Zizah mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam mata."Eeugh."Zizah melenguh, saat merasakan kepalanya berdenyut kembali. Dia mencoba untuk bangun tapi kepalanya begitu sakit. Dia merasakan tubuhnya di tahan, dan ternyata itu adalah tangan Suaminya.''Mas,'' lirihnya.''Jangan bangun dulu Dek, kamu masih lemas." Zizah kembali terbaring, dia meminum wedang jahe yang di berikan oleh Satria. Kini badannya bersandar pada dada bidang auaminya. Namun, selimut yang menutupi tubuh polosnya, malah meluncur dari tubuh itu. Zizah kaget saat mendapati tubuhnya polos. Dia langsung menarik selimut kembali, untuk menutup bagian tubuh yang terekspos.''Mas, kenapa aku tidak memakai baju?'' tanyanya pada Satria dengan rona merah di wajahnya.''Kamu tadi pingsan di kamar mandi Dek, maaf ya, Mas belum sempat pakaikan Adek baju,'' jelas Satria sambil mengecup kening Zizah...''Bi, Bibi harusnya gak bicara kayak tadi sama Zizah,'' ucap Fatma.''Kenapa sih Fat, kamu selalu be
Mobil yang di tumpangi Fatma dan keluarganya sudah sampai di rumah. Mereka segera turun dan melangkah ke arah kamar Zizah yang ada di lantai 2. Setelah itu, Fatma mengetuk pintu.Tok tok tok.Satria yang mendengar pintu di ketuk segera bangkit dan membuka pintu kamar. Dia terkejut, saat mendapati Istri pertamanya dan kedua mertuanya. Umi memminta izin untuk masuk. Tapi Satria melarangnya, sebab Zizah butuh istirahat.''Maaf Umi, bukan aku tak mau mengizinkan. Hanya saja, Zizah sedang istirahat Dia sedang sakit Umi karena kehujanan tadi," jelas Satria setelah menutup pintu.''Ya Allah, terus gimana keadaannya, Sat?'' panik Ummi.''Badannya panas Umi, tapi aku sudah kasih obat buat Zizah. Jadi, tolong jangan di ganggu dulu ya!'' ''Mas, aku boleh kan lihat Zizah sebentar? Aku khawatir sama keadaan dia," pinta Fatma.Satria mengangguk, kemudian Fatma masuk dan duduk di atas ranjang. Matanya sedih, menatap madunya sakit karena keluarganya.''Maafkan Bi Rahma, ya Zah. Aku tak tahu jika Bi
Hari ini adalah hari ulang tahun Satria. Fatma dan Azizah sedang membuat kue ulang tahun untuk suami mereka. Keduanya akan memberikan surprise saat suami mereka pulang nanti.Persiapan sudah matang, dan ruang tamu pun sudah di hias dengan dekorasi yang indah. Bahkan Fatma turut mengundang Umi dan Abinya juga ke rumah. Mereka ingin merayakan ulang tahun Satria dengan sederhana, tapi sangat berkesan.Fatma ingin membuat sebuah kenangan yang indah sebelum dia menutup mata untuk selamanya. Hari ini, tenaga Fatma terkuras cukup banyak. Walaupun Zizah sudah melarangnya, untuk bekerja terlalu extra. Tapi dia ngotot. Dia ingin membantu Zizah dan Bik Siti untuk menyiapkan segalanya.''Assalamu'alaikum,'' ucap Umi yang baru saja datang bersama Abi.''Wa'alaikumssalam,'' jawab Zizah dan Fatma.''Waaah, ternyata sudah 90% ya Umi telat dong. Padahal Umi mau membantu,'' jelas Umi, sambil melihat dekor ruang tamu yang sudah indah.''Iya Mi, ini tinggal masak saja buat makan malam nanti,'' ucap Ziza
Malam ini Satria bangun dengan Fatma di sebelahnya. Dia menatap istri pertamanya itu yang mulai mengurus. Tubuhnya sudah tak se-sintal dulu lagi saat pertama bertemu. Tapi, dia tak mempermasalahkan itu. Baginya kebahagiaan Fatma adalah penting dan wajib. Dia tak mau jika sampai sesuatu yang buruk terjadi nanti, sebab ia tak sempat membahagiakannya.Fatma menggeliat saat merasakan sentuhan lembut di wajahnya. Matanya terbuka perlahan, menatap suami tampannya di hadapan wajahnya saat ini. Kemudian Fatma menenggelamkan kepalanya kedalam dada bidang Satria.''Mas, aku berharap, suatu saat nanti aku, kamu dan Zizah di persatukan kembali di syurga-nya Allah!," ucap Fatma dengan nada sendu.Satria mengangkat wajah Fatma dengan jarinya. Dia menatap mata yang di penuhi embun itu, dengan tatapan tak suka.''Sayang, tolong jangan bicara seperti itu! Kamu akan sehat,'' ujar Satria mengecup kening Fatma.''Kamu justru lebih tahu keadaan aku, Mas."Satria tak menjawabnya, dia kemudian menyambar bib
"Bagaimana, Raf?" tanya Satria pada sahabatnya yang seorang Dokter."Tenai darahnya rendah, Sat. Tapi melihat dari kondisinya, dia ..." Rafa menggantungkan ucapannya."Zizah kenapa?" timpal Fatma cemas."Sebaiknya kalian bawa saja kerumah sakit untuk memastikan!" titah Rafa.Satria mengangguk, dia menatap ke arah Zizah yang tengah terbaring lemah dengan wajah pucatnya...Saat ini Zizah sedang berada di rumah sakit bersama Satria. Dia sedang terbaring di ranjang pasien, dengan seorang Dokter wanita yang sedang memeriksanya.Setelah beberapa saat, pemeriksaan pun selesai. Zizah dan Satria duduk di hadapan Dokter yang bernama Citra itu.''Bagaimana Dok? Apa dugaan istri saya sakita apa?'' tanya Satria dengan tak sabar.''Kamu ini tidak sabaran sekali sih, Sat,' kekeh Dokter Citra yang ternyata sahabat Satria.Sementara Zizah menatap bingung 2 orang di hadapannya itu. Dia tak menyangka jika keduanya saling mengenal.''Jadi begini, Sat. Maaf, sepertinya istri kamu ..." Dokter Citra senga
Sesampainya di rumah, Satria terus menggandeng tangan Zizah. Dan pada saat melewati ruang tamu, Umi memanggil keduanya. ''Bagaiama, Sat? Zizah sakit apa? Dia baik-baik saja kan?'' cemas Umi.Satria tersenyum bahagia menatap semua orang di hadapannya. "Umi tak perlu khawatir. Zizah baik-baik saja. Dia seperti itu karena ...'' Satria menggantung ucapannya, membuat semua orang sangat penasaran.''Karena apa, Mas?'' tanya Fatma dengan tak sabar.''Karena, saat ini Zizah sedang, hamil!" seru Satria dengan bahagia.Ucapan dia sukses membuat Umi dan Fatma menutup mulutnya. Mereka sangat terkejut, tapi sedetik kemudian mereka memeluk Zizah dengan erat.''Selamat ya, Zah. Akhirnya kamu hamil, dan kita akan jadi ibu.'' ujar Fatma.''Selamat ya, Sayang! Umi bahagia sekali ... karena sebentar lagi Umi akan dapat cucu," ucap Umi sambil mengecup kening Zizah.''Selamat ya Nak, Abi do'a kan semoga kandungan kamu sehat selalu,'' timal Abi.''Aamiin.'' jawab mereka serempak.Semua wajah terlihat baha
Satria pulang larut malam. Jam menunjukan pukul 2e.00 malam. Dia melangkah dengan wajah lelah ke kamar Zizah, sebab malam ini, adalah jatahnya.Pintu kamar di buka, dan lampu masih menyala menandakan penghuni kamar belum tidur. Satria melihat kasur yang kosong, tapi dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi.''Dek, kamu di dalam?'' tanyanya sambil mengetuk pintu kamar mandi.''Iya Mas, sebentar!'' jawab Zizah dari dalam kamar mandi.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka. Nampaklah Zizah dengan balutan piyama tidur tanpa lengan. Satria menatapnya tanpa berkedip, dan itu malah membuat Zizah malu.''Mas, kenapa lihatin adek begitu?'' tanyanya malu.Satria langsung mengecup bibir Zizah sekilas, membuat sang istri merona malu. Dan itu malah membuat Satria merasa gemas.''Bagaimana Mas tak terpesona. Adek begitu cantik, dan Mas gak rela, jika kecantikan adek di lihat orang,'' pujinya.Zizah tersenyum manis mendengar pujian dari suaminya, kemudian Satria menarik pinggang istrin
Fatma termenung di dekat jendela kamarnya, dia memikirkan tentang Satria yang sudah dua hari ini berada di kediaman Azizah.Tangannya terulur mengelus perut. Dia pun ingin merasakan menjadi wanita hamil, tetapi sayang, Fatma tidak bisa. Bahkan kedatangan Umi ke kamarnya pun tidak terdengar oleh wanita itu karena Fatma terlalu fokus dengan lamunan."Nak ... makan siang dulu yuk!" ajak Umi dengan nada yang begitu cemas. Sedari siang tadi Fatma belum makan nasi sama sekali, bahkan tadi pagi pun dia hanya makan sedikit.,"Tidak, Umi. Fatma tidak lapar."Melihat anaknya terus murung, Umi Khaira pun memeluk tubuhnya dari belakang, kemudian menaruh dagunya di pundak rapuh Fatma."Ketahuilah, Nak. Setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing. Umi tahu, kalau kamu adalah wanita yang hebat dan kuat. Umi juga tahu perasaan kamu saat ini pasti cemburu bukan, melihat suamimu lebih perhatian dan lebih cinta kepada Azizah? Apalagi saat ini Azizah tengah mengandung."Mendengar penuturan sang Umi,
"Mas Satria!" kaget Fatma.Satria menatap teduh ke arah Fatma, bergantian pada bayi yang ada di dalam gendongan wanita itu. "Hai, aku tadi habis meeting tidak sengaja melihat kalian. Maaf jika aku mengganggu.""Tidak apa Nak. Sini duduklah bergabung bersama dengan kami!" ajak Abi sambil menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya."Oh ya, tidak apa Bi. Saya juga masih ada pekerjaan, dan bayi ini siapa?" tanyanya penasaran sambil melihat ke arah bayi mungil nan cantik yang berada di dalam gendongan mantan istrinya."Ini adalah anak kami," jawab Andre."Hah? Anak?" bingung Satria, karena setahunya Fatma tidak bisa hamil. Dia juga memperhatikan bahwa wajah wanita itu sekarang berbinar dengan sangat cantik, tidak seperti saat berada di sisinya pucat tanpa gairah.'Fatma benar-benar berubah. Auranya sekarang terpancar begitu sangat indah dan cantik, berbeda saat dia bersamaku dulu.' batin Satria."Iya, memang Fatma tidak bisa hamil," sindir Andre yang tahu isi di dalam pikiran Satria. "Tap
"Kalau aku sih setuju saja. Lalu kapan kita akan ke sana dan rekomendasi Panti Asuhan mana yang bagus menurut mama atau menurut Umi dan Abi?""Umi punya rekomendasi yang bagus," ucap Umi Khaira.Mereka setuju untuk 4 hari ke sana, melihat apakah ada seorang bayi yang akan diadopsi atau tidak. Dan setelah makan malam selesai Caca dan juga tante Lena pulang begitu pula dengan Umi dan Abi."Kamu baik-baik ya Nak. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa, tinggal bilang sama Umi. Pasti Umi buatkan dan Umi bantu. Dan Andre. Tolong jaga Fatma ya! Besok Umi ke sini lagi.""Iya Umi. Umi dan Abi hati-hati di jalannya!""Assalamualaikum," ucap Abi dan Umi serempak."Waalaikumsalam."..Hari yang ditunggu pun telah tiba, di mana hari ini Fatma, Andre dan keluarga mereka pergi ke sebuah Panti Asuhan, tetapi tidak dengan Caca, karena dia menemani Vano di rumah."Ayo kita masuk!" ajak Umi, "Assalamualaikum!" ucapnya saat mereka sudah masuk ke dalam panti asuhan."Waalaikumsalam. Eh, mbak Khaira." Seora
Hari ini Fatma dan juga Andre pulang kembali ke tanah air zetelah wanita itu dinyatakan sembuh. Tentu saja membuat kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata oleh Andre maupun kedua orang tua Fatma."Mas, aku bisa jalan sendiri," ucap Fatma dengan wajah yang malu saat Andre menggendongnya turun dari mobil setelah mereka sampai di rumah."Iya, aku tahu, tapi aku tidak mau jika istriku sampai kelelahan," jawabannya sambil tersenyum manis, kemudian dia masuk dan menidurkan Fatma di atas ranjang. "Istirahat dulu ya! Nanti setelah makanan siap aku akan memberitahumu."Fatma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum bahagia, karena perlakuan Andre yang begitu membuatnya semakin jatuh cinta.Dia merasa seperti seorang ratu di dalam kehidupan Andre, di mana pria itu tak pernah sekalipun menyakitinya, bahkan selalu membuatnya tersenyum. Mungkin memang itu yang dinamakan cinta sejati."Sekarang aku percaya Mas, bahwa penyakit itu bisa sembuh bukan karena Allah saja, tetapi karena bat
"Bu, Caca pergi dulu ya," ucap Caca sambil mencium tangan ibunya saat jam menunjukkan pukul 07.30 pagi, sebab tadi Vano sudah mengirimkan pesan bahwa sopirnya sedang menunggu di parkiran rumah sakit."Maafkan Ibu ya, Nak, kamu harus menikah dengannya tanpa cinta. Maaf jika kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Bu Eka menangis."Ibu ini bicara apa sih. Tidak perlu menyesali apapun. Caca ikhlas kok. Lagi pula, cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Doakan saja yang terbaik untuk rumah tangga Caca. Kalau begitu Caca pamit ya Bu, Pak Vano sudah menunggu."Setelah mencium tangan ibunya Caca pergi, akan tetapi sang ayah masih belum tersadar, sehingga wali nikah diwakilkan kepada wali hakim, sebab tidak memungkinkan untuk ayahnya Caca hadir.Saat mobil sudah sampai di kediaman tante Lena, Caca langsung disambut oleh wanita itu. "Jadi kamu yang bernama Caca?""Iya Tante. Maaf, Tante siapa ya?" Caca yang bilang memang belum mengetahui siapa Tante Lena."Perkenalkan. Saya
"Syarat? Syarat apa yang Bapak maksud?" bingung Caca sambil menatap ke arah Vano.Pria itu tersenyum miring kemudian dia melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding."Syaratnya adalah ... kau harus menikah denganku!" Ucapan Vano sontak membuat kedua bola mata Caca membulat, tetapi pria itu masih terlihat begitu santai. "Ya terserah pada dirimu ... kalau kau memang sayang dengan ayahmu, maka aku bisa membantumu. Syaratnya adalah tadi, jika kau tak mau juga tak masalah."Pria itu menegakkan tubuhnya hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba Caca menahan tangannya. "Saya mau, Pak."Dia tidak mempunyai pilihan lain, karena bagi Caca keselamatan sang ayah itu lebih utama. Apalagi saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan."Kau yakin?" tatapan Vano menyipit mencoba untuk meyakinkan wanita tersebut. Tapi di dalam hatinya dia bersorak bahagia."Saya yakin, Pak!" Caca bahkan tidak perduli jika nanti Vano menyakitinya setelah mereka menikah, karena baginya saat ini kes
"Bukan maksud abi untuk membelanya, Umi. Hanya saja takut dia tersinggung. Bagaimana kalau maksud dia memang tidak ingin merebut Andre? Memang real hanya sebatas teman." Abi Haidar berkata dengan pikiran yang positif.Akan tetapi, Umi Khaira adalah seorang wanita dan dia sangat tahu karakter seperti Mila itu bagaimana. Mendengar penjelasan dari suaminya, Umi Khaira malah terkekeh dan itu membuat Abi sangat bingung."Kenapa Umi malah tertawa? Memangnya ucapan abi ada yang salah?""Abi, Abi ..." Beliau menggelengkan kepalanya. "Abi ini adalah seorang pria, jadi mana paham jika berada di posisi wanita itu seperti apa. Dengar ya Bi! Tidak ada seorang lawan jenis yang memberikan perhatian dengan secara berlebihan kepada teman lelakinya, begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sebuah perasaan. Teman hanya sekedarnya menyemangati itu sudah hal biasa, tetapi jika memberikan perhatian dengan mengirimkan makanan setiap hari, apakah itu hal yang wajar? Umi rasa tidak."Andre dan juga Abi hanya di
Sesuai dengan permintaan Vano, Caca membawanya berkeliling tempat-tempat yang menurutnya menyenangkan sekaligus sangat indah jika di malam hari.Setelah jam menunjukkan pukul 23.30 malam, Vano mengajak Caca untuk pulang. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin, tetapi kasihan melihat wanita itu yang sepertinya sudah mengantuk."Oh ya, nanti aku mau kau mengajakku di saat siang hari.""Hah? Siang hari, Pak? Tapi kan siang-siang itu waktunya bekerja, jadi mana mungkin bisa?"PLETAK!"Kamu itu bodoh sekali." Vano menyentil kening Caca, membuat wanita itu merengut. "Libur kerja kan bisa. Memangnya selama 7 hari itu nonstop bekerja? Hari Minggu bukannya libur?""Iya, tapi nggak usah nyentil kening saya juga Pak! Jidat saya ini nggak jenong," sungut Caca dengan bibir yang sudah maju 5 cm.Vano benar-benar gemas, ingin sekali dia mencubit kedua pipi Caca tapi ditahannya. 'Wanita ini benar-benar sangat menarik. Baru kali ini aku merasa gemas kepada lawan jenis. Biasanya wanita secantik apapun ti
Caca membalik tubuhnya, seketika cengiran kuda pun ia tampilkan di wajah imutnya. "Eh ... Pak Vano.""Apa kamu bilang tadi? Kamu mau bejek saya? Emang kamu pikir saya perkedel?" Pria itu menaruh kedua tangan di atas pinggang sambil menatap tajam ke arah Caca."Hah? Bejek? Ti-tidak Pak. Bapak salah denger kali. Mungkin telinga Bapak belum dikorek selama satu bulan.""Jadi, secara tidak langsung kamu mengatakan kalau saya ini jorok? Iya!" sentaknya dengan kesal."Tidak Pak. Siapa juga yang berkata seperti itu. Kalau begitu saya duluan ya Pak, permisi!" Caca segera berlari tanpa menunggu jawaban dari Vano, dia masuk ke dalam lift dengan dada yang sudah berdebar kencang."Astaga Caca! Hampir aja kepalamu kena jitak. Masih mending kalau dia cuma menjitak, coba kalau dia memecat diriku? Dari mana lagi aku harus dapat uang sebanyak itu untuk operasi ayah, jika tidak bekerja di sini, huuhh ..." Wanita itu menghela nafas dengan kasar sambil memegangi dadanya. "Lagian mukanya horor banget wala
Pria itu tersenyum sinis kemudian dia bangkit dari duduknya berjalan perlahan ke arah Caca. Melihat wanita itu dengan raut wajah yang sudah tegang."Kenapa? Apa kau lupa denganku?" tanyanya dengan nada begitu angkuh.Caca meremas roknya, dia merutuki kebodohannya kemarin karena sudah menggertak Vano. 'Astaga! Jadi dia CEO pengganti Pak Andre. Aduh ... bagaimana kalau dia mencari masalah denganku dan dia malah memecatku? Tapi kan di luar itu semua tidak ada masalahnya dengan kerjaan?'"Kenapa kau diam saja?" tanya Vano kembali saat melihat wanita yang berada di hadapannya dia membisu."Tidak apa-apa, Pak. Saya cuma kaget saja. Dan saya rasa hubungan kemarin tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, itu di luar dari kerjaan kita kan Pak. Memangnya apa kesalahan saya sampai harus dipanggil ke sini?"Vano sangat tertarik dengan pribadi Caca. Dia sama sekali tidak takut dengan dirinya. 'Menarik. Bahkan dia seperti menantangku, tidak takut jika aku akan memencetnya. Baiklah kita akan berm