Share

Pria Di Pesta

Sejak kejadian di mana Gadis menyelamatkannya, Alex semakin giat mencari tahu info tentang Gadis. Tetapi sudah 2 hari ini masih tak ada perubahan.

"Ck! Kenapa susah sekali mencari tahu soal dia? Aku merasa seperti ada benteng kokoh yang sulit di tembus," gumam Alex sedikit prustasi, "apa dia bukan orang sembarangan?" Berbagai pertanyaan terus saja bermunculan, membuat pria itu sampai tidak fokus dalam bekerja.

Tiba-tiba Asoka masuk, tetapi Alex tak sadar. "Tuan," panggilnnya.

"Sejak kapan kau masuk?" Alex menatap tak suka.

"Baru saja, Tuan."

"Kenapa tak mengetuk pintu dulu!" Tatapannya semakin tajam.

"Maaf Tuan, tapi saya sudah mengetuk pintu, hanya Tuan tak menjawab." Asoka menunduk takut saat melihat tatapan Alex.

"Hm." Alex menggerakan tangannya, lalu Asoka pun memberikan berkas penyelidikan tentang Gadis, tapi lagi-lagi tak ada kemajuan.

.

.

Sore ini Alex pulang lebih cepat, dia masuk kedalam rumah dengan langkah tegapnya, namun tatapannya seperti sedang mencari seseorang.

"Lex," panggil papa Jhon, "kemarilah!"

Pria itu duduk di hadapan sang papa sambil mengendurkan dasinya. "Kenapa, Pah?"

"Malam ini tolong kamu hadiri acara di Hotel Boyden Star ya! Papa tak bisa kesana sebab ada kerjaan di luar kota, jadi kamu wakilkan!"

Alex hendak menolak sebab ia sangat lelah, tapi papa Jhon memaksa, sebab itu adalah acara pertemuan para pembisnis di dunia, jadi tak mungkin jika tak ada perwakilan dari dirinya.

"Jangan lupa, kamu bawa Gadis juga kesana!" titah papa Jhon dengan cuek.

"Hah? Nggak, Pah. Aku bisa kesana sendiri," tolak Alex.

"Tak ada bantahan! Mau gak mau, kamu harus datang bersama Gadis. Dia gak akan malu-maluin kok di sana, tenang aja." Papa Jhon seakan tahu apa yang ada di dalam pikiran putranya, membuat Alex hanya bisa pasrah.

Sesampainya di kamar, ia tak mendapati sang istri. "Kemana wanita itu? Tumben sekali dia tak menyambutku?'' Alex merasa seperti ada yang kurang saat Gadis tak ada.

Biasanya setiap ia pulang Gadis selalu stay di depan rumah. Tetapi hari ini tumben sekali ia tak melihatnya. "Ah, sudahlah ... kenapa aku jadi mikirin dia sih?" Pria itu mengusap kasar wajahnya.

Dia pun berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dia keluar dan melihat Gadis sudah berada di sana.

"Kau dari mana saja, hah? Siapkan baju untuk nanti malam!" titahnya dengan suara ketus.

Namun, Alex sedikit di buat bingung saat melihat rambut Gadis yang di gerai. "Baik Om," jawab Gadis sambil membalikan tubuhnya.

Seketika Alex terhenyak dengan tatapan tak berkedip, dia benar-bemar terpana melihat penampilan baru istrinya saat ini.

"Cantik," ucapnya tanpa sadar.

Gadis tersenyum mendengarnya, kemudian dia mengalungkan tangannya di leher kekar sang suami. "Tak usah terpesona gitu dong, Om. Aku tahu kok, kalau aku ini cantik." Dia mengedipakn sebelah matanya.

Alex langsung menoyor kening wanita itu sehingga pelukan Gadia terlepas. "Pede. Siapa juga yang terpesona. Mau kamu di vermak seperti apapun tak ada bedanya. Sama-sama jelek," ujarnya dengan acuh.

Pria itu sangat gengsi mengakui kecantikan Gadis, sebab jantungnya saat ini sedang ber-uforia saat wanita itu tadi menggodanya.

"Ah, masa sih?" Gadis masih menggoda Alex sambil berlenggak lenggok di hadapannya.

"Cepat siapkan! Nanti malam kita akan pergi!" titahnya dengan wajah yang sudah kembali datar.

"Iya, iya. Bawel banget sih!" gerutu Gadis dengan hentakan kakinya, "jadi laki jangan datar-datar napa, Om? Yang ada gak bakal laku. Jangankan aku, bencong aja gak ada yang mau."

Wanita itu terus saja mengoceh dengan kesal, sebab Alex tak bisa di ajak bercanda. Wajah pria itu terlalu dingin dan datar, sehingga untuk senyum saja itu adalah sebuah anugerah.

.

.

Gadis terlihat sedikit gugup, dia meremas kedua tangannya saat berada di dalam mobil. Tapi Alex tak perduli, dia duduk dengan santainya dan tatapan lurus.

'Kenapa wanita ini sangat gelisah ya?' batin Alex penasaran saat melihat kegelisahan di wajah Gadis, tapi ia enggan menanyakannya.

Hingga mobil sudah sampai di sebuah gedung megah di mana acara di langsungkan, bahkan banyak mobil-mobil mewah berjejer di sana.

"Ayo turun!" titah Alex saat Asoka membuka pintu mobilnya.

Gadis nampak diam saja, dia takut dan ragu untuk masuk kedalam gedung tersebut. Melihat itu Alex merasa sangat kesal.

"Hey, ayo masuk! Aku tak ada waktu untuk menunggu!" tegasnya dengan tatapan tajam.

"Om, apa bisa saya pulang saja? Saya--"

"Tidak bisa! Jangan banyak drama, ayo masuk!" Alex menarik tangan Gadis memintanya untuk menggandeng lengannya.

'Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan?' batin Gadis cemas.

Alex merasa heran dengan reaksi Gadis. Tetapi dia mencoba untuk menepisnya walau rasa penasaran menghinggapi hati dan pikirannya.

Mereka masuk kedalam dan Gadis sedikit bersembunyi di balik bahu kekar sang suami, seperti menghindari sesuatu. "Bisa jaga sikapmu, tidak! Jangan membuat malu diriku, paham!" tegasnya dengan nada berbisik.

"Kalau gitu aku pulang saja ya, Om?" pinta Gadis kembali, tetapi Alex langsung menggeleng dengan tegas.

Dia ingin tahu apa yang membuat istrinya begitu takut dan cemas saat berada di tempat itu. Hingga tiba-tiba saja salah satu klien Alex bertanya soal Gadis.

"Dia adalah istri saya." Pria itu memperkealkan Gadis tanpa ragu, membuat wanita itu menatapanya dengan kaget.

Tadinya Gadis pikir jika Alex tak akan mengakuinya sebagai istri di hadapan semua orang, apalagi di sana pembisnis handal di seluruh dunia.

"Waah! Cantik sekali ya Tuan. Sayang, Anda tak mengundang saya," ucap pria berumur 40 tahun di hadapan Alex.

Pria dingin itu hanya tersenyum tipis, dia pun mengajak Gadis untuk duduk di salah satu kursi saat MC memulai acara penyambutan. Banyak sekali tamu di sana, bahkan musuh dari Alex dari klan Mafia hitam pun hadir di sana dan sedang menatapnya dengan tajam.

Akan tetapi Alex tak perduli, dia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi, tak perduli dengan tatapan para musuh-musuhnya di sana.

"Om, aku ke toilet dulu ya," pamit Gadis.

Alex hanya menjawab dengan gerakan tangan, membuat wanita itu segera mencari dimana letak toilet berada.

"Tuan muda, entah kenapa saya merasa nona muda terlihat sangat gelisah." Asoka akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa penasaran yang sejak tadi ia pendam.

"Hm, aku pun merasa begitu," jawab acuh Alex.

Datanglah seorang pria ternama dengan balutan jas mewah dan menjabat tangan Alex. "Tuan Bastian, senang bisa bertemu dengan Anda," ucap Alex sedikit menunduk hormat, sebab ia tahu pria tampan yang ada di hadapannya itu adalah orang terkaya no 6 di dunia.

"Anda datang bersama siapa, Tuan Alex?" tanya Tuan Bastian berbasa-basi.

"Saya datang bersama istri saya. Nah ... itu dia, Tuan!" Alex melambaikan tangannya ke arah Gadis, meminta wanita itu mendekat. "Tuan Bas, perkenalkan ini Gadis, istri saya."

Gadis segera menoleh. Seketika matanya membulat kaget saat melihat pria yang berada di hadapannya, begitu pula dengan Bastian. Keduanya sama-sama diam terpaku, membuat Alex dan Asoka merasa aneh.

"Gadis," lirih Bastian dengan wajah yang masih terlihat Syok.

'Kenapa harus bertemu dia di sini?' Gadis memundurkan langkahnya, lalu dia langsung berbalik dan berlari keluar dari gedung itu.

BERSAMBUNG........

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status