Jantung Noel seakan terhenti begitu melihat wanita itu lewat di hadapannya. Gaun tidurnya sama sekali tak bisa dibilang gaun tidur. Yang wanita itu kenakan bisa lebih dikatakan kain bolong-bolong yang diikat-ikat jadi satu untuk menutupi yang seharusnya terbuka. Sedangkan yang seharusnya tertutup malah dapat Noel lihat dengan jelas.Pria itu segera mengalihkan pandangannya dan kembali memfokuskan mata dan pikirannya pada buku yang ada di hadapannya. Tapi jemarinya tak mau bergerak, tak ada kata- kata yang dapat Noel tulis, pikirannya terasa kosong dan hanya berisi betapa seksi dan cantiknya Bianca. Wanita itu bukannya segera masuk ke dalam selimut malah berdiri di tengah kamar. Pria itu menolak untuk menoleh tapi entah bagaimana, dari sudut matanya pria itu bisa memperhatikan keindahan lekuk tubuh Bianca.“Sial! Sial! Sial!” maki Noel dalam hati membanting bolpoin yang dia pegang. “Bian! Kenapa kamu nggak ke tempat tidur? Ngapain kamu berdiri-berdiri di situ? Ganggu aja!” bentak Noe
Jantung Bianca berdebar kencang. Mama Alice hampir menemukan mozaik foto mamanya. Karena sangat merindukan mamanya, dan telah kehilangan foto mama kandungnya, gadis cilik itu membuat mozaik foto mamanya dengan menggunakan ingatannya saja. Fotonya hampir jadi, jangan sampai mama tirinya menemukan mozaik itu. Bianca menyembunyikannya di lantai loteng yang terbuka, tempat mamanya sering mengurungnya kalau Bianca melakukan suatu kesalahan. Mozaik itu adalah harta karunnya, satu-satunya yang Bianca miliki untuk mengenang mendiang mamanya. Untung saja mamanya tak ambil pusing dengan kayu loteng yang sudah lapuk itudi, wanita itu hanya melewatinya dengan acuh dan kembali mengurung Bianca dalam loteng itu. Dia sangat lapar, seharusnya dia tidak makan kue coklat itu. Mama Alice memang sudah mengatakan kalau kue coklat itu terlarang, kue itu hanya boleh dilihat tapi tak boleh di sentuh. Namun Bianca kecil sangat ingin makan coklat, sudah lama sekali dia tak makan coklat. Hanya segigit kecil s
“Ada sesuatu di masa kecil Bianca, atau setidaknya ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu,” pikir Noel dalam hati. Pria itu memeluk Bianca sambil terus menenangkannya. Sesekali ada kecupan kasih yang total bukan karena hasrat, tapi karena rasa sayang Noel pada istrinya itu. Perasaan pria itu kembali tergugah karena merasa senasib dengan istrinya. Rasa hangat yang nyaman, membuat Noel mulai mengantuk dan akhirnya juga jatuh tertidur. Wanita itu terbangun dalam pelukan suaminya. Lagi-lagi hatinya terasa lumer, Bianca tak bisa lagi mengatakan kalau Noel tak berarti apa pun padanya dengan apa yang terjadi beberapa hari ini, jelas Noel berulang kali menggetarkan hatinya.Bianca sebenarnya sangat takut dengan hatinya yang bergejolak ini. Dia sudah sekali dikhianati pria yang mengatakan sangat mencintai dirinya, apalagi dengan pria yang jelas-jelas mengatakan kalau tak mau ada hubungan apa-apa dengannya? Noel tak pernah mengatakan apa-apa, Bianca tidak akan pernah berharap akan ada peru
Dengan gusar pria itu masuk ke dalam kamar mandi. Dia merasa tersiksa dengan hasrat yang kembali melanda dirinya. Dulu dia tak pernah ada kesusahan untuk mengendalikan semua gelora dalam tubuhnya, tapi kini karena sudah pernah merasakannya dengan Bianca, tubuh Noel seakan meminta pertanggungjawaban. Anggota tubuh bagian bawah pria itu tak mau turun dan malah semakin tegang membuat Noel sangat tersiksa. Setelah semalam melihat Bianca tersiksa, Noel tak mau menyentuhnya lagi. Wanita itu cukup bermasalah dengan masa lalunya, Noel tak mau menyiksanya dengan hasratnya yang tak tahu waktu ini. “Arrgh!” erang Noel sambil menurunkan celananya. Keperkasaannya benar-benar tak bisa dikontrol dan membuat Noel semakin menggila. Dia tak pernah melakukan ini, tapi dia pernah membaca dan semua ini pernah dibicarakan dengan psikiaternya. Sambil mengingat-ingat yang pernah dia baca, Noel kembali mengingat aroma tubuh istrinya, kehangatan Bianca dalam pelukannya dan tanpa harus dipikirkan, tangannya
Selesai semua hasratnya tersalurkan saat ini, Noel kembali merasa bersalah telah melampiaskannya semua pada Bianca. Mungkin kebersamaan mereka saat ini seakan membuka segel Noel. Dulu Noel yang masih dalam ikatan tidak tahu apa-apa sehingga masih bisa mengendalikan hasratnya, tapi kini karena ada Bianca, ikatan segel itu terbuka dan pria itu kini tak bisa lagi mengendalikan dirinya. Wanita itu kini terbaring di sampingnya, tertidur dengan pulas karena habis bertarung di atas kasur bersama Noel berkali-kali. Noel menghela napas sambil mengelus rambut merah istrinya yang menutupi wajah wanita itu.Betapa dia kini mencintai wanita itu. Cinta adalah kata yang berat tapi kali ini saat melihat wanita itu tertidur dengan pasrahnya, Noel yakin kalau dia sudah jatuh cinta dengan istri terpaksanya itu.Yah … kini Noel jelas tak lagi terpaksa menikah dengan Bianca. Tapi, bagaimana dengan wanita itu? Jelas wanita secantik Bianca tak mungkin tak memiliki kekasih. Wanita itu pasti ada kekasih yang
Emily pasti sudah gila, kalau kemarin dia tak sadar, kali ini jelas dia sadar. Pria itu dengan seenaknya mencium dan menyesap leher Emily dengan rakus. Dan Emily, wanita itu malah menggeliat dan mendesah jelas menikmati perbuatan pria itu padanya. “Oh manisku, kamu seksi sekali,” desis pria itu sambil menurunkan ciumannya dan mulai merasakan puncak dari kedua gunung kembar Emily saat tangan satunya lagi memainkannya dengan seenak hatinya.“Noah! Stop … jangan,” erang Emily sambil mencoba mendorong pria itu dengan lemah. Tubuhnya tak bergerak seperti yang dia mau, dia merasa lemah dan meleleh dalam pelukan pria itu. “Yakin kamu mau aku berhenti sayang?” goda pria itu sambil terus menyesap dan memberikan tanda-tanda baru di tubuh Emily. Wanita itu menggeliat sambil memekik sekuat tenaga saat dia mencapai puncaknya yang pertama. Sekujur tubuhnya seakan dialiri listrik yang menggelitik, tubuhnya bergetar sendiri tanpa Emily kehendaki.“Nah kan, kamu curang sudah sampai duluan, padahal a
Emily sungguh bersyukur karena Noel tiba-tiba dapat ilham untuk pulang hari ini juga. Dengan ada buaya darat seperti Noah Klein, Emily benar-benar harus berhati-hati. Dia harus menjauhi pria itu! Benar-benar menjauhinya. Sejujurnya setelah berhasil menjauhi pria itu dan berulang kali membersihkan dirinya, ingatan tentang apa yang mereka lakukan sepagian tadi tetap menempel dalam benaknya.“Haish aku sudah gila! Kenapa aku terus memikirkan si vrengsek itu sih!” erang Emily sambil merapikan baju nyonyanya. Tapi memang percintaan mereka tadi rasanya luar biasa, Emily tak pernah merasa seliar itu. Sejujurnya yang terakhir tadi dia tak lagi mengelak, Emily memang menginginkan penyatuan itu. Emily resmi sudah gila, dia menginginkan si vangsat itu padahal sudah punya Andi!“Argh!” Kini pria itu sudah pergi, begitu tahu Noel dan Bianca pergi, pria itu segera pergi menggunakan kapal Yacht mewahnya.Yap, siapa yang sangka kan dia punya kapal Yacht mewah yang terparkir dengan nyamannya di derm
Hati Noel seketika bergetar mendengar namanya dipanggil oleh wanita itu. Walaupun tadi rencananya dia akan olahraga tetapi pada akhirnya dia hanya berdiri menatap istrinya. “Noel, jangan pergi,” isak wanita itu dalam tidurnya. Wajahnya yang biasa licin seperti keramik kini berkerut karena mimpinya.“Apakah dia akan menghadapi serial mimpi buruknya lagi?” tanya Noel kini benar-benar tidak beranjak untuk berolahraga. Dia malah berjaga karena takut istrinya itu terkena serangan malamnya lagi. “Aku di sini, Bian,” desahnya pelan padahal Bianca juga tak akan mendengarnya. Wanita itu jelas bermimpi tak baik karena tidurnya gelisah. Cuma kali ini berbeda bukan mama yang Bianca penggil melainkan namanya. Noel memperhatikan wajah istrinya mengkerut-kerut dengan perasaan campur aduk.“Noel … Noel jangan pergi …” pinta wanita itu dengan lirih membuat hati Noel segera bergetar.“Aku di sini,” desah Noel kembali sambil mulai mengelus rambut Bianca. Wanita itu mendesah dengan kerutan tebal di ken
Bianca tak bisa menahan rasa mualnya kali ini. Saus carbonara dengan ludah Kevin benar- benar bukan kombinasi yang baik. Wanita itu akhirnya mengeluarkan isi perutnya sejadinya sampai-sampai kepala pelayan terpaksa membantu memegangi tubuh wanita itu.“Bian, kamu kenapa sih?” tanya Kevin yang segera melompat menjauhi Bianca dengan jijik. Untung makanannya sudah selesai, karena aroma muntah membuat Kevin kehilangan selera makannya.“Dari tadi perutku …” Bianca tak bisa meneruskan ucapannya karena dia kembali muntah. Kepala pelayan segera memberikan serbet dan ada pelayan lain yang menyerahkan gelas berisi jeruk hangat buat Bianca.Bianca memegang gelas itu dengan penuh bersyukur, jeruk mungkin akan mengurangi rasa mualnya, tanpa tahu
Pelayan segera membuka pintu untuk nyonyanya. Pemilik restoran baru tahu kalau ternyata wanita cantik yang datang kemarin itu adalah istri dari Noel. Kali ini dia tak akan membuat kesalahan, dia akan melayani nyonya pemilik restoran ini dengan sebaik mungkin. Namun pria itu bingung karena ternyata nyonya itu tidak bersama Noel Klien melainkan malah duduk dengan gelisah di ruangan VVIP. Dengan heran Gerald mengantarkan nyonya itu dan mencatat pesanannya, untuk dua orang. Sambil berpikir kalau nanti Noel datang, Gerald segera menuju dapur hanya untuk menemukan tuannya berdiri di sana.“Anu … nyonya di ruang VVIP tuan,” cicit Gerald dengan gugup karena tak menyangka malah menemukan Noel di dapur. Pria itu hanya meliriknya lalu mendengus kasar membuat hati Gerald semakin menciut. Pria itu tampak marah, dan Gerald takut sekali. Restoran ini baru saja pindah kepemilikannya ke Noel Klein, pria itu bisa memecatnya begitu saja, dia harus melakukan yang terbaik. “Ma-mau saya antarkan, Tuan?”
Emosi pria itu masih meledak-ledak saat masuk ke dalam mobil. Bahkan baru kali ini Noel yang menyetir mobilnya sendiri, biasanya dia akan bersama supirnya, tapi pagi ini Noel begitu emosi sehingga tak sadar telah meninggalkan supirnya mengejar di belakang. Biasanya Noel tak seperti ini, dia adalah pria yang selalu memikirkan panjang- panjang setiap tindakan yang dia akan lakukan nanti. Tapi, selalu dirinya lepas kendali jika berhubungan dengan Bianca.Wanita itu seakan adalah titik lemahnya. Istri yang terpaksa menikah dengan dirinya itu adalah kelemahan Noel Klein. Dia sudah teramat mencintai wanita itu sehingga tak bisa berpikir jernih.Kini setelah menyetir beberapa lama dia baru menyadari kalau dia melupakan tas kerjanya juga selain meninggalkan supirnya di rumah. Pria itu segera menepikan mobilnya sambil memukul setir dengan kesal. “Vangke!” makinya dengan kesal. Pria itu dengan sebal melirik jam tangan yang hanya ada 6 di dunia itu dengan penuh emosi. Sejujurnya dia sudah terla
Bianca tak percaya apa yang baru saja terjadi. Pria itu benar- benar pergi meninggalkannya tanpa banyak bicara lagi. Bianca benar- benar tak mengerti apa yang ada di pikiran Noel. Kenapa dia tak bisa benar- benar mengerti apa yang dipikirkan suaminya itu? Secepat kilat mobil Noel menghilang saat Bianca mengejarnya, tentu saja wanita itu juga harus berpakaian dulu sebelum keluar dari kamar, sayangnya hal itu membuat Bianca hanya bisa menatap bagian belakang mobil suaminya yang melaju cepat meninggalkan pekarangan kastil mereka. “Semua salahku!” isaknya dalam hati sambil memutar tubuhnya. Seharusnya dia bisa menahan mulutnya. Biasanya dia bisa! Mama Alice sering membuat baret di punggungnya, dan Bianca tak pernah mengeluarkan suara apa pun! Harus bisa menahan lidahnya kalau tidak hukumannya akan lebih parah lagi dari punggung baret. Dengan langkah gontai, wanita itu melangkah kembali ke dalam kastil megah itu. Wanita itu mendengus saat melihat lukisan pernikahan mereka yang baru d
Bianca benar- benar takut saat mengantarkan Noel pergi. Wanita itu mengenakan gaun tidurnya dan segera mengikuti Noel menuju kamar mandi. Pria itu menatapnya dengan heran. “Kamu mau apa?” tanya pria itu saat membuka pintu kamar mandi. Bianca yang tak sengaja mencium punggung suaminya karena Noel tiba- tiba berhenti, mundur beberapa langkah dengan panik. “Oh … iya ini kamar mandi ya?” kekeh wanita itu sambil menggaruk rambutnya dengan kikuk. Noel memandangnya dengan tatapan bingung sekaligus sedikit meremehkan.“Aku mau mandi, kamu mau ikut?” tanya pria itu lalu mereka berdua saling pandang- pandangan dengan panik. Noel seketika itu memaki dalam hati. Kata-kata itu meluncur keluar dari mulutnya lebih cepat dari yang dia pikirkan. Sedangkan Bianca bingung apakah itu perintah atau ajakan atau malah ejekan?“Eh … nggak … kamu mandi aja duluan,” gumam Bianca setelah berhasil mengumpulkan suaranya lagi yang hilang. “Oke … aku masuk,” jawab Noel dengan kikuk karena bingung harus menjawab
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe