"Hawa! Fatimah!" seru Fatma dengan senang saat melihat kedua sahabatnya.Dia segera mendekat dan langsung memeluk kedua wanita yang berjilbab syar'i tersebut. "Ya ampun! Aku benar-benar rindu sekali sama kalian ... akhirnya kalian pulang juga dari Kairo. Kalian baik-baik saja kan di sana? Terus gimana kabarnya?""Alhamdulillah aku baik. Kamu sendiri gimana kabarnya?" jawab Hawa."Alhamdulillah aku juga baik. Ayo duduk! Kalian kok ke sini nggak ngasih tahu aku dulu sih?""Gimana mau ngasih tahu kamu, orang nomor kamu yang dulu aja sudah nggak aktif." Mendengar itu Fatma langsung terkekeh, dia lupa bawa telah mengganti nomor dan lupa untuk mengabari kedua sahabat tercintanya tersebut.Mereka pun sarapan bersama, terlihat raut bahagia di wajah Fatma karena kedatangan sahabat yang sudah sejak lama sekali ia rindukan. Di mana mereka bertiga itu sahabatan sejak kecil, akan tetapi Hawa dan juga Fatimah harus menempuh pendidikan di Kairo."Suami kamu mana? Nggak ikut?" tanya Fatma kepada Fati
Malam ini seperti biasanya Fatma tengah membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan wajah yang pucat dan sedikit lemas, hingga tiba-tiba sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya dan ternyata itu dari Azizah.(Aku sebentar lagi sama Mas Satria datang ke rumah Mbak ya buat membicarakan perihal masalah tanda yang ada di lehernya Mas Satria waktu itu, katanya dia sudah punya bukti).Fatma membaca itu pun merasa lega, dia tersenyum tipis karena ternyata Satria sudah mempunyai buktinya. "Ya ... aku berharap Mas Satria memabg mempunyai bukti yang akurat, bukan hasil editan atau settingan semata."Dia keluar dari kamar dengan langkah yang perlahan, melihat Uminya sedang membaca buku di ruang tamu bersama dengan Abi."Umi, Abi,sebentar lagi Mas Satria dan Azizah akan ke sini." Fatma duduk di hadapan kedua orang tuanya."Mau ngapain mereka ke sini?" tanya Umi seperti tak suka saat mendengar kedua orang yang selama ini ia tak sukai datang ke rumahnya."Umi ... aku mohon jangan seperti itu! Azizah
"Bukannya seperti itu sayang. Aku hanya tidak mau jika kalian--""Sudah lah Mas, tidak perlu ada lagi yang dibahas. Akuu rasa bukti ini sudah cukup ya kan Mbak? Tapi ingat jika sampai kejadian hal seperti ini terulang lagi, maka aku tidak akan pernah bisa memaafkan kamu lagi Mas!" tegas Azizah.Setelah bercengkrama, Satria dan Azizah pun pamit, bahkan tadi Azizah meminta untuk Fatma kembali ke rumah tetapi wanita itu tetap menolak. Akhirnya mereka pulang dengan tangan kosong karena Fatma masih tidak bisa di pucuk.1 bulan kemudian.Saat ini Fatma baru saja selesai membeli obat di salah satu apotek, dia sengaja tidak diantar oleh Umi dan Abinya karena Fatma ingin belajar mandiri.Namun saat dia akan menyetop sebuah taksi, tiba-tiba satu buah mobil berhenti di hadapannya, setelah itu seseorang turun dari mobil yang ternyata adalah Andre."Kamu sedang apa di sini, Fatma?" tanya Andre."Aku tadi habis beli obat, kamu sendiri?""Tadi habis meeting dari restoran dekat sini. Ya udah, kalau g
"Apa yang salah dengan foto ini?" Fatma mengerutkan keningnya, karena dia merasa saat melihat foto tersebut tidak ada yang salah sama sekali.Dia merasa heran kenapa Satria sebegitu marahnya, bahkan tatapannya begitu sangat tajam, sedangkan Fatma tidak merasa membuat salah apalagi dengan foto tersebut. Namun yang membuatnya semakin heran adalah ... dari mana Satria mendapatkan foto itu, karena dilihat dengan seksama difoto dari sebuah sudut yang entah Fatma pun tidak tahu, seperti diambil secara sembunyi-sembunyi."Dari mana kamu dapat foto itu, Mas?" Fatma menatap dalam ke arah sang suami, sebab Ia merasa penasaran.Bahkan dirinya menduga bahwa Satria saat itu ada di restoran tersebut, tetapi praduganya tertampar oleh sebuah kenyataan saat Satria mengatakan bahwa dia tidak berada di sana."Dari mana aku dapat foto ini ... itu tidak penting. Yang aku tanyakan, kamu terlihat bahagia sekali ya setelah pergi dari rumah? Bahkan kamu tersenyum dengan begitu riangnya bersama dengan pria itu
"Fatma, ayo masuk!" Andre memberhentikan mobilnya di samping Fatma.Wanita itu cukup terkejut karena dia pikir Andre sudah pergi dari sana. "Lho! Kok kamu masih ada di sini, Ndre? Aku pikir tadi kamu sudah pergi.""Mana mungkin aku membiarkan kamu sendirian. Aku khawatir kalau suami kamu bermain tangan atau malah menyakitimu lagi, jadi tadi aku ikuti deh," jujur Andre, "ayo masuk biar aku antar pulang!"Fatma ingin menolak, tapi dia pun sudah sangat kelelahan, akhirnya wanita itu masuk ke dalam mobil milik Andre melaju meninggalkan jalanan yang macet.Sesampainya di rumah, Andre langsung pamit karena masih ada kerjaan, sementara Fatma turun dari mobilnya. Dia cukup senang melihat perhatian Andre kepadanya.'Andai saja Mas Satria seperti Andre sudah pasti aku akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini karena bisa dicintai dengan begitu tulus.' batin Fatma sambil melihat mobil Andre yang semakin menjauh. Namun seketika dia menggelengkan kepalanya saat kenyataan menampar angan
"Apa! Syafiq sedang sakit?" kaget Fatma saat mendapat telepon dari Azizah. "Baik, aku akan segera ke sana.".Setelah telepon terputus, Fatma segera keluar dari kamarnya menggunakan hijab syar'i. Dia mengetuk pintu kamar Umi dan Abinya dengan perasaan khawatir dan juga raut wajah yang benar-benar sangat cemas."Ada apa sih, Nak? Kenapa ngetoknya sampai seperti itu?" ucap Umi saat membuka pintu kamar."Umi, Abi, kita harus segera ke rumahnya Azizah!" paniknya."Memangnya ada apa?" tanya Abi penasaran."Syafiq sedang panas Umi, Abi, dan di sana tidak ada Mas Satria Nisa juga sedang pulang kampung. Ayo kita harus segera ke rumahnya Azizah! Aku takut terjadi apa-apa dengan Syafiq."Terlihat wajah Umi dan Abi sangat kaget, mereka pun segera berlalu menuju mobil untuk ke rumahnya Azizah. Sepanjang perjalanan bahkan tak henti-hentinya Fatma berdoa agar Syafiq baik-baik saja."Gimana bisa Satria tidak ada di rumah? Apakah Azizah tidak meneleponnya?" tanya Abi yang sedang menyetir mobil, karena
Terlihat dokter keluar dari ruangan UGD. Azizah dan Fatma yang melihat itu pun segera menghampirinya dan bertanya tentang keadaannya Syafiq."Bagaimana Dok keadaan Putra saya?" tanya Azizah dengan suara yang purau.Dokter itu hanya diam menatap satu persatu ke arah ke empat orang yang berada di hadapannya terlihat raut wajahnya begitu sendu sangat berat untuk menyampaikan kebenarannya."Dokter, kenapa Anda diam saja? Jawab pertanyaan saya, Dok! Bagaimana dengan Putra saya, dia baik-baik saja kan?" desak Azizah.Entah kenapa dia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi, jantungnya seketika berpacu cepat. Rasanya benar-benar tidak enak saat melihat keterdiaman dokter tersebut."Maaf Ibu, saya tidak bisa menyelamatkannya, karena panas anak ibu 39 derajat dan dia sudah tidak terselamatkan saat dibawa ke sini."Bagaikan disambar petir, dunia Azizah runtuh seketika. Tubuhnya terasa begitu lemas hingga dia pun terduduk di lantai dengan tatapan kosong.Hatinya hancur mendengar berita yang beg
"Apa-apaan ini?" teriak Satria sambil membuang ponsel tersebut. Dia menatap kedua istrinya. "Ini tidak benar. Kalian salah paham, aku semalam tidak melakukan apapun dengan Meli.""Berarti kamu tidak menampik, kalau semalam kamu bersamanya, Mas?" Fatma menatap nanar ke arah sang suami."Iya, semalam dia masuk rumah sakit, tapi--" Ucapannya terhenti saat tiba-tiba saja Azizah menampar wajahnya dengan begitu keras.Satria merasa jika pipinya saat ini bengkak, karena sedari siang terus-terusan ditampar oleh Fatma dan juga Azizah."Biarkan aku menjelaskan dulu. Aku sama sekali tidak pernah melakukan hal apapun dengan Meli, ini semua bohong!""Bohong kamu bilang, Mas? Jelas-jelas kamu mengakui bahwa zemalam kamu bersamanya. Lalu sekarang kamu ingin menyangkal itu semua? Ucapanmu dan bukti itu sudah memperkuat semuanya Mas, aku kecewa sama kamu. Entah ini kekecewaan yang ke berapa kali, tapi yang ini jauh lebih sakit Mas." Fatma sampai tak bisa berucap apapun lagi, karena rasa kecewanya yang