidup kamu sendiri,” celetuk Rina mencoba untuk menasehati putranya.“Mama ini nyaut aja kerjaannya. Lihat itu Ma, katanya Dania pingsan. Mama ngerasa aneh nggak sih sama kejadian ini?”“Apanya yang aneh? Kalau dia pingsan, ya bisa jadi dia emang kelelahan atau lagi banyak pikiran. Namanya juga orang kerja, bukannya itu udah hal biasa ya.” Rina menata makanan di atas meja makan.Restu berjalan ke arah meja makan, untuk menghampiri mamanya, “Maksud Restu bukan itu, Ma.”Rina Melihat ke arah Res
“Alex,” sapa seseorang dari arah samping.Merasa namanya di panggil, Alex pun menoleh. Dia melihat ada seseorang yang pernah dia kenal kini berdiri di hadapannya. Wajah Alex langsung berubah menjadi masam.Alex tidak berminat untuk terus melihat ke arah orang yang menyapanya. Dia malah menyuruh pelayan kedai bubur, untuk mempercepat pelayanannya.Bastian melihat apa yang dibeli oleh Alex. Pagi-pagi membeli bubur, tentu saja itu bukan kebiasaan Alex. Pria yang sudah lama dia kenal itu paling tidak suka sarapan berat. Sarapan kesukaan Alex hanyalah kopi hitam, seperti para eksekutif muda lainnya.“Dania masih sakit?” tanya Bastian.“Bukan urusanmu!” jawab Alex ketus tanpa menoleh ke arah Bastian.Bastian tersenyum melihat tingkah Alex. Sepertinya Alex benar-benar tidak ingin dirinya mendekati wanita yang akan segera dinikahi oleh Alex itu.“Kayaknya kamu ngelindungi Dania banget. Apa Dania adalah pengisi hati kamu yang baru?” tanya Bastian penuh rasa ingin tahu.Tidak ada jawaban dari
“Makan ini!”Alex memberikan kantong makan berisi bubur yang baru saja dia beli pada Dania. Dia malas melihat Dania karena dia merasa kesal pada wanita yang kini sedang sakit itu.Mood Alex sudah berubah banyak setelah dia bertemu dengan Bastian tadi. Apa lagi, Bastian sempat mengatakan sesuatu yang sangat menyakiti hatinya. Alex merasa sangat kesal mendengar Dania sangat akrab dengan Bastian.“Bubur. Kamu beli bubur buat aku?” tanya Dania saat dia melihat isi dari kantong belanja di atas meja.“Opa, Alex berangkat duluan. Ada kerjaan di kantor.” Alex malas menjawab Dania.“Loh, kok langsung ke kantor? Kamu gak makan dulu? Ini udah di siapin,” tanya Haris yang melihat cucunya seperti sedang kesal.“Gak usah!”“Kamu ini gimana sih. Kan kamu udah beliin makanan buat Dania, masa kamu gak ikut makan.”“Alex sibuk. Alex berangkat dulu.” Alex langsung pergi meninggalkan meja makan, tanpa berpamitan pada Dania.“Alex!” panggil Dania sebelum Alex pergi semakin jauh.Alex menghentikan l
“Ada apa, Opa? Apa ada yang terjadi?” tanya Dania kepo.“Nggak papa, cuma ada sedikit masalah kecil aja kok. Udah, buruan kamu habisin makannya, ntar kalau dingin jadi nggak enak rasanya.” Haris menyuruh Denia untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda sebentar.Dania hanya mengangguk kemudian kembali menikmati bubur rasa perhatian langka dari Alex. Rasa bubur itu menjadi lebih enak karena Alex yang memberikan kepadanya.Namun perubahan sikap dan raut wajah Harris secara tiba-tiba setelah membaca pesan teks di ponsel milik Haris tadi, masih menyita sedikit perhatian Dania. Dia menjadi lebih penasaran, takut ada masalah besar menjelang hari pernikahannya.Tapi Dania tidak ingin larut dalam suasana itu. Dia tidak ingin membuat Haris kepikiran kalau melihat dia resah saat ini. Dania memilih untuk percaya saja pada Haris karena pria itu pasti mampu menyelesaikan semua permasalahan.“Jadi gimana masalah persiapan pernikahan kamu sama Alex? Apa masih ada yang kurang?” Haris ingin me
Restu masuk ke dalam kamarnya. Dia langsung menjatuhkan dirinya di atas pembaringan, karena dia merasa sangat lelah.Restu menatap langit-langit kamarnya. Secara perlahan senyum di bibirnya mengembang, setelah dia datang menemui Haris tadi.“Ternyata kakek tua itu gampang juga di peras. Lumayan lah, dari pada gak dapet uang,” gumam Restu yang merasa senang karena kini dompetnya sudah tebal kembali.“Tapi kenapa Pak Haris gak tanya dulu ya, berita apa yang bakalan aku sampaikan ke dia. Kenapa dia malah nyuruh asisten pribadinya itu langsung ngasih uang ke aku. Apa dia gak penasaran ama kabar yang aku bakalan sampaikan?”“Tunggu dulu! Apa mungkin emang dugaan aku kalo Dania hamil itu bener? Waah ... ternyata ya. Kok bisa mereka nutupin aib Dania sampe kayak gini. Gak nyangka aku, Dania bener-bener dapet pendukung berat.”“Siapa yang dapet pendukung?” sahut Rina yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar anaknya.Restu yang kaget langsung menoleh, “Mama. Bisa gak sih kalo mau masuk kamar it
“Dania,” panggil seseorang dari arah samping.Dania pun menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat ada seorang pria sedang berdiri tidak jauh dari dirinya, sambil tersenyum kepadanya.“Sayang. Kok kami di sini?” sapa pria lain yang juga baru saja keluar dari ruangan yang sama.“Sayang?” ucap Dania pelan menirukan panggilan Alex tadi kepadanya.“Mulai kumat lagi dia,” lanjut Dania yang melihat Ale bergegas mendatanginya.“Sayang, kamu ngapain ke sini? Kamu kan masih sakit,” tanya Alex sok perhatian dan hangat pada Dania.“Aku?” Dania melihat ke arah Bastian yang kini ikut mendatanginya.Dania mengangkat kotak bekal di tangannya, “Taraaa! Aku buat bekal buat kamu,” jawab Dania sambil tersenyum lebar pada Alex.“Bekal? Ya ampun, sayang. Kamu kok malah repot-repot masak sih. Kalo kamu capek gimana? Kalo kamu nanti sakit lagi gimana?” Dania menatap nanar ke arah Alex, “Jadi kamu gak mau makan masakan aku?” tanya Dania sambil cemberut.Alex tersenyum pada Dania, “Mau dong. Pasti kam
Alex menghentikan kunyahan mulutnya. Dia hanya duduk diam di samping Dania, tanpa memberikan respons apa pun. Emosi Alex langsung terpicu mendengar nama wanita yang sudah lama berusaha dia lupakan itu tiba-tiba terdengar kembali. Apa lagi nama itu keluar dari mulut kotor Bastian, pria yang paling ingin dia hajar saat ini.Dania tang tadinya bersiap untuk mengambilkan tambahan lauk untuk Alex, menangkap perubahan wajah Alex yang sangat drastis. Dania merasa ada sesuatu yang salah pada diri Alex, setelah mendengar pertanyaan Bastian terakhir tadi.Alex menoleh ke arah Bastian. Sorot matanya seolah mengandung laser pembunuh yang siap membakar tubuh Bastian saat ini.“Ibu Bianca? Bagaimana kabarnya sekarang? Saya dengar dia sudah menikah.” Alex mencoba untuk memberikan jawaban dengan berusaha santai.“Nikah? Gak lah ... dia masih belum nikah. Soalnya dia masih gak bisa move on dari cintanya pas kuliah dulu.” Bastian mencoba untuk memprovokasi Alex.“Oh ya? Kasian banget kalo gitu.”“S
Hari pernikahan tiba. Alex dan Dania sudah ada di Royal hotel sejak tadi malam. Mereka sudah menginap di sana dan saat ini mereka sedang duduk di depan meja rias untuk bersiap melaksanakan resepsi pernikahan, setelah tadi pagi acara akad nikah dilangsungkan secara pribadi.Pikiran Dania kembali terulang saat dia dan Restu dulu menikah. Meski dulu pesta pernikahannya tidak semewah sekarang, tapi dulu Dania sangat senang dan bahagia. Ya walaupun, pada akhirnya hasilnya sangat mengecewakan.Tapi kali ini, diam-diam Dania berharap, pernikahan tanpa cinta ini akan berakhir bahagia di akhirnya. Ya meskipun itu sulit, tapi Dania masih memiliki impian itu meski hanya sedikit sekali.“Cantik banget, Bu,” puji Maya saat melihat wajah Dania yang baru saja selesai di poles.“Bisa aja kamu ini. Namanya perempuan itu ya pasti cantik,” jawab Dania yang malu-malu karena dia memang mengakui wajahnya kini semakin cantik lewat polesan dari sang perias.“Kalo ini sih di jamin Pak Alex bakalan kaget nan
Jenuh, kesal, bosan, semua perasaan bercampur aduk menjadi satu di hati Dania. Dia yang tadinya bersemangat untuk datang ke pesta bersama dengan Alex, kini malah ingin segera pulang.Bagaimana tidak, dia malah ditinggal begitu saja oleh Alex yang malah sibuk menemani teman lamanya yang tidak Dania kenal. Sikap manis Alex yang sejak kemarin muncul berbalut menyebalkan itu seolah menjadi menyebalkan secara totalitas.Dania kini hanya duduk sendiri di temani oleh segelas wine. Suaminya yang duduk di sebelahnya justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk membahas masa lalu tidak berguna dengan wanita yang tampaknya pernah sangat berarti di hidup Alex sebelumnya.Dania menoleh ke Alex dan menemukan punggung Alex. Ingin rasanya dia memukul keras punggung itu, agar pria yang kini sedang tertawa bersama dengan Sandra itu sadar kalau ada istrinya di balik punggung kokoh itu.“Lex,” bisik Dania di belakang punggung Alex.Alex berbalik dan melihat ke arah Dania, “Apa?” tanya Alex.“Ayo pulang
“Alex.”Terdengar suara sapaan seorang wanita yang membuat Dania dan Alex menoleh ke arah orang itu. Dua orang itu kemudian saling berpandangan saat sudah tahu siapa yang menyapa mereka.Tampak di hadapan mereka, ada seorang wanita muda yang sedang melempar senyum kepada mereka. Demi menjaga kesopanan, pasangan itu pun segera membalas senyum itu dengan ramah. Oh tidak, tentu saja yang senyum hanya Dania, karena Alex adalah orang yang pelit senyum.“Siapa?” tanya Dania sedikit berbisik.“Entah,” jawab Alex datar.Dania menoleh ke Alex, “Entah?” ucap Dania yang lebih kaget dengan jawaban suaminya.“Hai Lex, apa kabar? Waah ... kamu gak berubah ya. Tetep aja menarik perhatian,” sapa wanita itu saat wanita itu datang mendekat.“Siapa ya?” tanya Alex datar tanpa ekspresi.“Siapa? Lex, kamu lupa ama aku?”Alex menyipitkan matanya. Dia seolah sedang mencoba mengingat siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di hadapannya dan sangat ingin dikenali oleh Alex. Namun sayangnya, Alex tidak
Dania berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamar hotelnya. Dia sedang melihat tubuhnya sendiri yang saat ini sedang dibalut sebuah gaun berwarna hitam.Gaun yang memamerkan pundaknya secara total dan juga memiliki belahan kaki yang cukup tinggi, membuat dia sedikit tidak nyaman. Entah apa yang dipikirkan oleh Alex, sampai menyuruh Dania memakai gaun yang membentuk dan mengekspose tubuhnya itu malam ini.Memang mereka akan pergi ke pesta salah satu relasi mereka, tapi sepertinya tidak perlu juga memakai gaun yang seterbuka itu. Dania semakin tidak percaya diri melihat dirinya sendiri dengan gaun berharga mahal itu.“Udah siap belum?” tanya Alex saat dia masuk ke dalam kamar.“Alex, kamu yakin aku harus pake baju ini?” tanya Dania sambil melihat Alex dari pantulan cermin di depannya.Alex berdiri di belakang Dania dan melihat penampilan wanita itu dari pantulan cermin. Ada sedikit senyum tipis mengembang di bibir Alex, saat dia melihat Dania tampak sangat sempurna saat meng
Agenda siang hari ini yang akan di lakukan oleh pasangan yang sedang berbulan madu itu adalah pergi berjalan-jalan sebelum mereka akan pergi ke undangan salah satu klien Haris.Dania memilih mengajak Alex untuk berjalan-jalan sambil makan siang. Dia berharap akan bertemu barang-barang lucu yang bisa dia beli nanti untuk dia bawa ke Jakarta.Sebenarnya Alex malas mengikuti keinginan Dania, tapi karena dia merasa sedikit bersalah karena sudah menikmati tubuh Dania tanpa sepengetahuan si pemilik tubuh, akhirnya Alex pun dengan sangat terpaksa mengikuti keinginan dari istrinya itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf meskipun hal itu dilakukan oleh Alex tanpa disadari oleh Dania.Dania pun senang karena sang suami seharian ini bersikap baik kepadanya pria yang biasanya lebih sering memarahi dia itu tampak lebih diam dan mengikuti saja keinginannya.“Kamu beneran nggak papa ikut aku jalan-jalan?” tanya Dania sekedar ingin memastikan.“Hem.” Alex hanya menjawab lewat deheman saja.“Seri
Ada bekas darah di seprei itu. Sepertinya Bu Dania masih perawan,” jawab pelayan itu sambil sedikit tersenyum dan menyenggol lengan temannya.Ivan tersenyum dan mengangguk, “Bagus! Tapi selama kalian di sana tadi, Pak Alex gak curiga kan?”“Gak Pak, aman semuanya. Tapi kenapa kayak ada yang aneh ya, Pak.” Pelayan itu sedikit mengadu tentang kejanggalan yang mereka rasakan.“Aneh? Apanya yang aneh?” Ivan penasaran.“Itu loh Pak, tadi di kamar itu kan ada Pak Alex sama Bu Dania. Tapi yang keliatan beda itu Pak Alex, Pak.“Beda gimana maksudnya?”“Pak Alex keliatan agak gelisah dan cenderung menyuruh kami cepet pergi. Padahal Bu Dania biasa aja. Bu Dania kayak gak paham dengan apa yang terjadi, Pak. Tapi sepertinya Pak Alex tahu apa yang terjadi,” jelas pelayan itu.“Maksud kamu Pak Alex sadar dengan kejadian semalam?”“Sepertinya begitu, Pak. Apa mungkin semalam Pak Alex gak ikut makan ya, Pak? Soalnya semalam yang keliatan mau makan cuma Bu Dania pas saya masih di sana.”“Oh g
“Lex, kamu ngapain?” tanya Dania yang tiba-tiba sangat mengagetkan Alex.“Eh ... emm aku ....”“Aku mau cari pulpen aku,” jawab Alex asal.“Pulpen? Emang ada pulpen di kasur?” tanya Dania penuh dengan rasa curiga.“Ada. Tapi sekarang gak tau ke mana.”Dania mendekati Alex. Dia melihat ke arah Alex dengan tatapan cukup serius.“Kamu gak lagi boong kan, Lex? Kamu keliatan gugup,” tanya Dania yang melihat mata Sean terus bergerak, sangat berbeda dari biasanya.“Boong apaan sih! Gak ada aku boong. Lagian pulpennya juga gak ada.”“Ya jelas aja kamu gak akan nemuin pulpennya. Orang kamu salah tempat nyarinya kok.”Alex menoleh ke arah Dania, “Maksud kamu apa?” tanya Alex sedikit waspada, takut kalau Dania menyadari kebohongannya.“Kamu semalam tidurnya di sebelah sana. Ngapain juga kamu cari di sebelah sini, ya gak akan ketemu lah. Kecuali ....” Dania menggantung ucapannya.“Kecuali apa?”“Kecuali semalam kamu tidur mepet ke aku.” Tatapan Dania makin menelisik kejujuran di mata Al
“Aakh.”Dania menggeliat, sedikit mengendurkan tubuhnya dari tidur malamnya yang panjang. Dia menarik tubuhnya ke atas dan ke bawah, agar dia bisa meluruskan semua tulangnya yang terasa bengkok setelah tidur.Dania mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. Dia menarik selimut tebal yang menutup tubuhnya, agar bisa semakin melindungi tubuhnya dari dinginnya pendingin ruangan.“Capek banget ya badanku. Mana laper lagi. Mau pesen makan ah,” gumam Dania yang merasa tubuhnya sangat lelah di tambah lapar.Dania bangun dari tidurnya. Dia terlonjak kaget, saat dia melihat ada Alex duduk sambil melipat kakinya di sofa yang ada di depannya. Tangan pria tampan itu memegang iPad, yang menjadi sasaran tatapan tajamnya.“Alex, kok kamu ....” Dania batal melanjutkan ucapannya.“Oh iya ya. Kita di Bandung.”“Eh bentar dulu. Lex, tadi malam kamu tidur di mana?” tanya Dania sambil sedikit memiringkan wajahnya.“Di kasur lah,” jawab Alex tanpa memindahkan arah pandangannya.
“Cuma apa, hah?!” ucap Alex penuh penekanan sambil berdiri sambil menatap tajam ke arah Dania.Brak!Tiba-tiba Alex menggebrak dinding di belakang tempat Dania berdiri. Tentu saja suara itu membuat Dania berjingkat. Alex mengunci pergerakan Dania seolah dia ingin membalas dendam atas apa yang tadi di lakukan oleh istrinya itu. Alex tidak terima atas tindakan kekerasan Dania yang tanpa aba-aba itu.Dania yang kaget dengan serangan tiba-tiba Alex pun kini kembali panik. Dia tidak tahu apa lagi yang akan dia lakukan untuk menghindari Alex kali ini.Tatapan dua orang itu bertemu. Tatapan Alex yang tajam dan mendominasi, membuat Dania sedikit gemetaran. Dia seperti kambing yang kini sedang menghadapi singa lapar yang siap memangsanya.Ting tong ting tong.“Eh, ada tamu,” ucap Dania mengambil kesempatan untuk kabur lewat bawah lengan Alex yang menempel di dinding.“Dania! Dania!” panggil Alex geram.“Ada tamu,” ucap Dania tanpa menoleh dan berjalan cepat ke arah pintu kamar.“Brengsek!
Ceklek.Suara pintu kamar mandi di buka. Mata Alex langsung bergerak ke arah sumber suara secara otomatis.“Mana dia?” gumam Alex pelan.Entah mengapa kondisi jantung Alex saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Jantungnya berdegup sangat kencang, sampai dadanya terasa sedikit nyeri.Padahal selama ini dia hampir tidak pernah mengalami keadaan seperti ini. Bahkan saat dia harus menghadapi klien sangat penting dan berharga mahal pun, Alex tidak pernah segugup ini.Perlahan namun pasti, kaki yang tidak terlalu jenjang itu mulai tertangkap di lensa mata Alex. Warna putih yang bagaikan hamparan pasir putih pantai yang terhampar luas diterpa sinar matahari, membuat kulit sehat itu tampak semakin bersinar di mata Alex.Dengan bodohnya pria tampan yang selalu garang itu malah mengukir senyum tipis di bibirnya. Kebodohannya malah di tambah lagi dengan bergeraknya kepalanya, karena ingin melihat Dania secara keseluruhan dengan senyum bodoh yang masih mengembang itu.“Apa liat-liat!” benta