Azizah berdecak, "ck! Bagaimana bisa kamu, bilang? Hebat sekali ya akting kamu, Mas. Sudah berselingkuh, sudah mempunyai dua istri, tapi ternyata itu tidak membuatmu puas, sampai kamu harus mencari wanita lain dan kembali kepada masa lalumu? Apa aku ini wanita bodoh, Mas? Tidak. Bagaimana mungkin tanda lcknat itu tiba-tiba saja ada, jika kalian tidak melakukan hal yang menjijikan?" ucap tajam Azizah sambil menggertakan giginya dengan marah.Satria segera berbalik, dia menggelengkan kepalanya dengan kuat sambil menatap ke arah Azizah. "Tidak sayang. Aku tidak pernah melakukan apapun dengan Meli, ini semua salah paham. Ini tidak benar.""Salah paham kamu bilang, Mas? Apakah salah paham bisa menimbulkan tanda seperti itu? Iya!" bentak Azizah, bahkan air matanya kini sudah mengalir dengan deras.Dadanya kembang kempis menahan amarah yang benar-benar menyesakkan dadanya. Tangannya bergetar hendak menampar wajah pria itu akan tetapi sedari tadi Azizah menahannya. "Aku kecewa sama kamu, Mas.
"Meli! Dimana kamu?!" teriak Satria saat sudah sampai di cafenya."Maaf Pak, mbak Meli sudah pulang dari sore," ujar salah satu pelayan.Satria yang mendengar itu pun segera berlalu, dia hendak menuju apartemen Meli dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubunnya.Dia tahu bahwa telah terjadi sesuatu malam itu kepada dirinya, dan dia harus meminta penjelasan kepada Meli, karena tidak ada wanita manapun selain Meli yang ada di apartemennya.Beberapa kali dia memencet tombol di depan pintu apartemen Meli, akan tetapi tidak ada sahutan ataupun tidak dibukakannya pintu. "Kemana wanita itu? Apa dia sedang tidak ada di apartemen? Sial! Bagian dibutuhkan saja tidak ada!" geram Satria dengan kesal.Dia mencoba untuk menunggu beberapa saat akan tetapi tidak ada, akhirnya pria itu pun masuk kembali ke dalam mobil. Entah ke mana dia harus mencari Meli, karena pria itu pun tidak tahu keberadaannya saat ini.Dia memutuskan untuk pergi ke salah satu Cafe tempatnya nongkrong. Sesampainya di sana Sat
"Maksud lo apa sih? Kalau ngomong jangan setengah-setengah. Kalau lo di sini nggak mau kasih solusi sama gue, mendingan lo pergi deh!" Satria saat ini benar-benar sedang dilanda kekesalan dan juga kebingungan.Sehingga ia pun malas untuk menebak-nebak ucapan dari Rafa, karena pikirannya benar-benar sangat kalut.Melihat sahabatnya yang sedang merasa kesal, Rafa pun terkekeh. Dan itu semakin membuat Satria benar-benar tak suka. "Slow bro. Nggak usah marah kayak gitu dong!"Kemudian Rafa mencondongkan tubuhnya ke arah Satria lalu dia pun menjelaskan, "Masa lo nggak bisa mikir dan lo nggak bisa ambil kesimpulan sih? Nih ya. Bisa saja waktu lo tertidur, Meli melakukan itu sama lo? Nggak mungkin jika itu adalah garukan atau semacam gigitan nyamuk, karena siapapun tahu dan bisa membedakan."Seketika Satria terpaku, tapi sejurus kemudian dia pun menggeleng. "Tidak mungkin. Gue itu orangnya gampang terjaga dari tidur kalau ada hal yang mengganggu tidur gue. Jadi rasanya nggak mungkin deh." S
"Hawa! Fatimah!" seru Fatma dengan senang saat melihat kedua sahabatnya.Dia segera mendekat dan langsung memeluk kedua wanita yang berjilbab syar'i tersebut. "Ya ampun! Aku benar-benar rindu sekali sama kalian ... akhirnya kalian pulang juga dari Kairo. Kalian baik-baik saja kan di sana? Terus gimana kabarnya?""Alhamdulillah aku baik. Kamu sendiri gimana kabarnya?" jawab Hawa."Alhamdulillah aku juga baik. Ayo duduk! Kalian kok ke sini nggak ngasih tahu aku dulu sih?""Gimana mau ngasih tahu kamu, orang nomor kamu yang dulu aja sudah nggak aktif." Mendengar itu Fatma langsung terkekeh, dia lupa bawa telah mengganti nomor dan lupa untuk mengabari kedua sahabat tercintanya tersebut.Mereka pun sarapan bersama, terlihat raut bahagia di wajah Fatma karena kedatangan sahabat yang sudah sejak lama sekali ia rindukan. Di mana mereka bertiga itu sahabatan sejak kecil, akan tetapi Hawa dan juga Fatimah harus menempuh pendidikan di Kairo."Suami kamu mana? Nggak ikut?" tanya Fatma kepada Fati
Malam ini seperti biasanya Fatma tengah membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan wajah yang pucat dan sedikit lemas, hingga tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya dan ternyata itu dari Azizah.(Aku sebentar lagi sama Mas Satria datang ke rumah Mbak ya buat membicarakan perihal masalah tanda yang ada di lehernya Mas Satria waktu itu, katanya dia sudah punya bukti).Fatma membaca itu pun merasa lega, dia tersenyum tipis karena ternyata Satria sudah mempunyai buktinya. "Ya ... aku berharap Mas Satria memabg mempunyai bukti yang akurat, bukan hasil editan atau settingan semata."Dia keluar dari kamar dengan langkah yang perlahan, melihat Uminya sedang membaca buku di ruang tamu bersama dengan Abi."Umi, Abi,sebentar lagi Mas Satria dan Azizah akan ke sini." Fatma duduk di hadapan kedua orang tuanya."Mau ngapain mereka ke sini?" tanya Umi seperti tak suka saat mendengar kedua orang yang selama ini ia tak sukai datang ke rumahnya."Umi ... aku mohon jangan seperti itu! Azizah
"Bukannya seperti itu sayang. Aku hanya tidak mau jika kalian--""Sudah lah Mas, tidak perlu ada lagi yang dibahas. Akuu rasa bukti ini sudah cukup ya kan Mbak? Tapi ingat jika sampai kejadian hal seperti ini terulang lagi, maka aku tidak akan pernah bisa memaafkan kamu lagi Mas!" tegas Azizah.Setelah bercengkrama, Satria dan Azizah pun pamit, bahkan tadi Azizah meminta untuk Fatma kembali ke rumah tetapi wanita itu tetap menolak. Akhirnya mereka pulang dengan tangan kosong karena Fatma masih tidak bisa di pucuk.1 bulan kemudian.Saat ini Fatma baru saja selesai membeli obat di salah satu apotek, dia sengaja tidak diantar oleh Umi dan Abinya karena Fatma ingin belajar mandiri.Namun saat dia akan menyetop sebuah taksi, tiba-tiba satu buah mobil berhenti di hadapannya, setelah itu seseorang turun dari mobil yang ternyata adalah Andre."Kamu sedang apa di sini, Fatma?" tanya Andre."Aku tadi habis beli obat, kamu sendiri?""Tadi habis meeting dari restoran dekat sini. Ya udah, kalau g
"Apa yang salah dengan foto ini?" Fatma mengerutkan keningnya, karena dia merasa saat melihat foto tersebut tidak ada yang salah sama sekali.Dia merasa heran kenapa Satria sebegitu marahnya, bahkan tatapannya begitu sangat tajam, sedangkan Fatma tidak merasa membuat salah apalagi dengan foto tersebut. Namun yang membuatnya semakin heran adalah ... dari mana Satria mendapatkan foto itu, karena dilihat dengan seksama difoto dari sebuah sudut yang entah Fatma pun tidak tahu, seperti diambil secara sembunyi-sembunyi."Dari mana kamu dapat foto itu, Mas?" Fatma menatap dalam ke arah sang suami, sebab Ia merasa penasaran.Bahkan dirinya menduga bahwa Satria saat itu ada di restoran tersebut, tetapi praduganya tertampar oleh sebuah kenyataan saat Satria mengatakan bahwa dia tidak berada di sana."Dari mana aku dapat foto ini ... itu tidak penting. Yang aku tanyakan, kamu terlihat bahagia sekali ya setelah pergi dari rumah? Bahkan kamu tersenyum dengan begitu riangnya bersama dengan pria itu
"Fatma, ayo masuk!" Andre memberhentikan mobilnya di samping Fatma.Wanita itu cukup terkejut karena dia pikir Andre sudah pergi dari sana. "Lho! Kok kamu masih ada di sini, Ndre? Aku pikir tadi kamu sudah pergi.""Mana mungkin aku membiarkan kamu sendirian. Aku khawatir kalau suami kamu bermain tangan atau malah menyakitimu lagi, jadi tadi aku ikuti deh," jujur Andre, "ayo masuk biar aku antar pulang!"Fatma ingin menolak, tapi dia pun sudah sangat kelelahan, akhirnya wanita itu masuk ke dalam mobil milik Andre melaju meninggalkan jalanan yang macet.Sesampainya di rumah, Andre langsung pamit karena masih ada kerjaan, sementara Fatma turun dari mobilnya. Dia cukup senang melihat perhatian Andre kepadanya.'Andai saja Mas Satria seperti Andre sudah pasti aku akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini karena bisa dicintai dengan begitu tulus.' batin Fatma sambil melihat mobil Andre yang semakin menjauh. Namun seketika dia menggelengkan kepalanya saat kenyataan menampar angan