Share

46. Terbuka

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 09:49:09

Happy Reading

*****

"Kenapa, Al? Apa yang aku omongkan, bener, kan?" tanya Haidar.

"Mas, harus ingat ini. Kematian itu datangnya pasti. Kita nggak pernah tahu kapan dan bagaimana kematian menghampiri. Jadi, berhenti menyalahkan diri sendiri atas kematian Mas Zafran. Sekarang, njenengan harus istirahat." Aliyah terpaksa menarik pergelangan tangan sang suami supaya masuk. Angin malam bertiup sangat kencang dan hal tersebut dapat mengganggu kesehatannya yang belum sepenuhnya pulih.

Bagai anak kecil yang diperintah ibunya, Haidar menuruti perkataan Aliyah. Lelaki itu berusaha memejamkan mata walau otaknya masih terus berkelana memikirkan Zafran.

*****

Hari-hari yang dilalui Haidar begitu berat apalagi saat malam menjelang dan dia datang ke acara tahlil kematian Zafran. Caci maki dan tatapan benci selalu didapatkan dari Hazimah.

"Sabar, ya, Nak. Suatu hari nanti, dia pasti mengerti akan ketulusanmu. Menantu tante pasti sadar bahwa kematian suaminya bukan karena salahmu," ucap Yana ketik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Istri Warisan Sahabat   1. Dilema

    "Selamat, ya. Semoga kamu menjadi pemimpin yang amanah. Bisa membawa komisariat ini lebih maju dari sebelumnya. YAKUSA (yakin usaha sampai) sampai akhir kepengurusan nanti." Menangkupkan kedua tangannya. Gadis yang aneh menurut Haidar karena dia sudah bersikap acuh padanya. Namun, dia tetap bersikap sebaliknya. Haidar baru saja ditetapkan sebagai ketua umum komisariat organisasi ekstra di fakultasnya. Dia mengalahkan gadis yang memberinya selamat tadi. Sebenarnya, rasa kagum terhadap gadis itu telah menghampiri hatinya. Namun, sisi egois seorang laki-laki telah mengalahkan semua perasaan pada sang gadis. Sikap lelaki yang tak bisa dikalahkan oleh seorang perempuan telah mengakar kuat dalam hatinya. Bagaimana tidak, jika setiap mata kuliah yang diambil oleh Haidar nilainya selalu dibawah sang gadis. Bahkan pemilihan ketua senat kemarin, dia juga dikalahkan olehnya. "Ya, terima kasih. Selamat juga buat kamu." Memandang sinis pada sang gadis, lalu pergi begitu saja. Melewatinya tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   2. Curhat

    Tatapan mata Haidar kembali pada rinai hujan di luar sana.Bimbang hati untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Disilangkan kaki kanannya di atas paha sebelah kiri khas duduk seorang lelaki. Kedua tangan diletakkannya di atas meja dengan siku sebagai penopangnya. Jari-jarinya mulai bergerak lincah diatas layar gawai, mencari nama seseorang yang bisa menghibur hatinya yang mulai tak tentu arah.Pangilan pertama tak juga diangkat oleh sang pemilik kontak. Beberapa kali Haidar mencoba melakukan panggilan dengan nama kontak yang sama. Namun, sang pemilik belum berkenan menerima panggilan dari Haidar. Lelah melakukan panggilan akhirnya dia mengirimkan pesan melalui aplikasi chatting."Sob, posisi?" tulis Haidar.Sembari menunggu balasan, Haidar memesan coffelatte kembali. Dia berharap, sang sahabat mau menemani menikmati secangkir kopi bersamanya. Namun, sampai lima belas menit kemudian sahabatnya itu tak kunjung mengirim balasan chat darinya.Sesibuk itukah sahabatnya hingga untuk membala

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   3. Tunangan

    "Rindu itu hanya soal rasa yang bisa hilang seiring waktu, begitu juga cinta. Jadi, masalahmu itu hanya maslaah waktu saja, Sob. Kalau sudah dapat surganya dunia, pasti bakalan lupa cewek itu." Menarik garis bibirnya ke atas. "Pikiranmu! Dasar mesum!" ejek Haidar. "Aku ngomong apa adanya. Nanti kamu ...." Belum selesai perkataan Zafran, lagu bidadari surga terdengar dari ponsel. Secepatnya dia menggulirkan ikon hijau logo telepon. Haidar tahu jika panggilan itu dari istri lelaki berambut ikal. Dia membiarkan Zafran berbincang dengan sang istri. Sementara dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Beberapa menit kemudian, Zafran sudah menyelesaikan panggilan teleponnya. "Sorry, Sob. Aku harus balik ke rumah hari ini. Sampai seminggu ke depan, kita gak bisa ketemu. Kalau ada apa-apa kabari secepatnya! Jangan kayak cewek! Galau terus kerjaanmu. Aku tinggal dulu! Asalamualaikum," salamnya. Zafran pun bersalaman dan memeluk sahabatnya itu. Ditepuknya punggung Haidar sambil berkata, "Te

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   4. Penyakit Rindu

    Happy reading 💕💕💕 *** Sebuah cincin putih polos kini telah melingkar di jari manisnya sebelah kiri. Kini, ia tak mungkin sebebas dulu, meskipun hatinya menolak. Namun, Haidat tetap berusaha memenuhi janjinya pada sang Bunda, menjaga nama baik keluarga. Cuaca panas di luar tak sepanas hatinya kini. Di ruang kerja, dia mulai melamunkan sosok Hazimah. penampilannya secara fisik jelas sangat berbeda dengan Aliyah Fadwah. Ghazala Hazimah adalah sosok perempuan yang sangat mengagumkan bagi Haidar. Dia adalah perempuan cerdas berwawasan luas dan jangan lupakan jika gadis itu adalah perempuan paling mandiri yang selama ini dikenal Haidar. Instingnya kuat saat mengambil keputusan. Itu sebabnya saat kuliah dulu, banyak organisasi intra dan ekstra di kampus yang ingin menjadikannya anggota. Haidar tahu begitu banyak lelaki yang terpikat dengan pesona seorang Hazimah. Hingga untuk menarik perhatiannya dia selalu bersikap sinis dan jutek pada gadis itu. Seolah dengan sikapnya, dia bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   5. Rindu yang Menyiksa

    Waktu seakan berjalan lambat, selambat hatinya yang masih terus melamunkan Hazimah. Sengaja dia mencari tempat duduk di bagian belakang, jauh dari pemimpin rapat. Haidar masih ingin mengenang kebersamaannya dengan sang gadis. Jika kepala desa nanti menanyakan hasil rapat kali ini, maka dia tinggal menyodorkan hasil rekaman dari ponselnya. Terkesan licik memang cara Haidar, tetapi itulah yang mampu dia pikirkan saat ini. Fokusnya masih terbagi dengan kenangan bersama Hazimah. Sebelum rapat dimulai, banyak kawan sejawatnya memberikan ucapan selamat. Berita pertunangannya memang cepat sekali menyebar. Seandainya bisa, dia ingin menyembunyikan kabar pertunangan itu sampai nanti hari pernikahan tiba. Dua jam telah berlalu, rapat pun sudah selesai. Haidar beranjak dari duduknya setelah membereskan semua barang-barang yang ada di meja, berniat meninggalkan ruangan. Sebelum menyentuh gagang pintu, ada seseorang yang memanggilnya. "Tunggu, Mas. Bisa kita bicara sebentar?" Haidar membalikka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   6. Pernikahan

    Tepat di hari ini, Haidar Izadin Narain akan mengikat seorang gadis bernama Aliyah fadwah dengan akad yang dia ucapkan. Musala di samping rumahnya sebagai panggungnya dan setelah salat subuh sebagai waktunya. Bukan tanpa alasan Haidar mengajukan waktu itu karena setelah salat subuh adalah waktu yang diberkahi oleh Allah. Waktu yang digunakan untuk mengawali hari. Waktu ketika begitu banyak orang berzikir dan bertasbih, di mana udara masih terasa kesejukannya dan bising kehidupan dunia belum dimulai. Kesemuanya menjadi pengantar dan pelebur penantian bagi bundanya untuk memiliki seorang menantu. Allah adalah pemilik skenario mutlak jodoh seseorang. Kita sebagai manusia hanya pelaksana dan penjemput jodoh itu. Menguatkan keyakinan bahwa jodoh tak akan pernah tertukar, dijemput dengan cara bagaimanapun pada akhirnya akan tetap bermuara pada satu nama. Nama yang telah Allah tuliskan jauh sebelum kelahiran kita di dunia. Haidar masih duduk bertafakur di musala, tangan kanannya terus men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   7. Pernikahan (2)

    Ronce melati panjang dengan beberapa mawar merah telah terpasang di sisi sebelah kanan, di atas hijab yang dikenakan. Sebelah kiri dipasangkan ronce lebih pendek dengan bunga kantil di bagian bawahnya. Cunduk mentul menari-nari indah saat Aliyah menggerakkan kepalanya. Meskipun memakai hijab, hiasan pengantin adat Jawa masih terpasang lengkap pada tubuhnya. Kalung susun tiga juga terpasang indah pada leher. Gelang paes sebagai simbol keabadian cinta sepasang suami istri melingkar cantik di kedua pergelangan tangannya. Tak beda jauh dengan yang Aliyah kenakan, Haidar pun mengenakan pakaian pengantin khas Jawa senada dengan Aliyah. Satu jam lagi acara resepsi akan dilaksanakan. Tak banyak yang diundang dalam resepsi pernikahan mereka, sekitar 500 orang saja. Undangan diperuntukkan bagi keluarga besar Haidar dan Aliyah, teman sejawat mempelai laki-laki, sahabat sang pengantin perempuan dan beberepa kenalan orang tua mereka berdua. Raut kebahagian terpancar jelas di antara keluarga mere

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Istri Warisan Sahabat   8. Pertemuan Tak Terduga

    Kesyukuran hidup sering kali bergantung pada sudut pandang kita pada sesuatu. Semua akan sangat berbeda saat dilihat dengan cara yang berbeda. Hidup itu tentang sudut pandang, lalu kita ambil makna dari tiap tempuhannya agar kesyukuran bisa hadir. Saat itu terjadi hati yang terasa hampa akan kembali terisi. Beberapa menit yang lalu, Haidar melihat sosok Hazimah di resepsi pernikahannya. Walau pada umumnya laki-laki bersifat tegar dan kuat secara fisik. Namun, jika menyangkut masalah hati dia juga rapuh dan bisa tersakiti. Kebenaran yang akhirnya terungkap membuat Haidar seolah tak berpijak di bumi. Tubuhnya ringkih, seringkih hatinya yang menemukan sebuah kenyataan. Berapa banyak lagi rahasia dalam hidupnya yang belum terungkap? Sahabat yang selalu menguatkannya, dia sendirilah yang kini menghancurkannya. Garis kehidupan terus mempermainkan hati Haidar. Arah pandangnya mengikuti langkah wanita yang masih bersemayam di hatinya itu. Hingga di titik tangannya bergelanyut manja pada seo

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19

Bab terbaru

  • Istri Warisan Sahabat   46. Terbuka

    Happy Reading*****"Kenapa, Al? Apa yang aku omongkan, bener, kan?" tanya Haidar."Mas, harus ingat ini. Kematian itu datangnya pasti. Kita nggak pernah tahu kapan dan bagaimana kematian menghampiri. Jadi, berhenti menyalahkan diri sendiri atas kematian Mas Zafran. Sekarang, njenengan harus istirahat." Aliyah terpaksa menarik pergelangan tangan sang suami supaya masuk. Angin malam bertiup sangat kencang dan hal tersebut dapat mengganggu kesehatannya yang belum sepenuhnya pulih. Bagai anak kecil yang diperintah ibunya, Haidar menuruti perkataan Aliyah. Lelaki itu berusaha memejamkan mata walau otaknya masih terus berkelana memikirkan Zafran. *****Hari-hari yang dilalui Haidar begitu berat apalagi saat malam menjelang dan dia datang ke acara tahlil kematian Zafran. Caci maki dan tatapan benci selalu didapatkan dari Hazimah. "Sabar, ya, Nak. Suatu hari nanti, dia pasti mengerti akan ketulusanmu. Menantu tante pasti sadar bahwa kematian suaminya bukan karena salahmu," ucap Yana ketik

  • Istri Warisan Sahabat   45. Sisi Rapuh Haidar

    Happy Reading*****Sepanjang perjalan menuju rumahnya, Haidar diliputi kecemasan. Saking bingungnya dengan perasaan sendiri, lelaki bahkan nekat menjalankan motornya ke arah pemakaman. "Sob, jangan tinggalkan aku dengan wasiat yang mungkin aku enggak bisa melaksanakannya. Ini terlalu berat. Andai kamu tahu hubunganku dan istrimu yang sebenarnya," kata Haidar di dekat pusara sahabatnya. Dia sama sekali tidak peduli jika hari telah gelap."Lho, Mas Haidar? Ngapain malam-malam di makamnya Mas Zafran," tanya seorang lelaki paruh baya yang ditugaskan oleh masyarakat setempat untuk menjaga area pemakaman umum tersebut."Enggak apa-apa, Pak. Saya cuma pengen ngobrol saja sama beliau. Biasanya, jika saya sedang dalam suasana hati yang enggak karuan, saya selalu curhat sama almarhum.""Ya, tapi jangan malam-malam begini juga, Mas. Njenengan kan tahu kalau kita hidup di lingkungan masyarakat yang beragam. Jangan sampai ada gunjingan dan omongan-omongan negatif mengenai tingkah njenengan ini,

  • Istri Warisan Sahabat   44. Kenangan Terindah

    Happy Reading*****Sesampainya di rumah, Haidar langsung masuk dan menuju kamar. Menguncinya ruangan tersebut demi meluapkan semua kesedihannya. Lelaki itu seakan lupa jika ada pemilik lain yang menempati ruangan itu juga. "Ya Allah, mengapa ... mengapa? Harus Zafran yang Engkau panggil pulang terlebih dahulu. Apa sebenarnya rencanaMu? Sakit Ya Allah, sakit. Aku enggak bisa melihat semua ini," tangis Haidar pecah. Bukan cuma kematian Zafran yang menyebabkan, tetapi tangisan memilukan yang terlihat di wajah Hazimah. Di saat Haidar tengah menangis di kamar, Aliyah baru saja sampai di depan pintu ruangan tersebut. "Lho, kok dikunci?" gumam Aliyah begitu lirih. Dia sudah akan mengetuk pintu, tetapi urung ketika mendengar suara Haidar samar-samar dari dalam. "Apa aku biarkan Mas Haidar sendirian dulu di kamar, ya."Aliyah berbalik arah, berjalan ke ruang tamu. Dia memilih mengistirahatkan tubuhnya di sofa yang ada di sana. Menjelang magrib, Haidar masih belum membuka pintu, Aliyah mu

  • Istri Warisan Sahabat   43.

    Happy Reading*****Haidar tampak bingung harus menjelaskan bagaimana pada perempuan yang telah dihalalkannya itu. Tidak mungkin, dia mengatakan bahwa hatinya begitu terluka ketika melihat kesedihan Hazimah. Bukankah, perasaan Aliyah dan segala prasangka negatif tentang hubungannya dengan istri mendiang Zafran harus dijaga. Walau bagaimanapun, Aliyah adalah seorang perempuan biasa yang akan sangat terluka jika mengetahui suaminya memikirkan perempuan lain selain istrinya."Le, ada apa?" Sania mengulang pertanyaan sama seperti yang dilempar menantunya pada Haidar."Enggak ada apa-apa, Bun. Apa semuanya sudah selesai?" tanya Haidar."Bunda sama istrimu nggak ngerjain apa-apa, kok. Dari tadi, kami cuma duduk di sini dan sesekali menghibur Hazimah. Ada apa?" ulang Sania menanyakan pertanyaan sebelumnya.Sebelum menjawab, Haidar melirik ke arah Yana yang memejamkan mata di sofa sambil duduk, tak jauh dari tempatnya sekarang. "Kita pulang sekarang, ya, Bun," ucapnya lirih pada Sania."Nggak

  • Istri Warisan Sahabat   42. Suasana Duka

    Happy Reading*****Beberapa menit menunggu dokter dan seluruh tim medis lainnya di luar, salah satu perawat mengabarkan jika Zafran memang sudah berpulang."Kami turut berduka cita atas meninggalnya pasien. Mungkin, kesadaran beliau tadi malam, memang untuk menuntaskan hal yang menyangkut duniany," kata sang perawat."Enggak mungkin," teriak Hazimah histeris.Walau berat dengan kepergian sahabatnya, tetapi Haidar berusaha tegar. Dia selalu melihat sosok Yana dan Hazimah untuk menguatkan haatinya. Dua perempuan itu pasti jauh lebih kehilangan Zafran saat ini. "Al, tolong kabari Bunda mengenai kepergian Zafran," pinta Haidar, "temani Tante Yana dan Gaza. Aku mau mengurus segala administrasi untuk kepulangan jenazahnya." "Hati-hati, Mas." Hanya, kata itu yang keluar dari mulut Aliyah.***Suasana haru di pemakaman menyertai kepergian Zafran. Tempat peristirahatan terakhir lelaki itu telah tertutup sempurna dengan tanah. Di atasnya pusaranya, bertaburan bunga dan juga tetesan air mata

  • Istri Warisan Sahabat   41. Akhir Kehidupan

    Happy Reading*****"Jangan kamu, biar Tante saja," cegah Yana. Perempuan paruh baya itu berbalik."Sebaiknya, Tante tetap di sini menemani Mas Zafran bersama yang lain," sahut Aliyah. Perempuan itu sadar jika kehadirannya di ruangan itu tidak begitu berpengaruh dan dibutuhkan. Jadi, sebaiknya dialah yang memanggil dokter.Ketika Yana dan Aliyah masih berebut untuk memanggil dokter, Hazimah mengeraskan tangisnya. Perempuan itu merasa sangat bersalah. "Bi, nggak usah ngomong macam-macam. Fokus sama kesehatan Abi saja dan calon anak kita," kata Hazimah sambil sesenggukan. Tak ada jawaban dari Zafran, tetapi sorot mata lelaki yang tengah berbaring itu mulai meredup walau bibirnya terangkat sedikit."Bener kata istrimu, Sob. Enggak usah mikir macam-macam. Kamu pasti segera sehat dan kita bisa bersama-sama lagi seperti dulu. Bukankah itu yang kamu inginkan?" sahut Haidar.Hazimah menatap suami Aliyah itu dengan tatapan yang sulit diartikan seolah perempuan itu baru menyadari sesuatu."Tol

  • Istri Warisan Sahabat   40. Jaga Azza!

    Happy Reading*****"Kita tunggu keajaiban dari Allah, Pak. Semoga masa kritis beliau segera terlampaui," doa sang dokter setelah kembali memeriksa keadaan Zafran. "Ya Allah." Seketika air mata Haidar keluar sangat deras. Sepanjang hari itu, semua orang menunggu di depan ruang ICU dengan cemas. Mereka berharap, Zafran bisa keluar dari masa kritisnya. Walau tatapan Hazimah tidak begitu menyenangkan, tetapi Haidar tetap bertahan.Para polisi pun ikut menjaga Zafran dan Haidar bahkan mereka meminta keterangan suami Aliyah di rumah sakit.Menjelang sore, para perawat dan dokter keluar dari ruangan tersebut. "Gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Yana. Dialah yang langsung berdiri demi mendapat kepastian kesehatan putranya. "Alhamdulillah. Saat ini, keadaan pasien jauh lebih stabil dari tadi pagi. Semoga, seterusnya begitu. Sekarang, kita tinggal menunggu beliau membuka mata," jelas sang dokter.Semua orang merasa lega, termasuk Aliyah karena dengan keadaan Zafran yang membaik. Maka,

  • Istri Warisan Sahabat   39. Selamatkan Dia

    Happy Reading*****Walau kecewa dengan sikap Hazimah, tetapi Haidar tetap berusaha mengejar sosok perempuan itu demi mendapatkan kabar tentang Zafran."Ghaza, tunggu," panggil Haidar, "Aku cuma pengen tahu keadaan Zafran, itu saja."Mendengar nama suaminya disebut oleh lelaki yang dibenci, Hazimah menghentikan langkah. "Jangan lakukan ini jika nggak mau orang lain berpikiran negatif. Kita sudah memiliki jalan masing-masing. Nggak usah saling menganggu," peringat perempuan itu ketika Haidar sudah sejajar dengan posisinya saat ini."Baiklah, aku enggak akan mengikuti kamu lagi asal kamu mau menjawab pertanyaan tadi." Haidar memberanikan diri menatap perempuan itu. "Untuk apa aku memberitahukan keadaan suamiku?" kata Hazimah, sengit. "Kamu pasti sangat bahagia ketika melihatku menderita seperti sekarang, kan?""Bukan begitu maksudku?" kata Haidar, tetapi sepertinya tidak didengar oleh Hazimah. Perempuan itu sudah melanjutkan langkahnya menuju musala rumah sakit."Ya Allah, harus bagaim

  • Istri Warisan Sahabat   38. Harus Bagaimana Lagi?

    Happy Reading*****"Mas, kamu ini kenapa sebenarnya?" tanya Aliyah dengan kening berkerut. Wajahnya makin menunjukkan ras penasaran. Jelas, suaminya sedang menyembunyikan sesuatu. Jika tidak, mana mungkin Haidar akan berkata demikian bahkan wajahnya terlihat jelas, ras bersalah. Haidar menggelengkan kepala. "Al, pokoknya. Kamu enggak boleh berprasangka negatif.""Mas," panggil Aliyah. Dia terpaksa berdiri dan mendekati sang suami. Menyentuh telapak tangan lelaki tersebut. "Al," panggil Haidar dengan suara bergetar. "Nggak usah banyak berpikir. Aku nggak pernah menuduh bahkan berpikir buruk tentang njenengan, Mas. Istirahatlah." Aliyah membenarkan letak selimut sang suami. Menunggu lelaki itu sampai memejamkan mata, barulah kembali ke sofa.Ternyata, Haidar cuma berbohong. Lelaki itu tidak benar-benar memejamkan mata, pikirannya masih terfokus pada Zafran dan kesehatannya.Lewat tengah malam, mata Haidar masih tak mampu terpejam. Bayangan kesakitan sahabatnya terus berkelebat dalam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status