"Mbak Fatma!" kaget Zizah."Fatma!"Jantung keduanya berdetak kencang saat melihat Fatma yang sedang berdiri di ambang pintu kamar Azizah. Jujur saja ada raut ketakutan di hati Satria, karena melihat kondisi Fatma yang saat ini sedang drop, dan dia takut jika kenyataan yang didengarnya malah akan membuat Fatma semakin sakit."Jadi kalian adalah sepasang kekasih di masa lalu?" Fatma bertanya sambil berjalan dengan perlahan, dan melihat itu Satria langsung membantunya dan memapahnya hingga duduk di tepi ranjang, tepatnya di sebelah Azizah."Itu hanyalah masa lalu, Mbak." Azizah menundukkan kepalanya.Terdengar helaan nafas yang begitu berat dari Fatma, namun seketika wanita itu mengukir senyum di wajah pucatnya. Dia menggenggam tangan Azizah dan menatapnya dengan lekat."Aku sangat bahagia dan sangat senang karena ternyata Mas Satria mencintaimu. Itu artinya, dia tidak perlu beradaptasi kembali. Sekarang aku tahu jawabannya kenapa Mas Satria tidak pernah bisa membuka hatinya untukku, it
Malam ini hujan mengguyur begitu deras. Fatma tengah duduk bersender di ranjang, sedangkan Jam menunjukkan pukul 23.00 malam.Wanita itu memejamkan matanya, menghela nafas dengan begitu berat, sementara tangannya meremas sprei, karena tahu jika malam ini Satria tengah tidur di kamar Azizah, dan pasti mereka sedang menghabiskan waktu bersama sebagai suami istri."Tidak Fatma. Kamu harus rela, ikhlas, kamu tidak boleh mengeluh karena ini semua adalah keputusanmu." Fatma mencoba untuk menguatkan hatinya.Dia pun membaca doa lalu memejamkan matanya, mencoba untuk tidak memikirkan apa yang tengah terjadi di dalam kamar Azizah, karena pasti hal itu terjadi. Apalagi mengingat jika kedua Insan itu saling mencintai sejak dulu, sudah pasti penyatuan tersebut dipenuhi rasa cinta...Pagi hari Azizah terbangun, dia membantu Umi Khaira dan juga Bi Siti membuat sarapan. Dan melihat menantu keduanya pagi-pagi sudah terbangun membuat Umi Khaira merasa heran, karena dia pikir semalaman pasti Azizah s
Sudah semalaman Fatma berada di rumah sakit, karena keadaannya yang memburuk, membuat wanita itu harus di rawat intensif.''Sayang, Mas balik kerumah sakit ya! Kamu kalau butuh apa apa bilang sama Bi Siti atau telpon Mas,'' ucap Satria setelah mereka selesai shalat dzuhur.Azizah mengangguk, "Terus kapan Mbak Fatma pulang, Mas?'' tanyanya.''Kalau keadaannya sudah jauh lebih baik. Tapi kayaknya dua atau tiga hari lagi di rumah sakit. Sebab keadaannya sangat tak baik.," jelas Satria.Zizah hanya mengangguk paham.''Oh ya Sayang, malam nanti aku pulang telat ya. Aku akan menemani Fatma dulu. Maafkan Mas, ya,"ucapnya sambil menarik Zizah kedalam pelukannya.''Tidak apa, Mas. Mas kan harus adil padaku dan Mbak Fatma. Lagian, saat ini Mbak Fatma lebih membutuhkan Mas," ujar Zizah mulai berdamai dengan hidupnya.''Mas akan usahakan pulang cepat."Kemudian Zizah mengantar suaminya ke depan, dan mobil pun melaju meninggalkan rumah setelah Satria mencium kening sang istri.''Kamu harus ikhlas
Zizah sudah siap dengan gamis monalisa berwarna tosca dengan motif bunga-bunga kecil, di padu dengan pashmina berwaran senada. Dia melangkah turun ke bawah dan memesan ojek onlie.''Non, di jemput sama Tuan?'' tanya Bi Siti.''Nggak Bi, aku naik ojek aja."Dia segera meraih rantang makanannya, dan berlalu ke halaman teras, untuk menunggu ojek online sampai. Setelah menunggu 5 menit tukang ojek pun sampai, dan ia langsung menuju ke rumah sakit.Setelah menempuh perjalanan 15 menit. Zizah sampai di rumah sakit, dan langsung berjalan menuju kamar rawat inap madunya.''Assalamu'alaikum," ucap Zizah setelah membuka pintu.''Wa'alaikumssalam.''DeghHati Zizah seperti berdenyut nyeri, saat melihat Satria sedang menyuapi Fatma buah. Entah kenapa, hatinya begitu sakit. Tapi itulah konsekuensinya memiliki madu.'Astagfirrullah, Zizah. Kuatkan hatimu. Ingatlah, Mas Satria bukan hanya milikmu seorang.'Dia melangkah setelah menetralkan degup jantungnya, kemudian mencium tangan kedua orang tua F
Hari ini Fatma sudah boleh pulang dari rumah sakit, dia duduk di kursi roda dengan di dorong umi. Satria membantu istri pertamanya itu, untuk menaiki mobil. Setelah itu mobil pun melaju keluar dari area rumah sakit menuju rumah.Sedangkan Zizah, saat ini sedang menata makanan di meja. Dia masak banyak siang ini, karena menyambut kepulangan Fatma dari rumah sakit. Hari ini dia memasak cumi asam manis, tumis kangkung saus tiram, udang krispy, sambal pete dan juga ikan bakar. Itu semua dia masak untuk makan siang.''Wah Non, Bibi kok jadi ngiler ya,'' ucap Bi Siti.''Bibi mau? Ambil saja Bik, gak papa,'' jawab Zizah tulus.Bi Siti menggeleng dengan cepat. "Tidak Non, Bibi terakhiran saja."Tak lama terdengar bunyi klakson dan deru mesin mobil. Zizah segera melangkah ke ruang depan untuk menyambut madunya. Tapi sebelum itu, dia menarik napasnya terlebih dahulu.'Bissmillah, hidup baruku akan segera di mulai. Aku harus kuat.'Setelah membuka pintu, dia segera menyalami tangan Satria dengan
Tidak terasa 1 bulan sudah pernikah Zizah dan Satria. Dan 1 bulan sudah, Fatma menjalani rumah tangga dengan berpoligami. 1 bulan juga Zizah tinggal bersama dengan madunya. Dan selama 1 bulan itu, Zizah dan Fatma akur bak Kaka dan Adik. Tak seperti kebanyakan orang, yang di poligami. Jika mereka akan pisah rumah dan tak akur, tapi keduanya malah sebaliknya.Satria begitu beruntung, karena Zizah dan Fatma mau akur, dan membagi kasih sayang 1 sama lain. Mereka tak pernah bertengkar, malah mereka sangat kompak.Seperti kemarin, saat hari libur. Satria mengajak Zizah dan Fatma jalan jalan, dan mereka sangat akrab. Bahkan Satria malah seperti tak di anggap. Terkadang Zizah dan Fatma juga sering jalan ke supermarket hanya untuk belanja kebutuhan rumah.Malam ini ketiganya di undang makan malam oleh Umi kerumahnya. Mereka mengadakan acara makan malam bersama, sebab keluarga dari Uminya datang dari luar kota. Dan Umi meminta Fatma agar Zizah juga ikut serta, sebab Umi sudah menganggap wanita
Hujan turun kian deras mengguyur tubuh di balut hati yang sedang terluka. Zizah tak bergeming sama sekali saat hujan terus membasahi tubuh langsingnya.Satria terus mencari Zizah di bawah guyuran hujan deras, dia mengdarai mobilnya dengan hati yang begitu cemas. Air matanya mengalir deras, saat istri tercintanya tak juga dia temukan. Namun tak lama, dia melihat seseorang sedang duduk di pinggir jalan. Dan dia yakin, jika itu adalah Zizah.''Sayang, Mas mencarimu kemana mana?'' ucap Satria dengan khawatir.Dia memeluk Zizah yang sedang menangis, membantunya berdiri dan berjalan ke arah mobil. Setelah pintu mobil tertutup, Satria langsung membawa sang istri dalam dekapannya. Bahu Zizah terguncang hebat, isakannya begitu pilu.''Maafin Mas, Dek!''Zizah tak menjawab, dia semakin terisak di dekapan suaminya. Hatinya begitu sakit atas perkataan Bi Rahma padanya.''Apa salahku, Mas? Aku tak pernah merebutmu dari Mba Fatma. Jika saja ku tahu, kau sudah beristri, maka aku tak akan mau jadi ya
Zizah mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mata."Eeugh."Zizah melenguh, saat merasakan kepalanya berdenyut kembali. Dia mencoba untuk bangun tapi kepalanya begitu sakit. Dia merasakan tubuhnya di tahan, dan ternyata itu adalah tangan Suaminya.''Mas,'' lirihnya.''Jangan bangun dulu Dek, kamu masih lemas." Zizah kembali terbaring, dia meminum wedang jahe yang di berikan oleh Satria. Kini badannya bersandar pada dada bidang auaminya. Namun, selimut yang menutupi tubuh polosnya, malah meluncur dari tubuh itu. Zizah kaget saat mendapati tubuhnya polos. Dia langsung menarik selimut kembali, untuk menutup bagian tubuh yang terekspos.''Mas, kenapa aku tidak memakai baju?'' tanyanya pada Satria dengan rona merah di wajahnya.''Kamu tadi pingsan di kamar mandi Dek, maaf ya, Mas belum sempat pakaikan Adek baju,'' jelas Satria sambil mengecup kening Zizah...''Bi, Bibi harusnya gak bicara kayak tadi sama Zizah,'' ucap Fatma.''Kenapa sih Fat, kamu selalu be